Meskipun Ayana pingsan hingga dua kali tapi bukan menjadikan alasan untuk tidak mengajar.
Setelah siuman, dia memaksakan diri untuk memberi materi singkat tentang permainan bola voli dan selanjutnya dia memberi penilaian pada setiap murid.
Ayana berusaha tetap profesional, sekalipun pikirannya kini tengah bercabang.
Hingga terdengar lah bel istirahat sekolah yang juga menjadi tanda berakhirnya pelajaran olahraga kali ini.
Ayana menghembuskan nafas lega karena dia dapat memberikan penilaian tepat pada waktunya. Dia bersama para murid menghambur ke tepi lapangan untuk meneduh dari sengatan terik matahari.
"Eh, Elang, tunggu!" teriak Ayana menatap punggung Elang yang melangkah pergi bersama Abian.
Seketika itu Elang memutar badan seraya menerbitkan senyum cerah.
"Ada apa, Bu?"
"Tolong bantu bawakan bola ini ke ruang olahraga!"
"Baik, Bu."
Elang menurut. Dia bersama dengan Ayana berjalan beriringan menuju tempat penyimpanan alat-alat olahraga.
Bukan tanpa alasan Ayana menyuruh Elang. Dia sengaja menunjuk Elang untuk membantunya karena sejak tadi, dia ingin berbicara dengan pemuda itu empat mata.
Pada saat mereka tiba di ruang olahraga, Elang menaruh bola voli ke dalam keranjang dan secepat kilat Ayana menutup pintu, sehingga hanya ada mereka berdua di dalam ruangan tertutup.
Elang membelalakan mata melihat Ayana yang berjalan mendekatinya. Lantas dengan diselimuti kegugupan, dia pun mundur satu langkah setiap Ayana maju mendekat satu langkah.
"Bu Aya mau ngapain?"
Ayana berkacak pinggang. Sungguh suasana yang sangat aneh mendapati suami sendiri menjadi murid didiknya dan harus memanggil dengan sapaan 'Ibu'.
"Kalau lagi berdua, jangan panggil 'Bu'! Aku berasa kaya udah tua banget tahu nggak."
Elang hanya cengengesan sambil menggaruk kepala yang tidak gatal.
"Maaf. Iya, deh, Aya."
"Lang, kenapa kamu nggak bilang sejak awal kalau kamu itu masih sekolah, hah?" Ayana bertanya bernada kesal.
"Lah terus memangnya kenapa?" Elang malah balik bertanya memasang wajah tanpa dosa.
Ayana menghirup nafas panjang, lalu menghembuskannya lewat mulut. Dia berusaha mengisi stok kesabaran sampai penuh sebelum menjelaskan pada suaminya yang ternyata masih bocah tengil.
"Lang, apa kata orang nanti kalau aku menikah sama pria yang lebih muda sama aku? Apalagi pria itu masih sekolah dan menjadi murid aku."
"Ya, harusnya kamu bangga dong. Bisa dapet brondong," jawab Elang santai.
Saking gemasnya mendengar jawaban Epang, Ayana pun mencubit lengan Elang yang sukses membuat pria itu mengaduh.
"Pokoknya aku mau pernikahan kita dirahasiakan. Ngerti? Nggak boleh ada yang tahu kalau kita itu sepasang suami istri. Titik," ucap Ayana penuh penekanan di setiap kata.
Elang hanya berdecak santai sambil memutar bola matanya.
"Iya, iya. Lagian apa kata teman-teman kalau ternyata aku nikah sama tante-tante."
"Apa kamu bilang?" Ayana berteriak sekaligus melotot marah.
Menjadikan nyali Elang menciut dan menggeleng kepala cepat. "Nggak jadi."
Sejenak Ayana mengintip melalui jendela untuk memastikan keadaan di luar ruangan aman terkendali dan tak ada orang yang menguping pembicaraan mereka.
Kemudian pandangan Ayana kembali beralih ke Elang. Dia amati sejenak muridnya itu dengan seksama.
Diperhatikan sekilas, Elang memang terlihat dewasa ketika sedang memakai pakaian biasa dan tak akan ada yang menyangka kalau pemuda itu masih duduk di bangku SMA.
"Kenapa lihatnya begitu?" tanya Elang saat menyadari dirinya sedang diperhatian. "Awas nanti naksir."
"Ge-er," Ayana mendengus lalu memalingkan muka. Lalu dia memijat pangkal hidung pertanda bahwa dia sedang sangat pusing.
"Sudahlah, Ay. Jangan terlalu dipikir! Toh lagipula pernikahan kita hanya sebatas status agar kamu tidak dinikahi Samsul, kan?"
Ayana menghela nafas berat. "Iya, benar juga sih."
"Ya sudah keluar yuk. Nanti kita kepergok sedang berduaan bisa bahaya."
