Ayana menatap tembok besar yang menghalangi jalan. Sejenak dia melempar pandangan ke belakang, dimana para warga berbondong-bondong ingin menangkap Ayana.
Lalu dia kembali menoleh ke depan dan turun dari motor.
"Sekarang gimana, Mba?" tanya pemuda itu penuh kekhawatiran.
"Ya manjat lah."
Si pemuda mendelikkan mata tercengang. Dia juga ikut turun dari motor daripada kena amukan masa.
Segera dia bersama Ayana berusaha memanjat tembok. Namun, sayang. Tembok itu lumayan tinggi sehingga salah satu harus ada yang naik ke pundak orang yang satunya lagi.
"Jongkok!" perintah Ayana yang dituruti oleh si pemuda tanpa protes.
Lalu Ayana naik ke pundak si pemuda sambil tangannya menjulur ke atas meraih puncak tembok.
"Mas bisa berdiri, nggak? Tangan aku nggak nyampe nih."
Si pemuda mengerang ketika mengumpulkan tenaga untuk berdiri. Tampak wajah si pemuda itu meringis menahan rasa sakit karena menopang badan Ayana.
Meskipun tubuh Ayana terlihat kecil, tapi bagi pemuda itu terasa berat. Seberat beban hidupnya.
"Mba, cepat! Nanti kita ketangkap," teriak pemuda yang melihat Ayana belum juga dapat meraih puncak tembok.
"Ih, sabar kali. Ini juga sedang berusaha," ucap Ayana sambil berjingkrak.
Hap.
Akhirnya Ayana dapat meraih puncak tembok. Dia tertawa riang saking senangnya.
Namun, detik berikutnya, tawa Ayana hilang ketika merasakan kakinya dicekal oleh sebuah tangan. Lantas dia pun menoleh untuk melihat siapa yang telah menangkap kakinya.
"Mau kemana kamu?"
"Papa?" Ayana terperangah. Melihat Jodi dan juga Samsul sudah berada di bawahnya.
Tak hanya Jodi dan Samsul, para warga yang didominasi laki-laki pun sudah mengelilingi Ayana. Sementara si pemuda yang telah membantu Ayana kabur, ditahan oleh dua orang pria.
Nampak si pemuda berusaha memberontak, tapi sayang dia dicengkram di kedua lengan dengan sangat kuat.
Seketika itu juga, Jodi menarik kaki Ayana supaya putrinya turun. Dengan perasaan mengiris malu, Ayana menundukan kepala berusaha menyembunyikan wajahnya yang memerah.
"Apa-apaan ini, Aya? Kamu tahu apa yang sudah kamu perbuat?" hardik Jodi dengan dada naik turun meluapkan segala amarah.
"Aku tidak mau menikah dengan Samsul. Maka dari itu Aya memilih kabur," jawab Ayana bernada tegas meski tetap terdengar gemetar karena ada perasaan takut dan juga kesal.
"Kamu tidak mau menikah denganku? Kenapa, Aya? Apa kurangnya aku sampai kamu melakukan ini?" Samsul ikut bersuara begitu mendengar penuturan Aya yang membuat dirinya geram.
Ayana mendongak menatap Samsul dengan sorot mata tajam dan penuh kebencian. Jari telunjuk Ayana menakan dada Samsul sampai pria itu terdorong ke belakang.
"Kamu pembohong. Itu kurangnya kamu," teriak Ayana meluapkan emosi yang terpendam.
"Aya! Jaga sikap kamu!" bentak Jodi mendelikan mata memandang Ayana.
Kini Ayana mengalihkan pandangan ke arah Jodi dengan netra yang sudah mengembun.
Sedangkan para warga hanya diam menyaksikan drama ayah dan anak yang tidak mau dinikahkan. Bukan mereka tak peduli tapi mereka juga ingin mengetahui alasan dibalik kaburnya Ayana.
"Papa, Samsul itu sudah punya istri. Bahkan istrinya itu ada tiga. Kalau Aya nikah sama dia, Aya bakal jadi istri keempat, Pa," tutur Ayana yang suara terdengar bergetar memilukan. "Dan Aya tidak mau jadi istri keempat dari seorang pembohong."
"Apa itu benar, Samsul?"
Jodi melirik Samsul yang tampak gelagapan karena kebohongannya terbongkar. Namun tentu saja Samsul tidak akan tinggal diam begitu saja.
Samsul berdehem untuk memenangkan diri, sebisa mungkin dia harus terlihat kalem dan penuh wibawa.
