"Apa kau tahu, kenapa saya harus menerima semua syarat, yang dia berikan, Durant?" tanya Bara menatap rentetan persyaratan yang diberikan oleh Nabila padanya. Dari semua list yang ada, tidak ada satupun yang menguntungkan untuknya. Semua ini hanya untuk kesejahteraan Nabila, tapi kesengsaraan untungnya.
"Bos, kenapa dia tidak kita penggal saja?" tanya Durant dengan entengnya.
Bara mendelik, dia menatap Durant dengan tatapan maut. Untuk apa Bara menahan Nabila selama lima tahun kalau hanya untuk membunuhnya. Terlebih, Bara sudah berjanji pada seseorang jika dia tidak akan melakukan hal-hal gila seperti itu lagi.
"Maaf, Bos!" ucap Durant. Dia benar-benar merasa serba salah, sudah lebih dari satu jam dia berdiri untuk menemani Bara yang sedang memperhatikan kertas putih panjang di atas meja. Tapi tidak ada yang laki-laki itu lakukan. Bara terus berpikir sampai Durant tidak tahan untuk pergi ke kamar mandi. 15 menit lagi Bara menahannya, Durant yakin jika dia akan kencing di celana.
"Poin pertama ini apa, Durant. Kenapa dia bilang karena keyakinan yang berbeda kita tidak bisa menikah?" tanya Bara tanpa memerhatikan kesulitan apa yang sedang melanda sekertarisnya.
Keringat mulai bercucuran dari pelipis Durant, kakinya bergetar menahan senapan nya yang ingi segera di ledakan. "Itu, Bos. Agama. Bos tidak mempercayai apapun, Nyonya Nabila itu memiliki Tuhan. Dari apa yang saya baca, dia tidak boleh menikah dengan orang yang mempercayai Tuhan yang berbeda!"
Bara mengangguk-anggukan kepalanya pelan. "Untuk apa mempercayai sesuatu yang tidak nyata. Saya adalah saya. Tapi, kalau dia ingin saya meyakini apa yang dia yakini, saya akan melakukan itu. Poin pertama selesai," ucap Bara mencoret kertas tersebut.
"Bos saya ma!"
Durant tidak melanjutkan kalimatnya saat melihat tangan Bara terangkat ke atas. Laki-laki itu meringis untuk kesekian kalinya. Ya Tuhan ... dia benar-benar sedang terdesak.
"Poin ke dua, apakah kau tahu di mana suaminya? Bukankah kau bilang kalau dia itu single mom? Kenapa dia menyuruh saya untuk menemui, suaminya? Anatar saya ke sana sekarang!"
Bara beranjak, dia mengambil jas yang ada di sandaran kursi kemudian keluar dari ruangannya.
"Bos, saya ke kamar kecil sebentar!" ujar Durant berlari terbirit-birit. Bara hanya menatapnya dengan wajah melongo. Ada apa dengan asistennya itu, kenapa dia berprilaku seperti itu. Benar-benar sangat aneh.
....
Wajah Nabila sudah tidak se murung biasannya. Dia tersenyum, tangan keibuannya mengusap wajah buah hatinya dengan usapan yang sangat hati-hati. Seolah sedang merawat bayi, Nabila takut jika anak yang sedang berbaring itu kesakitan karena ulahnya. Syukurlah, karena Bara membantunya, Ezra bisa mendapatkan perawatan dan pelayanan di kelas VVIP.
"Sayang!" gumam Nabila dengan senyum di bibirnya. "Besok kamu akan menjalani operasi. Kamu tahu, setelah kamu sembuh nanti, kamu bisa pipis seperti orang normal. Bukankah ini sangat bagus?" celoteh Nabila dengan hati yang lebih tenang. "Mama bertemu orang jahat yang sedikit bodoh, tapi dia sangat baik. Dia mau menolong kamu Nak. Sudah cukup selama ini kamu menderita. Mama ingin kamu sembuh. Kalau sudah sembuh, nanti kita daftar sekolah ya ... Ezra denger mama 'kan Sayang?"
Nabila menengadah. Kenapa dia malah menangis saat dia tahu jika anak laki-lakinya akan menjali hari-hari yang normal. Entah berapa kali, Nabila berpikir untuk berhenti memperjuangan kesehatan Ezra, tapi Tuhan selalu tau yang terbaik. Allah tahu apa yang terbaik untuk mereka.
"Mama akan menyimpan ini dulu! Ezra istirahat ya, Sayang!"
