setelah selesai sholat ashar Ghazali mengambil motornya dan ingin keluar untuk mencari beberapa kebutuhan yang mulai habis
"assalamualaikum ustadz". ucap ustazah Dila
"waalaikumussalam ustazah". jawab ustadz Ghazali
"ustadz mau kemana". tanya ustadz Dila
"saya mau ke supermarket". jawab ustadz Ghazali
"hmmm boleh saya menumpang ustadz, saya juga ingin ke supermarket". tanya Ustadzah Dila
"maaf ustadzah saya tidak bisa dan saya rasa Ustadzah tau apa hukumnya jika laki laki dan perempuan yang bukan mahramnya berduaan apalagi naik motor seperti ini". jawab ustadz Ghazali
"saya tau ustadz tapi saya bingung harus naik apa ke supermarket karena saya tidak bisa naik motor, jika naik angkotan umum saya takut". ucap Ustadzah Dila
"ustazah bisa minta tolong sama ustazah Zira untuk mengantarkan mu, saya permisi assalamualaikum ". ucap Ustadz Ghazali dan menghidupkan motornya meninggalkan ustadzah Dila
"waalaikumussalam ". jawab Ustadzah Dila dengan lesu
"hmmm sering menceramahi santri tapi Ustadzah sendiri seperti ini". ucap Shazia lalu meninggalkan ustadzah Dila yang menatapnya dengan tajam
Shazia berjalan menuju ndalem dengan membawa mangkuk tadi siang yang sudah dia isi dengan gorengan yang dia beli di depan pesantren.
"assalamualaikum umi". ucap Shazia saat sampai di depan ndalem dan melihat Umi yang sedang duduk di teras
"waalaikumussalam Shazia, sini duduk nak ". jawab umi dan Shazia duduk di samping umi
"ini umi mau mulangin mangkuk dan terima kasih untuk supnya". ucap Shazia
"kenapa harus di isi Shazia ". ucap umi saat melihat ada goreng di dalam mangkuk itu
"tadi kata Dea jika mulanginnya dengan keadaan kosong itu tidak sopan , sudah di kasih tapi tidak tau diri". jawab Shazia
"Shazia umi ngasih ikhlas tidak perlu untuk dikembalikan ". ucap Umi
"keadaan mu baik baik sajakan ". tanya Umi
"baik umi". jawab Shazia
"katakan kamu pingsan karena takut kucing iya". tanya umi dan Shazia menanggukan kepalanya
"sama umi juga takut kucing". sambung Umi
"Umi kalau begitu Shazia pamit". ucap Shazia
"Kenapa buru buru, sini dulu temani umi". cegah umi
"hmmm Shazia tidak enak umi ninggalin Dea sendiri yang sedang memasak di dapur dan hari ini Shazia juga piket masak". ucap Shazia
"ya sudah hati hati masaknya jangan sampai melukai mu". ucap Umi
"saya Shazia pamit assalamualaikum ". ucap Shazia
"waalaikumussalam ". jawab Umi
"umi sedang melihat apa". tanya Abah yang sudah duduk di samping umi
"itu bah umi lagi melihat Shazia". jawab umi
"Shazia keisni ". tanya Abah
"iya mulangin mangkuk dan lihatlah bah diisi dengan gorengan ". ucap umi dan memberikan goreng pada Abah
Abah yang suka dengan pisang goreng langsung mengambil pisang goreng tersebut
"bah jika Putri kita masih hidup pasti seumuran dengan Shazia". ucap Umi
"iya tapi Allah lebih sayang dengan putri kita". jawab Abah
masih ingat di pikirin Abah saat mengadzani putrinya tapi setelah dua jam dilahirkan putri mereka telah tiada.
"tadi Maher menelepon katanya satu minggu lagi akan pulang dan ingin melamar seseorang". ucap Abah
"melamar siapa, apa selama ini Maher pacar bah". tanya Umi
"tidak umi, Maher bertemu gadis itu satu kali dan dia ingin melamar gadis itu karena sudah jatuh hati". jawab Abah
"siapa gadis itu bah". tanya Umi
"Abah juga belum tau, Maher akan menceritakan nanti jika sudah di rumah". jawab Abah
"ternyata putra kita sudah dewasa bah, rasanya baru kemarin umi menganti popok dan sekarang tau tau sudah ingin melamar seorang gadis". ucap Umi dan Abah menanggukan kepalanya
sedangkan di dapur santri Shazia meneteskan air matanya karena pedih saat memotong bawang merah, Shazia mengedipkan matanya
"De kamu saja yang memotong ini mataku pedih rasanya". ucap Shazia
"baru segitu saja sudah mengeluh dasar manja". ucap Kemala yang sedang memotong sayuran
"ya sudah kamu tiriskan mie putih yang direndam disana dan dipotong potong agar tidak panjang saat di masak nanti". ucap Dea sambil mengambil pisau di tangan Shazia
Shazia berjalan menuju sebuah bak yang digunakan untuk merendam mie putih, Shazia memindahkan mie itu di baskom lalu memotong motongnya. setelah merasa tidak ada air Shazia membawa mie itu.
