Karena hari ini adalah hari Minggu dimana hari kebersihan baik santriwati maupun santriwan membersihkan kamar asrama serta lingkungan pesantren. Shazia dengan malas menyapu halaman padahal seumur hidupnya tidak pernah melakukan kegiatan ini. Shazia menatap kesal kearah ustadz Ghazali yang terus mengawasinya
"santri disini tu banyak kenapa dia hanya melihat Ku saja sungguh menyebalkan, ingin ku tembak itu kepalanya". monolog Shazia dalam hati
"kalau menyapu itu matanya di jaga tidak usah curi curi pandang ke ustadz Ghazali". ucap ustazah Dila
"siapa juga yang melihat ustadz kuno itu". jawab Shazia
"dibilangin malah jawab, setelah ini bersihkan itu selokan". perintah Ustadzah Dila
"idih bisanya cuman nyuruh, bersihkan sendiri". jawab Shazia lalu berjalan meninggalkan ustadzah Dila
"bersihkan atau saya laporan ke Abah biarkan kamu di keluarkan dari pesantren ini". teriak ustadz Dila
"laporkan saja saya tidak takut, saya juga akan melaporkan Ustadzah yang sering menghukum santri tanpa sebab". jawab Shazia lalu meninggalkan halaman
Shazia berjalan dan melihat sekeliling yang sepi karena santri sedang sibuk bersih bersih. Shazia memasuki sebuah ruangan lalu menutupnya kembali. sesampainya disana Shazia mencari sebuah berkas-berkas. Shazia membuka satu persatu berkas yang ada di sana.
"mana ya , kenapa tidak ada". ucap Shazia yang terus mencari
Shazia beralih ke rak yang satunya dan kemudian berhenti di sebuah berkas berkas berkas di tahun 2015. Shazia mengambil sebuah map berwarna merah yang sudah sedikit usang. Shazia membaca satu persatu berkas tersebut.
"sial ada yang merobeknya, pasti di pesantren ini ada orang lain yang tau tentang ini, tapi aku tidak boleh menyerah aku harus menemukannya". ucap Shazia lalu mengembalikan berkas itu ke rak
Shazia mengepalkan tangannya karena merasa kelas padahal sebentar lagi dia akan mendapatkannya tetapi sudah ada yang mengambilnya lebih dulu.
"Shazia kenapa ada disini".
Shazia melebarkan matanya lalu membalikkan badannya
"eh Abah". ucap Shazia
"sedang apa". tanya Abah
"itu Abah tadi Shazia sedang mengejar kucing dan masuk kesini tapi saat Shazia mencarinya tidak ketemu". jawab Shazia dengan bohong
"itu kucing ada di atas". ucap Abah dan mengambil kucing tersebut
sedangkan Shazia menelan ludah dengan kasar saat melihat seekor kucing
"mampus kenapa harus ada kucing beneran sih". monolog Shazia dalam hati karena dia sangat takut dengan kucing
"ini kucing, ambil dan keluar". ucap Abah sambil menyerahkan kucing tersebut sebuah
Shazia menelan ludah dengan kasar dan mengambil kucing itu dengan gemetar
"lain kali jangan masuk sini , santri di larang masuk sini hanya dewan santri yang boleh masuk". ucap Abah
"i iya bah, Shazia keluar dulu, assalamualaikum ". ucap Shazia langsung berlari keluar
"waalaikumussalam ". jawab Abah
sesampainya di luar Shazia melemparkan kucing tersebut
meong meong meong
"hush hush jangan mendekat ". ucap Shazia sambil mengusir kucing itu
meong meong meong
"hush hush hush". ucap Shazia sambil melemparkan sesuatu untuk mengusir kucing itu tetapi kucing tersebut semakin mendekat ke arah Shazia
meong meong
Shazia lebih memilih untuk lari saat kucing tersebut semakin mendekat
bruk