Kecupan Nabila berikan di kening putra semata wayangnya. Dia keluar dari ruangan itu dengan perasaan tak menentu. Tangis haru tidak bisa dia tahan. Sekali lagi dia menoleh melihat pintu itu sebentar. Nabila berbalik, tapi, karena di terlalu buru-buru, dia tidak sadar jika di depannya ada orang lain hingga tabrakan itu tidak bisa dihindari.
"Akh, maaf!" ucap Nabila membungkuk beberapa kali. Dia mengambil handuk basah juga baskom kecil yang jatuh ke lantai.
"Lain kali berhati-hati lah!" ketusnya. Dokter itu berlalu meninggalkan Nabila.
Ibu muda itu kembali berdiri, dia bergidik ngeri membayangkan betapa dingin dan arogannya dokter yang baru saja lewat. "Dokter, Fathan!" gumam Nabila, dia tidak sengaja melihat kartu pengenal yang menggantung di leher dokter tersebut. "Untung tahu. Saya tandai ya Pak dokter." Nabila bergidik ngeri melihat gelagat luar biasa orang-orang kaya. Dulu, saat dia memiliki segalanya, apakah dia juga seperti itu? Nabila rasa tidak. Atau hanya perasaannya.
"Astagfirullah ... jangan sampai aku seperti itu."
Sementara di tempat lain, seorang laki-laki sedang terheran-heran. Bagaimana tidak, dia diam termangu di depan sebuah makam yang di apit beberapa makam lain. "Kau serius suami wanita itu ada di dalam sini, Durant? Dia sudah meninggal?" Bara menatap tidak percaya sekertarisnya itu. Dia benar-benar tidak habis pikir, kenapa dia harus meminta ijin pada orang mati.
"Benar, Bos! Suami Nyonya memang sudah meninggal lima tahun yang lalu. Karena itu juga tidak pernah ada laki-laki yang menikahi, Nyonya karena Nyonya selalu mengatakan jika dia masih memiliki suami. Namun, di sinilah suaminya berada."
Bara tersenyum miris. Kalau ceritanya seperti itu, wajar wanita secantik Nabila tidak pernah memiliki suami. Apakah selama 5 tahun ini, narasumbernya tidak pernah mencari tahu tentang ini, kenapa Bara baru tahu sekarang. "Lalu, bagaimana cara saya untuk meminta ijin darinya? Bukankah dia sudah mati? Tidak mungkin saya harus menemuinya di akhirat bukan?"
Durant menahan senyum. Bosnya ini benar-benar kacau. Hanya untuk meniduri seorang wanita dia rela melakukan hal-hal gila seperti ini. Padahal, jika dia mau, membeli 2 lusin pun dalam satu malam, Bosnya ini benar-benar sangat mampu.
"Nyonya hanya meminta Anda untuk meminta ijin, Bos. Tidak penting suaminya mengijinkan atau tidak," jawab Durant seadanya.
Bara mengangguk-anggukan kepalanya mengerti. Dia berjongkok kemudian mengetuk keramik yang menjadi rumah dari suami wanita incarannya itu. "Hei Tuan, Ramadhan bin Sofiyan. Aku ingin meminta ijin untuk menikah dengan istrimu. Kau tenang saja, jika kami tidak cocok, saya akan mengembalikan dia kepadamu. Saya hanya ingin membuktikan bahwa tidak ada satu orang pun yang bisa membantah saya. Istri Anda itu terlalu sombong. Dia menganggap tinggi dirinya, padahal dia bukan apa-apa. Wanita hanya mainan bagi saya. Tidak ada yang sepesial dari istrimu!" Bara tersenyum menyeringai setelah mengucapkan kalimat itu. "Saya juga ingin meminta izin untuk sedikit bermain-main dengannya. Saya janji, saya tidak akan membuatnya mengeluarkan darah. Walau hanya untuk satu tetes pun, tidak." Senyum evil kembali tersungging di bibirnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 98 Episodes
Comments
Nana
berhubung udah tau tentang Bara di ceritanya Eil & Nathan, Bara disini kok jadi kocak 🤭🤭🤭
2023-06-27
0
💞N⃟ʲᵃᵃ࿐yENni💖
Aduh pak Bara kamu ini minta izin apa lagi ngancem sich🤦♀️🤦♀️🤦♀️🤣🤣🤣🤣🤣🤣
2023-01-24
1
Mbah Edhok
ketok pintu ... eh pintu makam ... dibuka pintunya ... monggo masuk... pak ramadhan sedang tidur di dalam ... eerrrr !!!
2023-01-20
0