"Shazia tolong lihat nasinya sepertinya sudah matang". ucap Dea
Shazia membuka dandang dan mengambil sendok lalu menyendok nasi itu lalu membawanya kehadapan Dea
"apa seperti ini sudah matang". tanya Shazia
"ya ampun Shazia kamu tidak tau nasi yang sudah matang itu seperti apa padahal setiap hari makan nasi". ucap Kemala
"diam tidak usah cerewet kamu atau mulutmu yang aku potong". ucap Shazia
"sudah kamu turunkan dandangnya dan pindahkan nasinya ketempat nasi". ucap Dea
Shazia menatap dandang ukuran besar itu dan berpikir bagaimana menurunkannya
"ini bagaimana cara menemukannya pasti berat". ucap Shazia
"assalamualaikum". ucap ustadz Ghazali
"waalaikumussalam". jawab mereka semuanya yang ada disana
"ustadz turunkan nasi itu". ucap Shazia dan memberikan sebuah lap pada ustadz Ghazali
Ghazali mengambil lap itu dan langsung menurunkan panci berukuran besar itu, setelah menurunkannya Ghazali langsung mengambil air minum sesuai tujuan awalnya. Shazia langsung memindahkan nasi ke dalam wadahnya.
Dea yang sudah selesai memotong bawang langsung menumis bumbu untuk memasak mie.
jam lima sore santri yang piket memasak sudah selesai, mereka langsung membersihkan dirinya agar tidak tertinggal sholat magrib. saat yang lain sedang mandi Shazia memilih untuk duduk di bawah pohon
"kira kira siapa ya yang mengambilnya kenapa bagian data itu hilang". ucap Shazia
ting
jam tangan yang Shazia gunakan berbunyi dan terdapat pesan dari ayahnya
*ayah*
bagaimana Zia apa sudah berhasil jangan terlalu lama , ini untuk pertama kalinya kamu lambat dalam menyelesaikan tugas
^^^*anda*^^^
^^^belum yah, disini sungguh susah untuk bergerak apalagi semenjak kedatangan ustadz itu dia selalu mengawasi ku^^^
*ayah*
lenyapkan saja ustadz itu
^^^*anda*^^^
^^^Zia tidak bisa melakukan itu yah, Zia hanya bisa membuat orang berakhir di rumah sakit bukan membunuhnya^^^
ya selama ini Shazia hanya membuat musuh musuh berakhir di rumah sakit walaupun dia didik untuk menyingkirkan siapapun tapi di dalam hatinya ada rasa tidak tega untuk membunuh
*ayah*
dasar bodoh, ayah sudah sering mengajarkan mu untuk menyingkirkan siapapun yang menghalangi jalan kita
^^^*anda*^^^
^^^maaf ya tapi untuk membunuh Shazia tidak bisa^^^
"kenapa malah disini bukan siap siap ke masjid". ucapan ustadzah Dila
"aduh seperti hantu datang tiba-tiba". ucap Shazia lalu berdiri dari duduknya
"saya mau mandi dulu ustadzah lagian ini masih jam setengah enam sore". ucap Shazia dan meninggalkan ustadzah Dila begitu saja
"dasar santri tidak ada adab". ucap ustazah Dila sambil mengepalkan tangannya
saat adzan magrib berkumandang Shazia memejamkan matanya ada rasa damai yang masuk kedalam hati saat mendengar suara adzan
"merdunya". ucap Shazia
"Shazia ayo ke masjid sudah adzan itu". ajak Dea
"duluan saja de". Jawab Shazia
ya selama berada di pesantren ini Shazia sama sekali belum pernah melakukan sholat pasti ada saja alasannya untuk menghindari sholat. Shazia yang sejak kecil tidak pernah sholat makanya menganggap sholat tidaklah penting. Setelah semua pergi ke masjid Shazia lebih memilih berjalan menuju gudang untuk menghindari dewan santri yang berkeliling untuk menyuruh para santri untuk sholat
sesampainya di gudang Shazia membuka salah satu keramik dan mengambil barang barang yang dia sembunyikan disana yaitu sebuah pistol dan pisau yang ujungnya telah di berikan sebuah ramuan untuk melemahkan syaraf lawannya
"sebenarnya sudah mulai bosan aku disini tapi aku harus segera menyelesaikan tugas ini agar bisa meninggalkan pesantren ini". ucap Shazia
"sekarang aku harus pikirin bagaimana caranya membuat ustadz Ghazali tidak mengawasi ku". sambung Shazia
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 96 Episodes
Comments
Nendah Wenda
menarik penasaran
2023-10-15
0
Nurul Aini
Jangan2 Shazia adalah putri yang sengaja ditukar 🤔
2023-04-30
0
Nur Aena
lanjut Thor, bikin penasaran ini cerita
2022-12-12
0