Empat Tahun Kemudian
Tanpa terasa waktu berjalan begitu cepat. Selama waktu empat tahun, Nesya kini telah menyelesaikan pendidikannya. Bukan hanya gelar sarjana, namun Nesya juga telah menyelesaikan S2 nya.
Hari ini Nesya memutuskan untuk kembali ke tanah kelahirannya. Di mana dirinya berasal, dan tempat kedua orangtuanya berada.
Nesya terlihat semakin dewasa dan nampak lebih tangguh. Wajar saja, empat tahun jauh dari rumah dan keluarga. Membuat Nesya di tuntut untuk mandiri dan selalu tangkas menghadapi segala rintangan.
"Kau benar-benar akan pulang? Kami kesepian jika kau tak ada." Tutur Sidy yang tampak bersedih.
"Hei, kau ini lebay sekali. Jika kita merindukan Nesya, kita tinggal menyusulnya." Komen Justin yang selalu mencari gara-gara pada Sidy.
"Kau pikir jaraknya hanya semeter? Atau sejengkal? Punya otak makanya digunakan. Seperti tak berpikir saja." Ketus Sidy membalas ucapan Justin.
Nesya hanya mampu menggelengkan kepala dengan kelakuan dua temannya itu. Sudah biasa melihat mereka seperti Tom & Jerry, dan dirinya hanya mampu terdiam.
"Kalian ini, jika ingin bertengkar lihat situasi. Nesya akan pulang ke negaranya, bukannya mengiringi kepergian Nesya. Kalian malah asik bertengkar." Omel Aaron yang memang lebih dapat berpikiran waras dibandingkan mereka.
"Ini gara-gara kau." Ketus Sidy pada Justin. Dan tak mendapat tanggapan dari si empunya.
"Kalian jaga diri baik-baik. Kalau ada waktu, aku akan liburan ke sini untuk bertemu kalian. Dan kalian juga boleh datang ke rumahku, akan ku tunjukkan indahnya negaraku."
Ujar Nesya senang terkekeh. Dan dijawab anggukan serta tawa oleh mereka.
"Hati-hati Sya, nanti kita bakal main ke negara Lo. Kalau waktunya udah tepat." Ujar Aaron yang dibenarkan oleh kedua temannya yang lain.
...***...
Setelah menempuh perjalanan beberapa waktu, Nesya kembali menginjakkan kakinya di tanah kelahirannya. Mengingat tentang pria bernama Vero. Tentu saja Nesya sudah lama melupakan pria itu.
Hatinya juga sudah sembuh total akan rasa sakit yang Vero torehkan. Tak ada lagi perasaan benci ataupun cinta yang tersisa untuk pria itu. Karena Nesya memilih untuk berdamai dengan takdir. Tak ingin membenci apalagi dendam.
Nesya dengan sengaja mengetuk pintu utama rumah kedua orangtuanya. Dengan penampilan nya yang nampak berbeda, terlihat dewasa dan memiliki sisi anggun tersendiri. Tak lupa kacamata hitam yang bertengger manis di kedua matanya.
"Maaf, mencari siapa ya?" tanya bibi yang tak mengenali Nesya sama sekali.
"Boleh saya masuk? Tuan dan Nyonya nya ada bi?" tanya Nesya seolah tak mengenal.
"Ada Non, sebentar saya panggilkan." Ujar bibi dengan sopan.
Mempersilahkan Nesya untuk masuk ke dalam, dan duduk di ruang tamu. Sedangkan dirinya segera masuk ke dalam untuk memanggil Tuan dan Nyonya nya.
"Tuan, Nyonya, ada wanita muda yang mencari." Jelas bibi kepada Mama dan Papa.
"Siapa bi?" tanya Mama yang penasaran.
"Bibi juga kurang tahu Nyonya, sepertinya ada urusan penting." Tutur bibi lagi.
Mama dan Papa melangkahkan kakinya ke ruang tamu. Sedangkan bibi berlalu untuk membuatkan minum.
"Maaf, ada perlu apa ya dengan saya dan suami saya?" tanya Mama Yo the point pada wanita itu.
Jika dilihat-lihat wanita itu sedikit aneh. Selain menggunakan kacamata hitam yang bertengger di hidungnya. Wanita itu juga menggunakan sebuah selendang untuk menutupi kepalanya.
Sehingga membuat mereka sulit mengenali bahwa wanita cantik di depan mereka adalah Nesya. Putria tunggal mereka.
