MW 05

"Okey.. Gue juga ada tugas sejarah nih belum kelar,

malah pengen muntah liat bacaan yang seabreg..

Ya walau sejarah ngomongin tentang masa lalu tapi

gue gak suka kalau gue harus nginget masalah masa lalu musik yang panjang kaya jalan kenangan, kalau masa lalu gue sama Vino sih-"bukannya menutup panggilan videonya, Indah malah kembali curhat dengan wajah yang terlalu didramatisir.

"Elah.. Gak usah curhat juga kali.." potong Kanaya. "Iya tapi jangan lupa lo kirim catetan lo ke gue, gue

males ngerangkum nih, lo kan nulisnya pendek-pendek kaya tinggi lo."

"Eh ngomong apa---? "

Tutututttt

"Ihh.. Bangsat, dimatiin lagi, udah ngehina juga." gerutu Kanaya, diapun memilih melanjutkan makannya yang tertunda.

Selesai makan, Kanaya memilih pergi ke dalam kamarnya yang ada di lantai atas, tatapannya terus ke arah layar ponselnya yang dia pegang. Selesai makan, dia mendapat pesan dari sahabat-sahabatnya yang menanyakan catatan sejarahnya, walaupun beda kelas namun guru sejarah mereka sama, so tugasnya pun sama, karena kelas Kanaya sudah mengerjakan tugasnya akhirnya kini ia menjadi sasaran contekan teman-temannya.

Saat kakinya menapak di anak tangga pertama, gadis yang kini hanya memakai kaos putih dengan celana selutut itu mendengar pintu utama yang tak jauh dari tangga dibuka. Dan, saat menengok, dia mendapati seorang perempuan tua yang tampak cantik dengan balutan pakaian kantornya. Dia Ros, mama dari Kanaya, kedua perempuan itu saling bertatap dalam diam, namun tak lama kemudian, Ros mengalihkan pandangannya dan pergi dari sana seolah tak kenal kepada Kanaya, mereka seperti orang asing satu sama lain. Kanaya selalu merasakan hal tersebut, setelah 2 menitnya terbuang sia-sia, Kanaya berbalik dan menaiki tangganya dengan ritme yang cepat, seolah ingin cepat-cepat pergi dari sana. Dia memasuki kamarnya yang berwarna biru langit dan membanting tubuhnya di atas kasurnya.

Tring!

Ponselnya berbunyi, Kanayq mengambilnya dan ternyata pesan dari Indah lah yang keluar.

Kanaya.. , mana catetannya? Buru elah, gue udah ngantuk nihh.

Kanaya tertawa, dia beranjak dari kasur dan menghampiri meja belajarnya, setelah memfoto catatannya yang super banyak dengan ponselnya

kemudian ia mengirimkan foto-foto itu kepada Indah lewat grup.

Kanaya : Udah, gue kirim di grup.

Indah : Okey thanks, otw grup bu

Tidak lama kemudian, dia melihat Indah mengirimkan gambar kepadanya, namun dia tak tau gambar apa itu, dan harus diketahui, saat mengetahui gambar itu foto Alvin, Kanaya kaget bukan main, untuk apa sahabatnya mengirimkan foto tersebut.

Inda : mengirimkan gambar

Kanaya : Ngapain lo kirim foto itu?

Indah : Hadiah karena lo udah kasih tugas lo k gw, ganteng kan?😝

Kanaya : Ganteng kalau diliat dari monas pake sedotan bengkok, piks, ganteng banget!!

Kanaya mematikan ponselnya saat mendengar suara mesin mobil memasuki halaman rumahnya. Dia berjalan menghampiri pintu balkon kamarnya yang terbuat dari kaca, dia membuka tirai yang menutupi pintu tersebut dan melihat kearah bawah saat mobil hitam itu terbuka, kali ini, dia bisa melihat papanya yang mulai memasuki rumah. Gadis itu hanya bisa menghela nafas kasar karena dia selalu menyadari bahwa dia hidup di dalam keluarga yang tak pernah bahagia. Entahlah, Kanaya tak pernah merasakan kasih sayang dari orang tua, dia hidup seperti sendiri apalagi setelah kakaknya nikah dan menetap di kota Kembang alias Bandung.