"Begini, Pak Jodi. Sekalipun saya punya istri empat, tapi saya akan menempatkan mereka di rumah yang berbeda. Saya mampu menafkahi mereka secara adil bahkan tak ada yang kekurangan apapun."
Samsul menelan salivanya melihat Jodi yang menatap tajam. Dalam hati, Samsul mengumpat atas keadaan yang terjadi.
Dia tak mau terlihat rendah di mata Jodi. Sehingga dia pun membusungkan dada dan berusaha agar dialah yang tampak lebih memiliki kuasa.
"Pak Jodi, kita ingat kesepakatan kita, kan? Apa bedanya Ayana menjadi istri pertama atau keempat? Yang terpenting hidup Ayana terjamin, tak kurangan apapun, dan bisnis Pak Jodi juga pasti akan semakin maju. Benar kan?"
Jodi mengerutkan wajah sedang berpikir. Sambil mengusap dagu, Jodi bergumam, "Benar juga sih."
"Papa!" pekik Ayana untuk menyadarkan Jodi. "Aku tidak mau menikah dengan pria yang doyan perempuan. Apa Papa tega menjual aku? Itu sama saja aku jadi pelacur, Pa."
Para warga yang sejak tadi menyimak perdebatan pun mengangguk menyetujui penjelasan dari Ayana. Sebagian dari mereka menaruh iba pada Ayana dan balik menasehati Jodi.
"Betul itu, Pak Jodi. Apa Pak Jodi tidak kasihan sama Aya," ucap salah satu warga dan yang lain membenarkan.
"Kalau Ayana nggak mau jangan dipaksa dong, Pak."
Samsul melirik tajam pada Ayana. Seketika dada Samsul tersulut amarah. Dia mengepalkan tangan hingga buku-buku jarinya memutih.
Harga diri Samsul terasa sudah diinjak-injak, sebab baru kali ini ada wanita bodoh yang tidak mau dinikahi olehnya. Padahal Samsul memiliki segala yang wanita inginkan.
Melihat Jodi yang tampak ragu, membuat Samsul membuka suara terlebih dahulu. Daripada dia yang lebih dulu dipermalukan.
"Oke, kalau Pak Jodi tidak mau menikahkan aku dengan Aya, juga tidak apa-apa. Saya tidak rugi, justru Pak Jodi beserta keluarga lah yang akan rugi," Samsul menoleh memberikan tatapan tajam pada Ayana lalu berteriak, "Pernikahan ini batal. Kamu puas, Aya?"
Kemudian Samsul berbalik badan dan melangkah pergi membelah kerumunan warga dengan dada bergemuruh serta jiwa yang terbakar api amarah.
Samsul tak memperdulikan Jodi yang berteriak memanggil namanya. Sampai akhirnya Jodi menyerah meminta Samsul kembali.
Lalu Jodi pun melempar pandangan ke arah Ayana. Dia juga merasakan marah dan kecewa pada putri semata wayangnya itu.
"Kamu lihat? Sudah puas kamu membuat hubungan Papa dengan Samsul jadi berantakan. Sekarang apa mau kamu, hah?" Jodi membentak Ayana tak peduli ada banyak pasang mata yang menyoroti dirinya.
Sementara Ayana membalas tatapan Jodi dengan perasaan sendu nan pilu.
Bagaimana bisa ayah yang selama ini Ayana banggakan ternyata lebih mengkhawatirkan hubungan dengan Samsul dari pada kebahagian anak sendiri?
Dengan suara yang lirih, Ayana bertanya."Apa aku tidak berhak memilih kebahagiaan aku sendiri, Pa?"
Jodi mendengus kesal. "Baik. Jadi apa yang ingin kamu lakukan, Aya?"
"Aku hanya ingin menikah dengan pria pilihan aku sendiri, Pa. Bukan dijodohkan dengan pria seperti Samsul."
"Baik kalau itu kemauan kamu," kata Jodi lalu menarik lengan pemuda yang tadi membantu Ayana kabur.
"Eh, Pak. Kenapa saya malah diseret?" tanya si pemuda itu heran.
"Kamu pasti pacarnya Ayana, kan? Sekarang juga kamu harus menikah dengan anak saya."
Baik Ayana dan juga pemuda itu sama-sama terperangah.
"Apa?"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 92 Episodes
Comments
Qaisaa Nazarudin
Cepat juga larinya orang2 itu bisa ngejar kecepatan motor..🤣🤣🤣🤣
2025-01-13
0
Qaisaa Nazarudin
pasti waktu sekolah Ayana sering bolos dengan manjat tembok😂😂😜
2025-01-13
1
Park Kyung Na
😁😁
2023-07-23
0