Lantai di bawahnya masih tampak bersih karena belum diinjak oleh ribuan sepatu kotor penghuni gedung tersebut. Bahkan lantai dingin itu dapat menimbulkan suara dari hentakan sepatu Kanaya yang pelan karena keadaan sekolah masih lenggang.
"Kanaya ?" seseorang menepuk bahunya membuat Kanaya menghentikan aktifitasnya yang menatap satu persatu ubin di bawahnya. Dia menengok mendapati seseorang yang menatap ke arahnya dengan senyum manisnya.
Kanaya tau perempuan itu, dia teman sekelasnya, namun gadis itu tak tau nama perempuan tersebut "Baru dateng ya?" tanya perempuan itu.
Kanaya mengangguk pelan. "l-iya."
Perempuan itu terkekeh, mereka melanjutkan langkahnya menuju kelasnya yang masih terasa jauh. "Kemarin itu, lo sama Alvin lucu tau.
Tiba-tiba Kanaya cemberut. "Gue anggap itu pujian" katanya. "Gue Kanaya, lo?" lanjutnya sambil mengulurkan tangannya.
Gadis di depannya tersenyum manis, dia menerima tangan Kanaya dan menjawab. "Udah tau kok, gue Rara."
Kanaya menganggukan kepalanya dan menatap kembali ke arah depan. "Lo bangkunya deket sama gue ya Kay, gue belum ada temen nih." kata rara.
Kanaya hanya mengangguk dan berkata. "Gue juga belum ada temen."
MOS sudah selesai, dan hari ini mereka sudah menjadi siswa asli dari MAS. Seragam yang kemarin masih putih biru kini berganti dengan kemeja putih yang dibalut rompi berwarna putih bercorak hitam dan rok abu-abu bercorak hitam. Seragam khas MAS.
Tak lama, mereka berdua memasuki salah satu ruang yang tampak bersih dengan beberapa siswa yang sibuk ngerumpi. Kanaya tak memperdulikan hal itu, dia menunjuk salah satu bangku dan menyimpan tasnya di atas kursi tersebut. "Duduk di sini aja ya.." Rara mengangguk, dia ikut menyimpan tasnya di kursi bangku samping bangku Kanaya. kelas.
Bangku ketiga jajaran ke 3 itu memang pas menurut Kanaya untuk belajar selama satu tahun ini, tidak terlalu depan juga belakang. Dan Rara duduk di bangku ke-3 jajaran ke-2. Ternyata bangkunya tak seperti bangku MOS yang bisa diisi oleh dua orang, kini bangkunya bangku tunggal yang hanya bisa diisi oleh satu orang.
Tiba-tiba sebelum Kanaya menduduki kursinya, seseorang menduduki kursi tersebut dengan santai, pandangannya tetap fokus dengan ponsel di tangannya. Dan hal itu membuat Kanaya membulatkan matanya.
Brakhh
Kanaya memukul meja tersebut membuat Alvin yang duduk disana tersentak kaget. "Apaan sih?" Kanaya berdiri dari duduknya.
Okey, perang akan dimulai.
"Apa?" Kanaya tertawa renyah. "Heii.. Lo emang dari kecil gak tau SOPAN SANTUN yah?" sahut Kanaya sedikit keras. "Ini bangku gue heh, lo gak liat tuh udah ada tasnya?" lanjutnya dengan suara yang ditekannya menahan emosi, ia menunjuk tasnya.
Alvin
hanya terkekeh. "Bodo amat lah, serah gue, emang elo siapa?"
Sorot mata Kanaya menggelap, semua penghuni kelas yang menyaksikan perdebatan itu tiba-tiba merasakan hawa dingin mulai menyergap mereka.
"An**ng!!" Kanaya berdesis, ia bahkan harus mengeluarkan kata kasar karena menurutnya Kanaya terlalu menyepelekan.
Dengan keberaniannya, Kanaya mengangkat wajahnya, mata hazelnya menatap Alvin tajam. "Lo tau? Hal yang ngebuat cowok keliatan bego?" Kanaya melangkah hingga jaraknya dengan Alvin sangat dekat. "Cowok yang suka ngerendahin cewek itu salah satunya."
Alvin diam, sejujurnya dia sedikit terpesona dengan mata Kanaya yang indah, tapi ia tak suka saat sifat Kanaya
yang seperti ini. la sedikit merinding?
Kanaya mencondongkan wajahnya dengan satu alis yang terangkat. "Dan barusan lo ngerendahin gue dengan menyepelekan hal yang kecil." katanya kemudian mendekatkan bibirnya ketelinga Alvin. "So? Gue anggap lo bego." bisiknya tepat di samping telinga Alvin
membuat Alvin sedikit tegang.