Kanaya hanya memiliki satu kakak perempuan. Awalnya ia selalu bersama Bunga sang kakak, tapi setelah kakaknya menikah beberapa bulan lalu dan memilih menetap di Bandung bersama suaminya, Kanaya merasa ia benar-benar sendiri.

Untuk kedua kalinya Kanaya menghela nafas kasar, dia berjalan menghampiri kasurnya namun terhenti saat dia mendengar seperti sesuatu terjadi di lantai bawah. Kanaya beranjak menghampiri pintu kamarnya dan berjalan mencari sesuatu yang mengusik telinganya, dan dia mendapati pertengkaran di sana, pertengkaran antara papa dan mamanya.

"Untuk apa kau pulang? Tinggal saja di rumah selingkuhan mu itu, jangan pernah kembali ke rumah ini!!"

"Hei.. Ini rumahku, aku bebas tinggal disini, kau jangan kurang ajar kepadaku! Aku masih suamimu ya!!" papa Kanaya tampak marah atas sambutan dari istrinya.

Ros berdecih bahkan sempat meludah di hadapan suaminya. "Saya kurang ajar seperti ini karena anda tuan Herlangga." katanya dengan sinis.

"Jangan kurang ajar kamuu!" tangan Herlangga melayang membuat Kanaya berlari kearah mereka berdua dan..

Plakk

Tamparan itu hinggap di pipi Kanaya, yang awalnya tangan besar itu akan hinggap di pipi Ros kini malah hinggap di pipi anaknya. Kedua orang tua itu terkejut, mereka tak sadar bahwa percekcokan mereka ditonton oleh anak bungsunya.

"Apa yang kau-" suara Herlangga menghilang, dia menatap Kanaya yang masih memejamkan matanya sambil memegang pipinya yang terkena tamparan.

"Jangan sekali-kali anda menyakiti mama saya." ujarnya tajam. "Sudah cukup anda membuat hati mama saya sakit dan saya mohon, jangan sakiti fisiknya." setelah itu dia berlari kembali ke kamarnya sembari memegang pipinya yang terasa perih, air matanya luruh dan semalaman dia menangis sejadi-jadinya. Kedua orang tuanya tak jarang adu mulut, namun sekedar adu mulut untuk kekerasan fisik itu tidak pernah. Semuanya terjadi saat papanya mulai berselingkuh dan memainkan hati mamanya, dan tanpa dosanya dia membawa beberapa perempuan ke dalam rumah tersebut tidak pernah merasakan sakitnya dia dan mamanya, Kanaya merasa papanya seolah-olah yang berkuasa disana tak pernah memikirkan dampaknya, banginya papanya memang seorang raja, raja jahat yang datang dari dunia hitam untuk menghancurkan keluarganya.

Skip pagi hari

Kanaya tampak masih sibuk mengerjakan tugasnya yang belum dia selesaikan di rumah karena dia menangis semalaman sampai melupakan tugas bahasa inggrisnya.

"Lagi ngerjain apa lo?" Kanaya tersentak, pulpen yang dia pegang jatuh dari tangannya.

Gadis itu mendongak, dan mendapatkan Alvin disana, ya Alvin-lah yang bertanya. Kanaya memilih mengambil pulpennya dan melajutkan mengerjakan tugasnya yang belum selesai. "Gak liat? Gue lagi ngerjain tugas. Katarak ya?"

"Tugas? Inggris?" tanya Alvin tak menghiraukan perkataan Kanaya, gadis itu hanya mengangguk mengiyakan, dia merasa hawa canggung menyelimutinya.

"Gue nyontek." tanpa persetujuan dari Kanaya, Alvin langsung menggusur kursi di samping meja Kanaya dan mendudukinya. Setelah itu laki-laki itu membuka tasnya dan mengambil buku bersampul cokelat di dalamnya.

"Liatt!" dia menarik buku Kanaya yang tak bersampul, namun Kanaya kembali menarik bukunya dan menatapnya dengan mata yang melotot. "Gue juga belum!! Jangan mulai ganggu gue deh, ini masih pagi!"

Setelah itu, Kanaya kembali berkutat dengan alat tulis di hadapannya. Alvin tidak beranjak sedikitpun, dia malah menggeser kursinya sehingga berdempet dengan Kanaya kemudian.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!