Pingsan

Waktu terus berlalu, Tak terasa Melati sudah akan mengikuti ujian kenaikan kelas. Dan usia kedua adiknya sudah tiga tahun. Selama itu Melati sering merasakan kedua tangannya lemas tak berdaya, sehingga sering juga dia memcahkan piring, gelas saat mencuci piring dan sering jatuh saat bersepeda dan sering juga dia menumpuk tugas menulisnya, karena memang tak kuat untuk melanjutkan kegiatan menulisnya.

Pagi itu, jadwal Melati dirumah sangat padat, karena neneknya sedang ada perlu di rumah anak kandungnya. Sehingga Melati harus membantu bapaknya mengurus kedua adiknya terlebih dahulu, sampai dia tidak sempat untuk sarapan. Hari itu hari senin, Melati berangkat bersama Zia sudah cukup siang, sehingga mereka berusaha untuk tidak terlambat, karena hari senin, jika terlambat pasti akan baris di barisan tersendiri.

Dan beruntungnya mereka, saat bel masuk berbunyi, sepeda mereka pas masuk pintu gerbang sekolah, sehingga tidak terlambat bagi mereka untuk mengikuti kegiatan upacara bendera. Dengan tergesa-gesa Melati ke kelas sambil lari-lari untuk meletakkan tasnya di kelas, dan mengambil topi.

"Sat, kamu ngapain masih disitu?" tanya Melati.

"Nunggu kamu." jawab Satria.

"Hadeh, keburu telat juga kenapa masih nunggu." omel Melati sambil berjalan cepat menuju lapangan upacara.

"Biar kalo kamu telat, ada aku yang nemenin kamu." kata Satria mengikuti langkah Melati.

"Oh ya? Terimakasih lho sebelumnya." kata Melati sambil berlari, saat melihat upacara segera dimulai.

Melati dan Satria mendapat barisan tengah, karena tinggi mereka tidak terlalu tinggi, dan tidak terlalu pendek. Sehingga Mereka berada ditengah, kebetulan Melati dan Satria sberada dalam atu barisan.

Sampai pada hormat bendera, tiba-tiba tangan Melati terasa lemas, lalu diturunkannya tangannya yang tadi sempat hormat bendera, sambil nyengir menahan rasa sakit.

"Kenapa Mel?" bisik Satria.

"Biasa. lemes." kata Melati.

"Mending kamu rehat di belakang aja deh Mel, kamu pucet banget. Udah sarapan belum?" tanya Satria masih dengan berbisik dan tangan kanan tetap hormat bendera. Lagu Indonesia Raya dinyanyikan oleh regu koor di bagian timur lapangan.

"Ga ah, aku gapapa kok." kata Melati bersikeras.

"Tapi kamu pucet Mel." kata Satria lagi.

Melati tak menanggapi perkataan Satria, karena pandangannya sudah mulai kabur, kepalanya pusing, keringat dingin mulai keluar dan membasahi tubuhnya.

Brugh....

"Mel, Melati!" Satria langsung menangkap tubuh Melati yang sudah sebagian tubuhnya jatuh ke tanah. Seketika itu juga siswa yang berdiri disekitar Satria ikut mendekati Melati. Beberapa guru yang tau ada siswa yang pingsan, segera berlari ke barisan itu, dan membopong tubuh Melati untuk dibawa keluar barisan. Satria mengikuti dari belakang.

Sesampainya di UKS, pak Dewa datang.

"Melati." panggil pak Dewa yang kemudian mengecek tubuh Melati di pergelangan tangan Melati.

"Satria, apa tadi tangan Melati sakit lagi?" tanya pak Dewa yang sudah hafal dengan keadaan Melati. Hampir satu tahun Melati bersekolah di sana, guru terdekat yang begitu mengerti dengan keadaan Melati adalah pak Dewa. Karena tak sekali dua kali Melati sering lemas saat pelajaran mengetik di ruang komputer.

"Iya pak." jawab Satria.

"Kita langsung bawa ke IGD saja pak, sekalian ngecek keadaan tangannya yang sering lemas dan mati rasa." kata pak Dewa kepada Pak Agus penanggung jawab UKS.

"Baik pak." jawab pak Agus.

Pak Dewa segera menggendong tubuh Melati dan dimasukkannya ke dalam mobilnya pak Agus. Mobil itupu. melaju menuju rumah sakit terdekat, untuk memeriksa secara keseluruhan keadaan Melati.

Sesampainya di IGD, Melati langsung di tangani oleh petugas dan Pak Dewa segera menghubungi pihak keluarganya. Kebetulan, sejak kajadian Melati jatuh dari sepeda waktu itu pak Dewa meminta nomer yang bisa dihubungi kepada bapaknya Melati. Mengingat kondisi Melati yang terkadang tidak sadarkan diri.

Tak berapa lama kemudian, dokter keluar dan menjelaskan penyebab pingsannya dan menyampaikan penyakit yang diderita Melati. Serta Dokter menyampaikan bahwa Melati harus di rawat terlebih dahulu, agar kondisinya benar-benar membaik.

