Sebulan kemudian....
Di sebuah rumah mewah bernuansa putih, Bima, Arkana dan Ibu bergaya hedon yang tak lain adalah Ibunya Bima tengah sarapan pagi. Ya, Ibu-ibu satu ini memang tak pernah bergaya normal. Riasan rambut, make up tebal dan pakaian seperti hendak menghadiri acara gala premiere. Ia sengaja seperti itu karena rumah nya selalu ada saja para wartawan. Malu dong kalau kelihatan acakadut di berita.
Lain dengan Ibunya, Bima dan Arkana malah masih mengenakan baju tidur dan celana boxer. Bahkan mereka menyantap sarapan tanpa mencuci muka.
Dua sejoli itu memang sangat akrab bahkan sampai ke kebiasaan nya. Arkana sudah tinggal satu rumah dengan Bima sejak masih kuliah. Ayahnya adalah mantan anggota DPR, namun sejak 9 tahun yang lalu ia di penjara akibat korupsi. Sementara Ibunya, semenjak insiden itu ia menetap di California hingga saat ini. Itulah mengapa Ibunya Bima sudah seperti orang tua kandungnya di Indonesia.
"Bima.. Kuku Ibu bagus tidak? Ibu akan menemui wartawan hari ini terkait berita kepulangan mu." Ia memajang kedua tangannya di depan sang Putra. Sementara Bima hanya memandangnya dengan jengah.
"Bagus saja lah.." sahutnya malas.
"Lagian wartawan ngapain sih masih bergumul di depan? Ini sudah dua minggu sejak kepulangan ku. Kenapa media masih heboh dengan berita kepulangan ku?" imbuhnya dengan wajah bete.
"Kau kecelakaan sehabis menerima penghargaan. Jadi banyak rumor beredar. Lagipula itu bagus kan untuk menambah kepopuleran mu." sahut Arkana.
Ibunya Bima berdiri, ia sudah selesai dengan sarapannya dan segera bersiap menemui para wartawan.
"Kalian lanjutkan sarapannya, Ibu mau menyapa mereka. Kasihan mereka sudah bergerombol dari jam 3 pagi."
Arkana tertawa saat melihat cara berjalan Ibunya Bima, sangat antusias sekali. "hahah.. Ibu mu tak pernah berubah ya, sepertinya ia menemui wartawan bukan untuk menyampaikan berita, melainkan untuk bermain-main."
"hmm.. lebih baik dia di sibukkan dengan para wartawan itu, daripada sibuk menyuruhku menikah."
"hahahhaha.... oh iya, Pak Tara sudah menyampaikan padamu tentang Pangeran Ilusi?" tanya Arkana, ia dan Pak Tara tadi malam mengadakan pertemuan. Dan Pak Tara ingin memfilmkan sebuah judul yang amat menarik.
"Sudah, kapan Kita akan menemui penulisnya?"
"Aku sudah mengirimkan Email, kalau dia membalas Kita bisa menemuinya sore ini. Pak Tara bilang kita harus mendapatkan izinnya, sebelum dia mengajukan kontrak eksklusif ke pihak platfrom." Arkana sedari tadi memerika ponselnya, namun sang penulis belum membalas. Membuatnya berharap cemas.
"Pak Tara selalu saja licik, dia mengambil cerita yang tidak terlalu populer agar tak membayar harga mahal." gumam Bima tertawa kecil, licik dan membawa keberuntungan bagi si penulis, kalau filmnya sukses. Kalau tidak ya nasib.
"hei,, Tak ada Film yang gagal di tangan Kita. Mari kita jadikan ini sebagai keberuntungan si penulis."
Bima memicingkan mata pada Arkana "wahh, Kau sangat bersemangat, padahal belum mendapatkan balasan dari penulisnya."
...~~~...
Pukul 10:30....
Tampak seonggok gadis dengan penampilan berantakan masih tertidur pulas. Ia bahkan mendengkur amat keras. Tak perduli sinar matahari menyorot tajam.
Tiba-tiba rasa mual mendongkrak lambungnya, ia bermimpi aneh lagi kali ini. Nyawa nya terpaksa menyatu akibat dorongan rasa mual itu. Arwahnya sudah mendorong untuk bangun, namun tubuhnya seperti menolak, masih ingin tidur lagi dan lagi.
"Bulan...! Kau belum bangun? Kita akan membuka Cafe lebih cepat hari ini. Kau tidak ingat ini akhir pekan?" seru seorang wanita berusia 38 tahun sembari menendang pelan kaki gadis itu.
Bulan pun membuka matanya, mendengar teriakan Vidia tiba-tiba rasa mual itu hilang, menyisakan liur yang sangat asam saja di lidah.
Ya, gadis yang mempunyai kamar dan penampilan berantakan itu bernama Rembulan, atau biasa di panggil Bulan. Usianya 26 tahun.
Sejak lulus SMA, ia bekerja di Cafe kecil milik Vidia, wanita yang menendang kakinya tadi. Lambat laun Cafe itu ramai, Bulan pun menambahkan modal agar mereka bisa membuka Cafe yang lebih besar. Dan sekarang mereka sudah 7 tahun menjadi partner bisnis.
Ibunya Bulan adalah seorang Pengacara di salah satu firma hukum besar. Sementara Ayahnya adalah seorang pengrajin Kayu jati yang cukup sukses di bidang nya. Ia adalah anak tunggal, ia juga cukup dekat dengan Ibunya.
