Most Wanted

Most Wanted

Pertama Masuk Sekolah

Gadis mungil itu masih berdiri di jajaran kedua dari terakhir. Mengikuti serangkaian acara saat upacara pembukaan MOS. Music Academy School sudah menerima siswa baru dan kini sekolah musik yang terbilang favorit itu tengah mengadakan MOS untuk melatih kedisiplinan siswa yang sudah lulus dari Sekolah Menengah Pertama seperti sekolah pada umumnya.

Setelah kepala sekolah memberikan sambutan dan membuka MOS tahun ini, semua siswa angkatan baru diperbolehkan masuk ke kelasnya masing-masing dibimbing oleh seniornya dari Organisasi Siswa Music Academy School yang setara dengan OSIS.

Kanaya duduk sendirian di kursi paling depan, ya, sendirian, belum ada yang di kenal di kelasnya. Dia tau siapa mereka tapi dia tak kenal, yah anak-anak di kelasnya kini merupakan anak-anak satu SMP-nya namun tak ada yang satu kelas dengan nya dulu. Kanaya tau karena mereka termasuk anak-anak yang populer di sekolah nya dulu, atau mungkin biasa disebut Most Wanted.

Kanaya memutar matanya, menatap sekitarnya hendak memastikan, rata-rata memang anak satu SMP-nya, tapi ada juga yang tak satu SMP, walaupun begitu, Kanaya tak bisa memulai pertemanannya dengan orang-orang baru yang menurutnya asing.

Bukhh

Tiba-tiba seseorang duduk di kursi sampingnya, Kanaya melirik laki-laki itu, dahinya mengernyit.

"Heh!! " pekik Kanaya sambil menatap laki-laki itu tajam. Laki-laki itu menengok. "Kenapa? "

Kanaya terperangah. "Kenapa?!!" pekiknya. "Lo punya sopan santun nggak sih atau emang lo yang bego? Main duduk aja. " lanjutnya seraya mencibir.

Laki-laki itu mengernyitkan dahinya sambil berlipat. Namun, raut wajahnya berubah cerah, dia mengulurkan tangannya kearah Kanaya " Alvin kalau nama lo sapa? Kanaya mengernyitkan dahinya, sok kenal banget sih.

Alvin tetap diam dengan senyum manisnya, tangannya masih menggantung di udara. Karena tak mendapat respon dari perempuan di depannya, laki-laki bernama Alvin itu memilih menatap benda yang menggantung di leher gadis di depannya dan menurunkan tangannya.

"Kanaya Aquino? SMP Antariksa? Lo dari sana? Gue juga dari sana.. Kok gak tau ya? Ahh.. Lo kelas apa dulu? Gue C, lo apa? " Alvin nyerocos tak jelas saat membaca name tag Kanaya.

Dan Kanaya tak suka itu.

Apaan sih? Gaje banget nih cowok.

Kanaya mengangkat satu alisnya. "Gue juga nggak tau kalau lo satu SMP sama gue." dusta perempuan itu, siapa yang tak kenal Alvin Purnama? Dia adalah salah satu Most Wanted di SMP Antariksa. Semua orang suka dengan ketampanan, semua orang kagum dengan prestasinya dibidang musik dan dia yang selalu dicari apabila dalam satu hari belum terlihat.

"Gue itu bukan cewek populer yang bisanya dandan di sekolah, makanya lo gak tau siapa gue." sahut Kanaya datar. Dia memang bukan anak populer seperti Kanaya. Cewek itu memang tertutup dan sedikit tak suka dengan dunia luar. Walau sebenarnya dia cantik, pintar, dan kaya? Tapi Kanaya paling anti dengan yang namanya Most Wanted, yang menurutnya mengundang anak-anak alay di sekolah.

"Terus kenapa lo nggak kenal gue? Secarakan gue itu most wanted di SMP Antariksa." Alvin membanggakan diri, dia mengusap rambutnya dengan gaya yang berlebihan.

"Tapi faktanya, gue nggak tau lo kan?" sinis Kanaya, dia memilih dengan tegas dihadapannya.

"Lo... Kelas apa dulu? Kok gue jadi penasaran ya?

"Basi."

"Kelas A? B? D? Atau E?"

Kanaya memutar bola matanya. "Sampah."

Alvin gendok saat mendengar balasan gadis di sampingnya. Dia mencubit pipi gadis itu yang tebal. "Ihhh... Gue nanya begoo."

Kanaya melotot tak percaya, dia menatap Alvin garang. "Apa-apaan sih lo? "

"Apaan? "

"Lo kenapa sih cari masalah sama gue?!! "

Teriakan Kanaya itu langsung membuat semua penghuni kelas menatapnya.

"Kalian berdua.. Jangan bicara saat senior tengah bicara!!!"

Mampus.

Dua orang senior kelasnya menatap Kanaya dan Alvin dengan mata yang hampir keluar.

Sial.

Bego.

Ba**sat!!

.

.

.

"Ini semua gara-gara lo!!" Kanaya mendelik kearah Alvin.

Beberapa waktu lalu, tepatnya setelah kepergok berantem di kelas. Alvin dan Kanays bersama teman-temannya diseret kearah taman depan sekolah untuk materi dan game, sialnya, sebagai hukuman, orang yang jadi korban game yang senior ciptakan adalah mereka kedua. Wajah mereka berdua di corat-coret nggak jelas dengan spidol hitam yang permanent.

Berterima kasihlah, karna mereka mendapatkan hukuman bersama-sama.

"Ishh.. Salah lo juga, kenapa teriak-teriak tadi?" Ali tak mau kalah, dia menggorek tasnya mencari sesuatu sambil mendumel tak jelas. Kini posisi mereka berada di taman belakang, duduk di salah satu kursi seperti potongan kayu yang terlihat indah.

Eh.. Banci, itu reflek tau.. Lo ngapain cubit gue juga hah? Sok akrab banget sih!!" Kanaya mendengus, dia menatap ponselnya yang sudah dia setting ke kamera. Inginnya gadis itu menangis sejadi-jadinya karena mukanya berhasil dirusak oleh seniornya yang super menyebalkan. Namun gadis itu berfikir, untuk apa menangis toh itu tak akan mengubah semuanya, yang jelas sekarang ia ingin mencakar-cakar wajah songong seniornya itu.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!