Nesya masih terdiam, mencoba mengetes kepekaan orang tuanya. Namun setelah beberapa detik pun, hampir satu menit. Mereka juga tak kunjung mengenali Nesya. Nesya jadi kesal.
"Mama, Papa ini Nesya." Ujar Nesya mengerucutkan bibirnya. Sembari melepas kacamata dan selendang yang bertengger di kepalanya.
"Astaga Sayang, putri Mama? Ini beneran kamu?" Ujar Mama terkejut langsung memeluk Nesya.
"Kenapa pulang gak bilang-bilang? Kamu makin cantik, udah punya pacar baru pasti." Goda sang Mama menatap putrinya.
Papa juga ikut memeluk Nesya, setelah istrinya melepaskan pelukannya pada anaknya. "Mama ini, pikirannya pasangan mulu." Tegur Papa mengomeli istrinya.
"Iya nih Mama, Nesya kan fokus kuliah Ma. Fokus ke pasangan mana sempat." Ujar Nesya ikut menimpali.
"Ya udah iya, nanti-nanti aja. Yang penting kasih cucu buat Mama." Ujar Mama tertawa kecil.
...*******...
Keesokan harinya, Nesya banyak menceritakan semua pengalamannya saat berada di luar negeri. Baik tentang lingkungan yang mendukung, teman-teman yang absurd, dan banyaknya kegiatan kuliah yang dia lakukan.
"Pergaulan kamu aman kan, Sayang?" tanya Mama yang nampak khawatir.
"Aman kok Ma, lagian teman-teman Nesya orangnya baik gak yang neko-neko." Jelas Nesya.
"Bukannya di sana negara bebas? Masa iya enggak neko-neko? Papa kurang yakin Sya." Tutur Papa tak percaya.
"Serius Pa. Mungkin karena Nesya baik, jadi ketemunya sama orang-orang yang baik." Tutur Nesya dengan percaya dirinya.
"Iya baiknya kan dari Mama." Mama ikut menimpali.
"Iya-iyain aja Sya." Jawab Papa mengajak Nesya bersatu mengerjai istrinya.
Hingga akhirnya Papa mendapat cubitan di perut oleh Mama. "Aw" Hingga membuat Nesya dan Mama tertawa.
"Oh iya Pa, Ma. Nesya mau kerja." Ucapnya.
"Ya udah Sayang, di kantor Papa kan ada." Tutur Mama.
"No Ma. Nesya mau mandiri dulu, sekalian nyari pasangan yang mau menerima Nesya bukan karena kekayaan keluarga kita." Jelas Nesya mengutarakan niatnya.
"Papa setuju, biar kamu juga belajar mengelola perusahaan dari level bawah dulu. Sebelum Papa menyerahkan perusahaan ke kamu." Ujar Papa menimpali.
"Ya udah, kalau itu demi kebaikan Mama juga setuju." Putus Mama pada akhirnya.
Kisah percintaan Nesya yang kandas karena hubungan nya dilandasi sebuah sandiwara belaka. Membuat Nesya harus lebih waspada untuk memilih pasangan ke depannya.
Bukan pria yang hanya akan memanfaatkan apa yang dirinya miliki. Namun menerima Nesya dengan apa adanya. Tanpa embel-embel dan alasan apapun.
"Nesya akan tinggal terpisah sementara Ma." Tutur Nesya lagi.
"Kok gitu Sayang? Kamu baru pulang kemarin Lo, masa udah mau pergi lagi?" Protes Mama tak terima.
"Enggak setiap hari kok Ma. Mungkin cuma tiga hari atau empat hari. Untuk mendukung rencana Nesya Ma." Jelas Nesya kepada Mama.
"Jadi kamu tetap pulang kan?"
"Tentu saja Ma, kan ini rumah aku tempat Nesya pulang." Jawab Nesya tertawa kecil.
"Memang apa yang kamu rencanakan Sya?" Tanya Papa yang belum menangkap kearah mana rencana Nesya.
"Nesya akan ..." Nesya menjelaskan rencananya kepada Papa dan Mamanya dengan detail.
"Kamu gak akan risih apa?" tanya Mama khawatir.
"Nesya lama-lama juga akan biasa Ma. Jadi Mama sama Papa harus dukung Nesya." Pintanya pada mereka.
"Papa dan Mama akan mendukung." Ujar Papa.
Next .......
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 45 Episodes
Comments