Lalu kenapa Bulan memilih berbisnis dan tidak kuliah? Ia bahkan tinggal terpisah dari orang tuanya. Ada alasan untuk itu, Bulan tidak terlalu akrab dengan Ayahnya. Ada suatu memori yang sampai saat ini belum bisa ia terima, yang membuatnya masih enggan pulang sampai detik ini.
Selain menjadi Pemilik Cafe, Bulan juga memiliki hobi lain yang lumayan untuk tambahan uang masuk. Yakni menulis di salah satu platfrom. Ia sudah 3 tahun menekuni hobinya itu. Total sudah 12 Judul cerita ia buat. Namun akhir-akhir ini cerita terbarunya yang berjudul Pangeran Ilusi memiliki banyak peminat. Ia terinspirasi dari film terkenal dengan judul yang hampir serupa yakni Bidadari Ilusi.
Bidadari Ilusi sendiri menceritakan tentang wanita impian yang tak pernah terjamah oleh mata dunia. Wanita yang memperjuangkan cintanya, namun tak di hargai dan akhirnya memilih untuk menutup hati.
Sementara cerita karangan Bulan, ialah mengenai Pangeran modern yang menaiki mobil putih, bukan kuda putih. Pangeran yang dengan tingkah konyolnya mampu menaklukan hati. Namun setelah menemukan cinta sejatinya, ia malah berakhir bunuh diri karena gadis yang hendak di jadikan permaisuri mati di tangan Ibunya.
*
"Bangun...!" Teriak Vidia tepat di sebelah telinga Bulan.
Bulan langsung terkejut dan gelagapan, suara Vidia terasa menggelegar. Ibu anak satu itu memang tak tertandingi soal suara.
"Ya ampun Kak..! Robek nih gendang telinga ku!" rutuk Bulan mengusap kedua telinganya.
"Lebay..! Ku sobek beneran nih. Udah hampir jam sebelas Bulan. Kita harus siap-siap buka Cafe. Makanya kalau malam jangan bergadang. Ku tunggu setengah jam, kalau kau tidak turun, Ku patahkan semua gigimu." omel Vidia sambil meninggalkan kamar Bulan.
"aisss..! Padahal Aku sudah menghidupkan alarm. Dasar ponsel sialan..!"
Bulan membuka ponselnya, lalu ia mendapati ada notif spam dari Email nya. Ia pun membuka pesan beruntun tersebut seraya mengerjapkan mata.
Selamat Pagi, Kami dari rumah Produksi Bumantara Film sangat tertarik dengan cerita Anda yang berjudul Pangeran Ilusi. Jika Anda berkenan, Kami ingin mengangkat cerita Anda menjadi sebuah Film. Silahkan hubungi kami kembali jika Anda bersedia bekerjasama dengan kami.
tertanda : Sutradara Arkana.
"Bumantara Film? Sutradara Arka yang beberapa bulan lalu menyabet piala penghargaan Internasional?" ucap Bulan bergidik merinding. Mimpi apa ia semalam? Kisah halu yang biasa ia tulis dan hanya mendapatkan pembaca sejumlah kaki kelabang, kini di lirik oleh Rumah Produksi besar?
Bak pungguk yang merindu terbang di atas awan, Bulan langsung membalas dan menyetujui bekerjasama dengan sutradara itu. Jiwa bisnisnya langsung menggebu.
...~~...
Pukul 17:30....
Bulan sudah tampak siap menyambut tamu spesialnya. Vidia juga bahkan mengosongkan Cafe agar tidak menganggu. Ia turut berbahagia melihat anak itiknya dapat kesempatan emas.
"Kak, kau yakin mereka akan langsung mengontrak ceritaku?" Tiba-tiba saja Bulan merasa minder.
"Tenanglah.., walaupun mereka tidak jadi mengontrak ceritamu, setidak nya cafe kita jadi ramai karena di datangi seorang sutradara tampan dan terkenal hihihi..." Vidia cekikikan sambil memegangi kertas kosong, ia sudah menyiapkan mental untuk meminta tanda tangan.
Tak berselang lama, lonceng kecil di pintu Cafe berbunyi. Dua pasang langkah kaki berderap di ubin putih itu. Irama langkah kaki itu bersahutan dengan dentuman yang timbul dari detak jantung Bulan.
Namun saat memasuki cafe, Bima merasa nuansa cafe itu sama persis seperti yang ada di dalam alam bawah sadarnya. Hanya saja warna ruangannya berbeda. Namun semua tatanan dan sudut nya sama persis.
Bulan berdiri, ia membuka matanya perlahan sembari berdoa. Dan saat Dua sutradara itu sampai di hadapannya ia sangat terkejut.
"Bima..?" Lirihnya, ia tak menyangka Pria itu ikut datang ke sana. Ia memang mengenal Bima, seorang Sutradara yang memiliki pamor bak bintang kejora. Siapa yang tak mengenalnya?
Tapi Bulan mengenal Bima dari sudut lain. Bima sudah menoreh luka di hatinya jauh sebelum ketenaran.
Bima tak merespon ekpresi Bulan, ia hanya menganggap mungkin Bulan salah satu penggemarnya.
Sementara Arkana, ia malah ikut syok menyadari siapa yang ada di hadapannya itu.
...*************...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 54 Episodes
Comments
Eni Istiarsi
eh,apakah mereka berdua sudah mengenal Bulan sebelumnya🤔
2023-02-04
1
Bima koq bias2 aja apa belum ngeh itu wajah Bulan yg ada di alam bawah sadarnya waktu koma
2022-12-23
1
mbak i
ya ampun seonggok,😥
2022-12-23
1