Pria itu Lagi

Nesya telah sampai di negara di mana Ia akan menimba ilmu. Setelah jauh dari kedua orangtuanya, Nesya mentekadkan diri untuk hidup mandiri.

Nesya menjalani hari-hari tampak dengan ceria. Lingkungan yang saat ini menjadi tempat dirinya hidup, sungguh mendukung. Di tambah lagi, rupanya orang-orang di sana juga teramat ramah dan baik kepadanya.

Sudah hampir enam bulan Nesya berada di negara ini. Negara yang membuat dirinya seolah menemukan keceriaan baru. Juga semangat baru pastinya.

Sampai saat ini, Nesya terkadang masih teringat dengan Vero. Pria yang dengan tega mempermainkan dirinya. Namun rasa sakit yang dia rasakan tak sesakit enam bulan yang lalu.

Karena untuk saat ini, Nesya sudah mampu perlahan mulai melupakan rasa sakitnya maupun kenangannya bersama Vero. Meski belum sepenuhnya, namun perlahan Nesya yakin akan bersih seratus persen.

"Di sini kau rupanya?" Teriak Justin kala melihat Nesya.

Pria itu tak datang sendirian, melainkan bersama kedua temannya yang lain. Namanya Aaron dan Cassidy.

"Kami mencari mu kemana-mana. Rupanya kau di sini." Tutur Sidy menimpali.

Semenjak masuk ke salah satu kampus ternama di negara ini. Nesya mendapatkan ketiga teman absurd nya ini. Meskipun begitu, namun mereka bertiga ini Nesya akui memang sangat cerdas.

Sehingga dirinya juga turut serta mereka rekrut sebagai sahabat. Karena melihat Nesya yang masih nampak asing di negara ini. Dan otaknya yang tak kalah cerdas pun dapat mengimbangi mereka bertiga.

Mereka bertiga asli pribumi. Aaron dan Justin asli keturunan negara ini. Sedangkan Sidy, wanita itu memiliki darah campuran keturunan asli dan keturunan negara di mana Nesya berasal.

"Ada apa kalian mencari ku?" tanya Nesya yang masih asik membaca buku.

Saat ini dirinya sedang belajar di perpustakaan. Ketiga temannya itu, sibuk mencari dirinya. Rupanya Nesya bersembunyi di sini, karena sedang ingin sendiri.

"Kau tak boleh sendirian. Kami tau, kau pasti sedang memikirkan pria itu bukan?" tebak Aaron.

Mereka bertiga memang sudah mengetahui kisah Nesya yang sampai bersedia meninggalkan negaranya. Mereka ikut prihatin, dan tentu saja bertekad membantu Nesya segera move on.

"Hem kau tahu saja isi otakku." Ujar Nesya yang ketahuan.

"Jika begitu sebaiknya kita pergi untuk bersenang-senang? Bagaimana?" tawar Justin mengajak mereka untuk mencari hiburan. Menghibur Nesya lebih tepatnya.

"Tentu saja.Kedua orangtua ku sedang di ada urusan. Sebaiknya kita ke rumah ku saja." Ujar Aaron.

Dan akhirnya mereka menyetujui rencana Justin yang mengajak bersenang-senang. Menikmati waktu indah kebersamaan mereka berempat, Nesya sejenak melupakan tentang Vero.

Tanpa sadar mereka yang sedang keasikan tak menyadarinya bahwa waktu sudah menunjukkan larut malam. Hingga akhirnya mereka begadang, dan tidur hampir pagi.

Paginya mereka tampak terburu-buru untuk kuliah. Tentu saja karena mereka bangun terlambat.

"Hei cepat, apa kau mau di telan oleh Prof. Orland?" Teriak Justin yang tak sabar dengan kedua teman wanitanya.

Memang wanita lama sekali jika berdandan. Padahal menurutnya tetap sama saja. Jika cantik akan terlihat cantik, jika biasa saja ya tetap cantik. Kan semua wanita itu cantik.

"Bisakah mulutmu diam? Akan ku robek mulutmu jika berteriak lagi." Ketus Sidy yang mulai emosi dengan Justin.

Pria itu tak henti-hentinya berteriak, membuat dirinya dan Nesya menjadi gugup hingga makin lama. Karena make up mereka yang malah berantakan.

Akhirnya Justin menutup mulutnya, tak lagi berteriak mendengar ancaman Sidy. Wanita yang terkenal galak dan menakutkan, tapi cantik juga sih.

Akhirnya mereka berdua selesai. "Let's go. Jangan sampai kita terlambat." Ujar Aaron.