Elang berjalan melewati tubuh Ayana. Dia memutar gagang pintu dan membukanya.
"Hayo, lagi ngapain kalian?"
Sebuah suara mengejutkan Ayana dan Elang. Mereka terperanjat karena tiba-tiba di depan mereka sudah berdiri seorang pria bertubuh tambun dengan rambut yang sedikit botak di bagian atas kepala.
"Pak Tedi!"
Guru yang disapa Pak Tedi itu memandang penuh selidik pada Ayana dan Elang secara bergantian.
"Kalian habis ngapain berduaan di ruangan tertutup?" Tedi mengulang pertanyaannya.
"Saya cuma bantuin Bu Aya kok, Pak," jawab Elang menunjuk Ayana.
Mendengar kata Bu Aya, Tedi langsung tersentak seolah menyadari sesuatu. Lantas dia melempar pandangan ke arah Ayana yang tersenyum canggung.
Selama beberapa detik, Tedi memandang Ayana dengan tatapan penuh damba dan tak berkedip sama sekali. Terpukau oleh kecantikan Ayana, membuat Tedi lupa kalau sedang diperhatikan oleh Elang.
"Bu Aya? Guru baru yang mengganti Pak Teguh ya?" tanya Tedi.
"Betul, Pak Tedi."
"Namanya Bu Aya. Tapi nggak gigit kan?" seloroh Tedi sambil senyum-senyum.
Ayana mengernyitkan dahi tak kebingungan. "Maksudnya, Pak?"
"Oh, lupakan saja!" Tedi mengulurkan tangan. "Kenalkan saya Tedi, guru BK di sekolah ini."
Ayana tersenyum lebar. "Sudah tahu kok, Pak. Kan tadi pagi ketemu di ruang guru."
Tedi menepuk jidatnya yang kinclong seperti sudah diamplas.
"Oh ya, saking terpesonanya saya sama kecantikan Bu Aya, sampai lupa kalau kita ketemu tadi pagi."
"Ah, Pak Tedi bisa aja," ucap Ayana tersenyum malu.
Ehem… ehem…
Elang sengaja berdehem keras agar menyadarkan Tedi dari keasyikannya memandang Ayana.
Merasa terusik, Tedi pun melirik tajam pada Elang. Sorot mata tak suka dia layangkan pada siswa yang sering kali masuk ke ruang BK. Sampai Tedi hafal betul siapa itu Elang Angkasa.
"Eh, Elang, kenapa masih di sini? Cepat sana pergi!"
Elang mengangkat alis dengan santai. Lalu dia mencondongkan tubuh untuk mengatakan sesuatu pada Tedi.
"Pak, saya mau kasih tahu kalau Bu Aya itu sudah punya suami. Jadi Pak Tedi harus hati-hati. Suaminya Bu Aya itu galak lho," kata Elang yang kemudian melangkah pergi meninggalkan Tedi dan Ayana.
Sepeninggalan Elang, Tedi menoleh pada Ayana untuk meminta kebenaran.
"Apa betul itu? Bu Aya sudah punya suami?"
Seketika Ayana menjadi gelagapan. Dia menggaruk tengkuknya kerena salah tingkah sambil di dalam hati dia mengutuki perbuatan Elang.
Sesaat Ayana dilanda kebingungan haruskah dia berbohong atau berkata jujur dia telah bersuami. Lalu akhirnya Ayana pun menjawab, "Iya sudah, Pak."
Tedi membungkukkan badan sembari menghela nafas lesu.
Perjuangan Tedi untuk mendapatkan cinta Ayana sudah layu sebelum berkembang. Dia berdecak pasrah, kemudian berdehem.
"Oh ya, Bu Aya kenal sama Bu Dewi, nggak?"
"Kenal, Pak. Kenapa ya?"
"Sebentar lagi kan Bu Dewi mau nikahan nih. Nanti pas datang ke acara pernikahan Bu Dewi, Bu Aya datang sama suami ya? Saya pengin kenal sama suami Bu Aya."
"Hah?"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 92 Episodes
Comments
Qaisaa Nazarudin
Kenapa gak tanya dulu Elang nya saat kamu bawak dia kabur,Dan saat kamu mintak dia nikahin kamu..😂😂
2025-01-13
0
Qaisaa Nazarudin
Bilang aja suami lagi kerja di luar kota..
2025-01-13
0
Sulaiman Efendy
BAGUS ELANG BILANG KE PAK TEDI KLO BU AYA UDH PNY SUAMI.. BIAR GK MNGGARAP DY..
MMPUS SI AYA, BRANI GK BWA ELANG KE PERNIKAHAN BU DEWI...
KLO TEDI TAU BU AYA ISTRI ELANG, APA SI GURU BK ITU INGIN JDI PEBINOR, KLO PNGN JDI PEBINOR GK PANTAS JDI GURU BK...
2023-02-15
0