Tapp.. Tapp.. Tapp..
Suara langkah kaki semakin terdengar di telinga mereka.
Jantung mereka bertiga bedegup kencang, ditambah keringat dingin yang membasahi tubuhnya.
Dak dik duk
Hingga satu langkah lagi Desi akan sampai ke samping rumahnya.
Namun, ketika ia hendak membalikkan badannya.
DORRRR..
Suara Reyhan mengejutkannya!
"Ee kodokk kodokkkk kodokkk!"
hahahahaha.. tawa menggema Rayhan membuat telinganya berdengung.
"Astaga, kesambet apa kamu Rayhan?"
"Lagian mama ngapain ngendap-ngendap kayak maling?"
"Tadi mama dengar suara pecahan pot, disini."
"Halah, paling itu kucing mah."
"Tapi mama penasaran."
miawwww miawwww miawwww
Suara Robi menirukan suara kucing semirip mungkin.
"Tuhkan, ayolah masuk mah. Ray laperr."
Mereka berdua pun masuk ke dalam rumah.
Tanpa mereka sadar ketiga orang yang berada di samping rumah menghembuskan nafasnya lega.
"Hhhhhhh.. "
"lega gue" ucap Fino
"Gas lah kita pulang!" ucapnya lagi
"Gas" jawab Nesha dan Robi.
Dan tanpa mereka ketahui aku tengah mengernyit heran dengan suara yang ada di luar.
'Apa itu ulah Birly?'
[ Birly adalah kucing peliharaan Nara. Namun, Desi alias mama Nara tidak pernah mengizinkannya untuk membawa ke dalam rumah. Menurutnya kucing itu jorok dan bau. ]
'Kalo iya Birly, dia bisa di siksa'
skip_
Malam itu, aku sama sekali tidak bisa tidur dengan lelap. Dimana kini aku merasakan kasurku sudah tidak nyaman. 'Ralat' bukan kasur yang tidak nyaman, tapi karena luka ini yang terlalu banyak sehingga menyebabkan ketidaknyamanan ketika tidur.
Jika aku terlentang, punggung ku sangat sakit. Jika aku ke samping tangan ku juga masih ngilu.
Apa aku harus tengkurap? Setidaknya nyeri di pahaku masih bisa aku tahan.
***
Pagi harinya, aku benar-benar sulit untuk bergerak. Bahkan tubuhku sangat berat.
Aku sedikit demi sedikit menggerakkan badan ku, tapi gagal.
"Awsshhh.. sakiiitt"
'Badan yang penuh memar ini harus aku paksakan bergerak'
Aku tahan rasa sakit itu, dan akhirnya berhasil!
Aku langsung ke kamar mandi untuk mengelap tubuhku.
"Jika di lap saja sakit, bagaimana kalo di siram air?"
Hingga kegiatan itu selesai, aku tidak langsung keluar dari kamar mandi.
Sejenak, aku memandangi wajahku dengan tatapan kasihan.
Bagaimana tidak kasihan? Di pipi ada bekas sayatan, di dahi bekas benturan, punggung tangan kaki? penuh dengan luka bekas cambukan.
Saat aku hendak keluar dari kamar mandi, betapa terkejutnya ketika melihat mama sedang berdiri di hadapanku.
"Maa, ada apa?" tanyaku, pelan.
"Hanya ingin melihat anak sialan!" tukasnya, dengan menjambak rambutku keras.
"Awwww.. sakiiitt, maaaa lepasiinnn" teriaku.
Mama pun langsung melepaskan jambakan itu, dan berlalu pergi keluar dari kamarku.
'hufftttt.. '
Aku langsung saja keluar dan mengganti pakaian ku.
Aku tidak berniat untuk mengikuti ritual sarapan bersama mereka, karena aku yakin tidak ada orang yang menginginkan ku di meja itu.
Buktinya, ketika aku langsung keluar rumah pun mereka sangat acuh seolah-olah tidak melihatku.
"Udah mulai gak sopan tu si anak sialan."
Dua anaknya hanya bisa berdehem mengiyakan ucapan Desi.
***
Broommm.. Broommm.. Broommm..
Ku lajukan motorku dengan kecepatan sedang. Bukan tak punya mobil, namun satu-satunya mobil hadiah dari Ayah sudah di rampas oleh Kak Roy.
Tak bisa ku bayangkan, jika aku terus berada di rumah aku bisa kehilangan nyawa dengan sangat konyol.
'Aku ingin seperti orang lain yang sukses di usia muda.'
Tinn.. Tinn.. Tinn..
Seketika suara kelakson motor di seberang sangat mengagetkanku.
Aku segera menepi, setelah tau bahwa jalan yang aku ambil adalah jalan hak pengendara lain.
"Woiii.. kalo nyetir motor itu jangan sambil melamun b*go!" Umpat sang pengendara itu padaku.
"Cantik-cantik kok melamun."