Pak Yudi pun tiba di IGD, dengan wajah panik, dia menemui pak Dewa yang sedang menemani Melati yang masih belum sadarkan diri, di ruang periksa, sambil menunggu kamar inap disiapkan. Sedangkan pak Agus sudah harus kembali ke sekolahan, karena masih harus bertugas di ruang UKS.

"Assalamualaikum." salam pak Yuda setelah mengetahui tempat putrinya ditangani dari pihak rumah sakit.

"Wa'alaikumsalam." jawab pak Dewa.

"Bagaimana keadaan anak saya pak guru?" tanya pak Yudi.

"Bapak tenang dulu. Ini Melati masih belum sadarkan diri pak, tetapi tadi sudah ditangani dokter, dan terpaksa Melati harus dirawat di Rumah sakit terlebih dahulu, agar keadaannya benar-benar membaik." jawab pak Dewa.

"Terimakasih pak Guru, sudah menolong putri saya." kata pak Yudi dengan air mata yang tertahan.

"Sudah menjadi tanggungjawab kami pak, jika mereka berada di sekolahan." jawab pak Dewa.

Tak berapa lama kemudian, Melati sadar. Lalu Melati menjalani pemeriksaan yang intensif, lalu baru dipindah ke ruang rawat inap. Sedangkan pak Yudi diminta untuk ke ruangan dokter untuk mendapatkan penjelasan yang lebih lengkap.

"Maaf dok, bagaimana keadaan putri saya?" tanya pak Yudi.

"Apakah putri bapak ada riwayat kejang sebelumnya?" tanya dokter Fandi.

"Pernah dok, waktu bayi usia enam bulan, usia tiga tahun dan saat dia berusia lima tahun pak." jawab pak Yudi.

"Hem, ada riwayat penyakit lain?" tanya Dokter Fandi lagi.

"Dulu, waktu dia SD, dia menderita sesak nafas dok." jawab Pak Yudi.

Dokter Fandi menarik napas dalam dan mengeluarkannya perlahan.

"Sudah berapa lama tangan dek Melati ini sering mati rasa dan lemas pak?" tanya dokter Fandi lagi.

"Seingat saya, sudah sekitar satu tahun ini pak, tetapi setiap saya mau antar periksa, katanya tidak apa-apa. Karena sakitnya kadang hilang, kadang datang pak." kata Pak Yudi.

"Masih sekolah ya pak?"

"Masih pak."

"Kalau saran saya, sebaiknya putri bapak istirahat dulu sekolahnya, karena tangannya sering merasakan sakit, lemas dan mati rasa itu, karena syaraf pada tangannya sudah terkena gangguan pak, dan hal itu bisa jadi, disebabkan karena efek samping dari obat yang sering dikonsumsi putri bapak sejak bayi, dan atau karena efek dari kejangnya saat dia masih bayi dahulu. Ada syaraf yang terhubung ke tangan, dan itu ada gangguan. Dokter Syaraf yang lebih tau, sehingga ini saya rekomendasi kan untuk ditangani langsung oleh dokter Arifin, selaku dokter syaraf ya pak. Dan ini nanti, setelah pulang dari rumah sakit, Dek Melati harus menjalani terapi syaraf tangan agar tidak menjalar ke anggota tubuh yang lainnya." kata dokter Fandi.

"Baik dokter, tolong berikan yang terbaik saja untuk putri kami." kata pak Yudi.

"Baik pak. Kalau begitu, bapak boleh tengok putri bapak." kata dokter Fandi.

Terpopuler

Comments

Neulis Saja

Neulis Saja

with every difficult there must be ease, therefore we must be patient and pray 🤲

2024-02-04

0

Yeni Eka

Yeni Eka

yg tabah ya Mel

2023-01-03

0

Herry Murniasih

Herry Murniasih

Kasihan Melati disaat dia semangat untuk meraih cita citanya harus dihadapkan masalah penyakitnya, semoga penyakit yg di deritanya segera pulih, lanjut Thor