Semua penghuni kelas menahan nafas saat melihat Kanaya mengambil kasar tasnya dan berjalan dengan wajah datar kearah bangku yang kosong dan jauh dari bangku Alvin.
"Woyy.. Ada wali kelas!!!" teriak dari salah seorang siswa langsung membuat susasana kelas yang awalnya hening kembali ricuh.
Alvin meluruhkan badannya yang tegang, kok gue jadi tegang gini sih?
Sesungguhnya, kata-kata Kanaya sedikit menusuknya. Apalagi suara Kanaya yang menyapu telinganya. Alvin bergidik mengingatnya.
Ahh tau, kenapa jadi kepikiran sih?
.
.
.
Skip istirahat
Skip kantin
"Mereka sahabat gue pas SMP, so.. Lo anggap aja mereka temen lo."
Ketiga teman Kanaya mengangguk mengiyakan. "Santai aja sama kita mah.." kata Ajeng.
Rara menganggukan kepalanya dan kembali memakan lontong di hadapannya.
"Lo dari mana? Mmm.. Maksud gue dari sekolah mana?" tanya Indah.
"Gue dari Surabaya." Jawaban dari Rara langsung membuat Ajeng memukul keras bahu Kanaya. "Pantes aja lo punya temen, dari luar sihh.." Kanaya terkekeh menanggapinya.
"Nih ya Ra, Kanaya itu udah enek sekelas sama anak-anak hits di kelasnya, jadi kita berfikir, gak ada yang bakal jadi temennya.. Tapi tuhan berpihak padanya, soalnya ada orang luar yang sekelas dengannya.." kata Aldo.
"Yahh.. Sudah gue duga itu." Rara tertawa, dia melihat Kanaya kembali ke semula, dia tertawa dan bercanda dengan teman-temannya.
Batagor pesanan Kanaya ludes di makan oleh Aldo, dia hanya beralasan tak nafsu makan karena batagornya masih utuh.
"Kay." di sela-sala obrolannya bersama teman-temannya ada yang memanggilnya, Kanaya menengok dan mendapati Alvin di belakangnya. Rara membulatkan matanya saat melihat Alvin. Dia tak mau kalau kejadian tadi pagi terulang lagi.
Kanaya mengangkat alisnya bingung. "Kenapa?"
Alvin tak menjawab, dia duduk di samping Kanaya yang bangkunya kosong. Laki-laki itu mengambil sesuatu di dalam saku celanannya dan saat tangannya keluar, ada satu bungkus cadbury dairy milk yang dia genggam. "Nihh.." ia menyodorkan cokelat itu kearah Kanaya, dan Kanaya hanya mengangkat alisnya. "Apaan?"
Alvin menggaruk tengkuknya salting. "Hutang gue.
"Ahh... Kanya ingat, saat MOS Alvin pernah mencuri satu bungkus cadbury dairy milknya karena lapar katanya. Saat itu juga Kanaya
ngamuk, itu makanan kesukaannya dan amukannya berhenti saat Alvin bilang akan menggantinya. "Ohh.. Okey, thanks." kata Kanaya merebut cokelat tersebut. "Silahkan pergi." lanjutnya dengan dingin.
Alvin membulatkan matanya. "Yaelah, ngusir lo? Gak tau terima kasih banget sih lo."
"Eh? Lo torek ya? Gue tadi bilang makasih sama lo."
"Ya gak usah pake ngusir juga kali, gue kan-" sahutan Kanaya berhenti saat ada seseorang memanggilnya. Laki-laki itu berdecak dan berdiri. "Ganggu aja sih." gumamnya pelan. "Gue duluan." lanjut Alvin sambil menepuk kepala Kanaya dan pergi dari sana.
Teman-teman Kanaya hanya cengo atas kejadian barusan. Mereka menatap Kanaya dengan tatapan curiga.
"Kok bisa sih Alvin ngasih lo cokelat?" tanya Aldo heran.
"Cuman hutang." kata Kanaya santai.
"Lo yang hutang cerita ke kita!!" pekikan dari ke tiga temannya itu langsung membuat Rara dan Kanaya menutup telinganya.
Kanaya lupa Alvin adalah Most Wanted di sekolahnya dulu, siapa yang gak tau termasuk teman-temannya. Berdo'alah semoga teman-temannya tidak menyidangnya 3 jam sepulang sekolah.
.
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 32 Episodes
Comments