Justin melajukan kendaraannya dengan kecepatan tinggi. Membuat rambut indah Sidy dan Nesya yang sudah tertata rapi menjadi berantakan.

"Oh My God, rambutku!" Teriak Nesya dan Sidy bersamaan.

"Bisakah kau tutup mobilmu?. Lihat, rambut ku rusak. Rambut Nesya juga." Ujar Sidy pada Justin.

Hingga Justin menuruti keinginan temannya itu. Namun matanya sibuk mengamati mereka yang sedang kesal. Karena rusaknya tatanan rambut merah. Membuat Justin dan Aaron tertawa lepas, melihat rambut mereka yang seperti singa.

"Sialan kau!" Umpat Sidy pada mereka berdua.

Sementara Nesya sedang sibuk membenarkan rambutnya yang tampak berantakan. Tak berniat menanggapi ucapan kedua temannya, namun Nesya memasang wajah cemberut. Tampak mengerucutkan bibirnya.

Karena kurang fokus mengemudikan mobilnya, tanpa sengaja mobil Justin menabrak mobil yang ada di depannya. Dan hal itu membuat mereka semua terkejut dan mengumpat kesal.

Berniat kabur dan balik arah, namun mobil di depannya sudah siap siaga menghadang mobilnya.

"Turun!" Titah seorang pria tampan, gagah, dan tampak berwibawa.

Sampai Sidy ternganga menatap oria tampan itu. Jika dilihat-lihat sepertinya umurnya tidak jauh dari mereka. Masih kisaran dua puluhan, mungkin hampir tiga puluh.

"Keluar, kau yang tak hati-hati." Tutur Aaron tak ingin keluar.

Akhirnya Justin keluar seorang diri. Namun tak lama, ketiga temannya juga ikut keluar setelah Nesya memaksa. Mereka harus menanggung bersama-sama.

Pria itu terkejut kala melihat keberadaan Nesya di antara orang-orang itu. Dia tersenyum smirk memiliki rencana.

"Kalian silahkan pergi, kecuali kau" Tunjukkan pada Nesya.

Mereka jelas terkejut. "Maaf Tuan, apa maksud Anda?" tanya Aaron membuka mulut.

"Aku memiliki urusan dengan nya. Aku mengenalnya, tenang saja." Ujarnya dengan tegas.

Mereka pun akhirnya meninggal Nesya saat wanita itu sendiri yang memintanya. Nesya yakin pria ini memiliki maksud tertentu padanya.

"Kita bertemu lagi girl?" ujarnya menyentuh lembut dagu Nesya.

"Anda jangan kurang ajar ya!" Bentak Nesya marah. Dia merasa dilecehkan.

"Kau tak mengingatku?" tanyanya

"Tidak. Bertemu saja tak pernah." jawab Nesya.

"Baiklah, mari berkenalan lagi. Aku Nicko Brown." Ucap pria tampan itu.

Nesya terkejut, dirinya memang tak asing dengan nama itu. Namun tak ingat kapan bertemu dengan pria gila ini.

"Aku tetap tak mengenalmu." Ujar Nesya mantap.

"Baiklah. Kau ingat saat menabrak pria di restoran waktu itu? Kau sedang menangis, sepertinya patah hati. Dan kita juga sempat berkenalan di pantai. Semua kejadian itu terjadi kira-kira enam bulan yang lalu." Jelas Nicko dengan santainya.

Nesya menganga mendengar penuturan pria itu. Padahal pertemuan mereka setidak penting itu. Namun mengapa lelaki ini mengingat begitu detail pertemuan mereka?

"Mengapa kau meminta ku bertanggung jawab di sini?" tanya Nesya to the point.

"Aku hanya ingin berkenalan denganmu." Tutur pria tampan itu dengan tersenyum kecil.

"Aku tak punya waktu menanggapi orang tak penting seperti mu." Tutur Nesya ingin melangkah pergi.

"Baiklah-baiklah. Sebaiknya kau tanggung jawab atas perbuatan temanmu, dengan makan bersama ku. Bagaimana?" tanya pria itu mencari kesempatan.

"Aku menolak. Jangan ganggu aku ataupun temanku lagi. Sepertinya kau pengusaha kaya, jadi kerusakan sedikit itu tak mungkin menjadi masalah besar." Ketus Nesya segera melangkah pergi sebelum pria itu tetap memaksanya.

Pria tampan itu hanya tersenyum smirk melihat Nesya berlalu pergi menggunakan taksi. Dia semakin penasaran dengan Nesya.

Next .......

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!