2022-12-09

0

lihat semua
Episodes
1 Prolog
2 Berkenalan
3 Mati Rasa
4 Jatuh
5 Pingsan
6 Berhenti Sekolah
7 Hadiah Ulang Tahun
8 Terapi
9 Lemah
10 Bapak
11 Ikhlaskan
12 Perpulangan
13 Ditinggal lagi
14 Pergi
15 Demam
16 Bengkak
17 Perhatian
18 Brosur
19 Daftar Kursus
20 Kursus
21 Melamun
22 Belajar Naik Motor
23 Sungkan
24 Labrak
25 Kabar dari Rumah
26 Nasehat
27 Berpamitan
28 Sepucuk Surat
29 Kabar Berita
30 Rapuh
31 Pelukan Ibu
32 Melepasmu
33 Visual
34 Tawaran
35 Baby Tsabita
36 Orang Baik
37 Cantik Itu Relatif
38 Duren (Duda Keren)
39 Kata adalah Do'a
40 Kalau Ketagihan?
41 Rewel
42 Seandainya
43 Transfusi Darah
44 Bucin
45 Gundah
46 Ijin Gowes
47 Nyasar
48 Baper
49 Ketagihan
50 Melati Vs Maryam
51 Terlambat
52 Menikah Lagi?
53 Eh Ketemu Lagi
54 Ngobrol
55 Kagum
56 Nenek
57 Air Matamu
58 Melepas dan Mengikat
59 Patah Hati
60 Bertemu Keluarga
61 Orang yang Sama
62 Menikah
63 Belahan Jiwa
64 Makan Siang
65 Galau
66 Cerita Sahabat
67 Cinta Pertamaku
68 Lolos Seleksi
69 NgeDate
70 Jasa tak Terlupa
71 Masa Lalunya
72 Bedah Buku
73 Bintang Tamu
74 Jelous
75 Sebuah Pengakuan
76 Apa ini Karma?
77 Ibu Mau Pulang
78 Pertemuan dua Keluarga
79 Firasat
80 Kecelakaan
81 Ku Akan Merawatmu
82 LDR
83 Kebohongan
84 Perdebatan Adik Kakak
85 Ahmad itu Latif
86 Cerita pasca Kecelakaan
87 Kecewa
88 Percekcokan
89 Talak
90 Demam
91 Melepas Rindu
92 Air Mata Melati
93 Pingsan
94 Suami?
95 Janda Vs Duda
96 Kesedihan Belum Usai
97 Memaafkan
98 Ku Ikhlaskan
99 Lulus
100 Lamaran
101 Hadiah
102 Mengikhlaskan
103 Bulan Madu
104 Cinta yang Terpendam
105 Mamaku
106 Seputih Melati
107 Obrolan Pasutri
108 Bucin
109 Tamu ku
110 Mantan Suami
111 Kamu Kuat
112 Kabar Bahagia
113 Persalinan
114 Sekeping Hati
Episodes

Updated 114 Episodes

1
Prolog
2
Berkenalan
3
Mati Rasa
4
Jatuh
5
Pingsan
6
Berhenti Sekolah
7
Hadiah Ulang Tahun
8
Terapi
9
Lemah
10
Bapak
11
Ikhlaskan
12
Perpulangan
13
Ditinggal lagi
14
Pergi
15
Demam
16
Bengkak
17
Perhatian
18
Brosur
19
Daftar Kursus
20
Kursus
21
Melamun
22
Belajar Naik Motor
23
Sungkan
24
Labrak
25
Kabar dari Rumah
26
Nasehat
27
Berpamitan
28
Sepucuk Surat
29
Kabar Berita
30
Rapuh
31
Pelukan Ibu
32
Melepasmu
33
Visual
34
Tawaran
35
Baby Tsabita
36
Orang Baik
37
Cantik Itu Relatif
38
Duren (Duda Keren)
39
Kata adalah Do'a
40
Kalau Ketagihan?
41
Rewel
42
Seandainya
43
Transfusi Darah
44
Bucin
45
Gundah
46
Ijin Gowes
47
Nyasar
48
Baper
49
Ketagihan
50
Melati Vs Maryam
51
Terlambat
52
Menikah Lagi?
53
Eh Ketemu Lagi
54
Ngobrol
55
Kagum
56
Nenek
57
Air Matamu
58
Melepas dan Mengikat
59
Patah Hati
60
Bertemu Keluarga
61
Orang yang Sama
62
Menikah
63
Belahan Jiwa
64
Makan Siang
65
Galau
66
Cerita Sahabat
67
Cinta Pertamaku
68
Lolos Seleksi
69
NgeDate
70
Jasa tak Terlupa
71
Masa Lalunya
72
Bedah Buku
73
Bintang Tamu
74
Jelous
75
Sebuah Pengakuan
76
Apa ini Karma?
77
Ibu Mau Pulang
78
Pertemuan dua Keluarga
79
Firasat
80
Kecelakaan
81
Ku Akan Merawatmu
82
LDR
83
Kebohongan
84
Perdebatan Adik Kakak
85
Ahmad itu Latif
86
Cerita pasca Kecelakaan
87
Kecewa
88
Percekcokan
89
Talak
90
Demam
91
Melepas Rindu
92
Air Mata Melati
93
Pingsan
94
Suami?
95
Janda Vs Duda
96
Kesedihan Belum Usai
97
Memaafkan
98
Ku Ikhlaskan
99
Lulus
100
Lamaran
101
Hadiah
102
Mengikhlaskan
103
Bulan Madu
104
Cinta yang Terpendam
105
Mamaku
106
Seputih Melati
107
Obrolan Pasutri
108
Bucin
109
Tamu ku
110
Mantan Suami
111
Kamu Kuat
112
Kabar Bahagia
113
Persalinan
114
Sekeping Hati

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!