Sejak masuk di bangku SMP, Melati sudah tidak seperti dulu saat semua teman di sekolahan, mereka mengetahui latar belakangnya dan mengetahui keadaannya. Di SMP, banyak teman baru yang baru mengenalnya namun mereka welcome padanya.
"Hai, Kenalin, aku Satria." kata Seorang teman laki-laki yang duduk di depan Melati sambil berbalik badan, mengulurkan tangan untuk mengajaknya berkenalan.
"Oh, ya. Aku Melati." kata Melati.
"Nama yang cantik, secantik orangnya." kata Satria sambil tersenyum.
"Terimakasih." jawab Melati tersenyum malu. Ya, malu, karena baru kali ini dia dipuji seorang laki-laki seumurannya.
"Oya, kamu mau ga jadi temenku?" tanya Satria mulai sok akrab.
"Iya, boleh." jawab Melati.
"Okey, mulai sekarang, kita Berteman ya." kata Satria.
"Bukannya semua dikelas ini juga teman?" tanya Melati.
"Tapi kan beda." kata Satria.
"Bedanya?"
"Aku ingin kita jadi sahabat. Ga cuma temen sekelas aja." kata Satria.
"Kenapa kamu ingin bersahabat denganku?" tanya Melati.
"Karena kamu baik." kata Satria sambil menatap Melati dengan penuh arti.
Kebetulan Melati duduk sendiri, karena memang kelas itu jumlah siswa nya ganjil, sehingga Melati kebagian duduk sendiri.
"Kamu, kenapa duduk sendiri?" tanya Satria.
"Gapapa. Udah biasa." jawab Melati.
"Biasa? Kamu terbiasa sendiri gitu?" tanya Satria heran.
Melati mengangguk membenarkan jawaban Satria.
"Kok bisa?"
"Ya, karena aku suka sendiri." jawab Melati.
"Ya udah, mulai sekarang, kamu ga sendiri lagi kok, aku akan temani kamu." kata Satria.
Lagi-lagi kata-kata Satria mampu membuat Melati merona merah wajahnya.
"Ehm, pak guru datang" kata Melati mengingatkan Satria. Satria pun memutar kembali badannya menghadap kedepan.
"Selamat pagi semuanya." sapa pak Guru yang baru dikenal Melati. Karena memang, Melati dan teman-temannya baru masuk lima hari.
"Pagi pak..." jawab semua penghuni kelas.
"Okey, perkenalkan, nama saya Dewa, saya disini akan mengajar pelajaran TIK, Teknologi, Informasi dan Komunikasi. Karena komputer di sekolahan ini terbatas, maka saya akan membagi kalian menjadi dua kelompok ya. Nomer Absen satu sampai absen duapuluh, sebagai kelompok satu, dan absen duapuluh satu sampai absen terakhir sebagai kelompok dua." kata pak Dewa.
"Kalian mengerti?" tanya pak Dewa.
"Mengerti pak." jawab para siswa kelas 7A.
"Untuk pertemuan pertama, saya belum memulai untuk praktik ya, kita akan mulai untuk teori Dan perkenalan dulu." kata pak Dewa.
Satu persatu dari kamipun memperkenalkan diri dengan menyebut nama dan alamat kami. Hingga jam pelajaran selesai, kamipun waktunya pulang.
Saat di parkiran sepeda, aku bersama Zia berjalan bersama dan mengambil sepeda kami untuk segera pulang. Merekapun mengobrol sambil mengayuh sepeda menuju rumah.
"Eh, Zi, tempatmu uda ada pelajaran TIK belum?" tanya Melati.
"Udah, kemarin. Kenapa Mel?" tanya Zia.
"Siapa gurunya?" tanya Melati.
"Pak Dewa."
"Sama dong."
"Oya?"
"Iya."
"Aku denger, pak Dewa itu masih baru lho di sekolahan, beliau masih kuliah juga." kata Zia.
"Tau darimana kamu Zi?" tanya Melati.
"Dari temen sekelas ku, kebetulan katanya dia tetanggaan sama pak Dewa." kata Zia.
"Oh. gitu?"
Saat mereka sedang berbincang, tiba-tiba seorang cowok lewat dengan sepeda gunungnya.
"Hai Melati." sapa Satria.
"Satria?"
"Siapa Mel?" tanya Zia.
"Dia ini temen sekelas ku Zi. Sat, kenalin, ini sahabatku. namanya Zia." kata Melati.
"Oya. salam kenal Zia. Aku Satria."
"Ohya salam kenal." jawab Zia.
"Ehm, Mel, aku duluan ya." kata Satria menyalip Melati dan Zia.
"Oh, ya Sat." jawab Melati.
Saat Satria sudah agak jauh, Zia bertanya pada Melati.
"Itu tadi temen sekelas kamu Mel? Akrab banget?" tanya Zia.
"Iya Zi, alhamdulillah, sejak SD, aku jarang punya teman, kemarin juga aku sempet khawatir, nanti aku ada temen engga kalau kita beda kelas, ternyata, ada." kata Melati.
"Ya ampun Mel, yakin aja. Percaya diri, kamu itu juga butuh teman, kamu juga berhak berteman dengan siapa aja." kata Zia.
"Tapi ga semua orang bisa nerima keadaanku Zi." kata Melati.
"Tapi aku dan Satria bisa nerima kamu." kata Zia.
"Makasih ya Zi."
"Sama-sama." jawab Zia.
💞💞💞
Waktu terus berlalu, Tak terasa sudah enam bulan Melati bersekolah di SMP Favorit itu.
Suatu pagi, seperti biasa, Melati membereskan rumah sambil menggendong adiknya yang kecil, dan tentunya sambil tetap membereskan rumahnya. Sedangkan bapaknya juga menggendong adik yang satunya, dengan sambil memasak. Namun, aku merasakan, tanganku seperti kram, hingga akhirnya aku menurunkan adikku dan aku beristirahat sejenak.
"Melati, itu kerjaan masih belum selesai kenapa sudah istirahat?" omel nenek yang baru masuk ke rumahnya.
"Sini, Aldo sama nenek." kata nenek Giyam sambil menggendong Aldo, adik Melati yang tadi Digendong Melati.
Dengan segera dan menahan rasa sakit pada ulu hatinya karena menahan rasa pada tangannya, Melati melanjutkan pekerjaan nya. Dilihatnya jam sudah menunjukkan pukul enam pagi, dia sudah harus bersiap-siap berangkat sekolah.
Saat sedang mencuci piring, tak dirasakan Melati, tiba-tiba piring yang dia pegang lepas dan akhirnya pecah. Dia merasakan tangan kanannya mati rasa, dan tidak ada kekuatan sedikitpun, lemas tak bertenaga dan tak dapat merasakan apapun, termasuk air.
Praaaaang...
"Astagfirullah." kata Melati spontan, refleks aku memegang tangan kanannya sambil meringis.
"Ya ampun Melati!" teriak nenek.
"Pecah lagi piring nya?" tanya nenek tak habis pikir dengan Melati .
"Maaf nek." lagi lagi hanya kata itu yang mampu Melati ucapkan sambil berusaha untuk mbereskan kepingan hati.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 114 Episodes
Comments
Herry Murniasih
Kasihan ya Melati di usia yang masih pelajar sudah begitu banyak beban pekerjaan yang harus di pikulnya belum lagi pelajaran di sekolah, sabar ya mel, lanjut Thor
2022-12-04
0