"Masih muda, beban pikirannya udah banyak.. hahahhaa."
"Kamu masih terlalu muda untuk stres dek, cari kebahagiaan mu sendiri! Lawan takdir ituu." ucap seorang lelaki yang umurnya mungkin tak jauh dariku.
"Eee.. iya maaf Pak, kakak, bu."
Aku pun langsung kembali ke jalur jalanan ku. Masih beruntung takdir berpihak padaku, bisa saja aku tertabrak pengendara lain akibat kelalaian ku.
Tiba-tiba terbersit ucapan Kakak pengendara motor tadi.
'Lawan takdir ituu, dan cari kebahagiaan.'
'Apaaa ku bisaa?'
Ah, sudahlah yang terpenting hari ini aku bertemu Nesha. Ia adalah sumber dari kebahagiaanku saat ini.
"Nes.. Neshaaaaa.." teriakku padanya.
"Hai ra.. Are you oke bestie?" ucapnya dengan tatapan , yang baru kali ini aku lihat dari matanya.
"Gue? Gue selalu oke kapan pun nes." ucapku dengan senyum getir dalam hatiku.
Nesha yang menyadari kebohongan itu, hanya bisa bergumam dalam hatinya.
'Bohong'
"Ayok ke kelass!" sahut ku dengan wajah ceria.
Dibalik wajah ceriaku, tersimpan rasa sakit saat terus melangkahkan kaki.
Nesha yang menyadari itupun langsung menghentikan langkahnya.
"Wait ra.."
"Iya kenapa?"
"Lo jalannya kek nahan sakit gitu sih?"
"hah?"
"Iyaa. Gue tanya sekali lagi, are you oke?"
Ucap Nesha dan tanpa sengaja menyenggol lengan bekas cambukan itu.
"Awsshhhh.. "
"Lah, tangan lo gak ada luka tapi kek sakit sih"
ucap Nesha dengan terus memijat-mijat tanganku.
"Awww.. sakit nesss."
"Eee yaudah mau ke UKS?"
"Ke kelas aja deh."
Hal itu pun langsung di angguki oleh Nesha.
***
Jam terus berganti, hingga kini tiba waktunya istirahat.
"Raa kantin yuk!"
"Emm, nitip aja nes. Boleh gak?"
"Mmm.. mau nitip apa lo?"
"Baa-"
Ucapanku terpotong saat melihat Fino dan Robi di ambang pintu.
"Gak, kalian gak usah ke kantin. Ini gue bawa makanan kesukaan lo Ra." ucap Fino
"Dan ini buat lo." seru Robi pada Nesha
"Thanks ya, nanti gue ganti uangnya, fin."
"Lo pikir gue semiskin apa Ra?"
"Gue cuma gak enak, fin."
"Dah makan aja tu."
Aku pun dengan lahap memakan makanan yang di berikan Fino.
"Ee.. Nes lo ada minum?"
"Gue gak ke kantin loh, mana ada gue punya ege."
Aku hanya bisa menahan haus yang luar biasa.
Hingga satu tangan pun terulur memberikan sebotol air mineral padaku.
"Nih.."
"Makasih, Fin."
Baru saja aku mau meminumnya, Nesha menyenggol ku. Air itu tumpah pada lenganku.
Degg..
'Foundation itu, pasti luntur'
Saat aku menarik lenganku, tiba-tiba Nesha mengambil sebuah kapas dan mengelap tanganku.
"Jangan, Nes.. "
"Why?" tanya Fino.
"Ee.. nanti juga kering sendiri kok." ucapku
"Iya kering, tapi lama egee." sahut Nesha padaku.
"Njirr bbajasa lo dari kemaren bar-bar bett ness." ucap Robi di sela-sela itu.
Nesha mengacuhkan ucapannya itu.
Dannn..
"What is this?" tanya Fino pada lukaku.
"Emmm, bukan ini.. bu-bukan apa-apaa.."
Aku benar-benar gugup dengan situasi saat ini.
"Bukan apa-apaa lo bilang, Raaa?" Nesha terlihat begitu geram padaku saat itu.
"Yang jelas ini luka, ra.." sambar Robi kemudian.
"Nanti juga sembuh kok."
"Bilang sama kita siapa yang udah buat lo kayak gini?" Ucap mereka serentak.
Hal itu membuatku membulatkan mata, karena.. Aku tidak mungkin memberi tahu pada mereka jika mama lah yang melakukannya.
"Naraaa Myesha Putriiiii.." Ucap mereka kembali.
Itu membuatku benar-benar tekejutt.
"Mmmm... ee.. iniii, anuuu.. "
"NARAAAAAAA......"
"iyaa iyaaa gue kasih tauu."
"SIAPAA?"
Lagi-lagi mereka berbicara dengan kompaknya.
"Jadiii.. Yang lakuin ini semua ituuuu..."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 54 Episodes
Comments