daun daun berhamburan dan Dea hanya bisa menghela nafasnya saat daun yang sudah di kumpulkan menjadi berantakan
"Shazia kenapa lari liat daunnya berhamburan, aku capek Shazia". ucap Dea
"aku juga tidak sengaja makan kalau bawa sampah itu hati hati". ucap Shazia
"harusnya kamu yang hati hati, kenapa lari lari seperti itu". ucap Dea saat melihat Shazia yang susah bernafas Karena habis lari
meong meong meong
Shazia langsung bersembunyi di punggung Dea
"De usir kucing itu". ucap Shazia
"kamu takut kucing". tanya Shazia
"Dea buruan usir kucing itu". ucap Shazia saat kucing itu semakin mendekat
Shazia mengambil sapu yang di pegang Dea lalu mengarahkan ke arah kucing itu tetapi sebelum mengenai kucing tersebut seseorang menahan sapu tersebut dan mengambil kucing tersebut
"jangan berlaku kasar pada bintang". ucap ustadz Ghazali
"aku bukan kasar, aku hanya ingin mengusir kucing itu". jawab Shazia
meong meong
kucing itu mengeliat di tangannya ustadz Ghazali sedangkan Shazia menatap was was pada kucing tersebut. ustadz Ghazali mengusap usap kucing itu agar diam di dalam gendongannya.
meong
bruk
Shazia langsung pingsan saat kucing itu melompat ke arahnya. Dea dan ustadz Ghazali terkejut saat melihat Shazia yang tiba tiba pingsan
"Shazia bangun". ucap Dea yang menepuk nepuk pipi Shazia
ustadz Ghazali memanggil santriwati untuk membantu Shazia dan membawanya ke UKS pesantren
"assalamualaikum". ucap Abah
"waalaikumussalam Abah". jawab ustadz Ghazali
"Zali ada apa ini rame rame". tanya Abah
"Shazia pingsan Abah". jawab ustadz Ghazali
"pingsan, Kenapa bisa pingsan". tanya Abah
"takut kucing bah". jawab ustadz Ghazali
jawaban yang diberikan ustadz Ghazali membuat Abah bingung karena tadi Shazia takut dengan kucing tetapi sekarang Shazia pingsan gara gara kucing
sesampainya di UKS Dea membrikan minyak kayu putih di hidung Shazia dan menepuk nepuk pipi temannya itu. Shazia mengerjapkan matanya, saat terbuka Shazia langsung duduknya dan mencari sesuatu
"disini tidak ada kucing Shazia". ucap Dea yang seolah olah tau apa yang di pikirkan oleh temannya itu
mendengar perkataan Dea membuat Shazia bisa bernafas lega
"kucing itu lucu Lo Kenapa kamu takut". tanya Dea
"lucu apanya, kucing itu menyeramkan". jawab Shazia karena dulu waktu dia kecil Shazia pernah di gigit dan di cakar oleh kucing sehingga membuat Shazia takut
"menyeramkan dari mana, kamu memang aneh Shazia". ucap Dea
"assalamualaikum". ucap Abah
"wassalamu'alaikum ". jawab Shazia dan Dea secara bersamaan
"bagaimana keadaanmu nak". tanya Abah
"baik bah". jawab Shazia dan Abah menanggukan kepalanya
"ini umi bawakan sup untukmu nak, mendengar Kamu pingsan membuat umi khawatir ". ucap Abah
"terima bah dan sampaikan pada umi, Shazia mengucapkan terima kasih ". ucap Shazia dan Abah menanggukan kepalanya
"Abah keluar dulu, assalamualaikum ". ucap Abah
"wassalamu'alaikum ". jawab mereka berdua
"umi sepertinya sangat menyayangimu Shazia ". ucap Dea
"mungkin umi hanya khawatir, ayo ini kita makan berdua, aku tidak akan habis". ucap Shazia
"tapi dengan santriwati yang lain tidak seperti ini tapi dengan mu umi seperti menyayangimu seperti putrinya sendiri". ucap Dea
"mungkin umi ingin menjadikan mu menantunya untuk salah satu putranya". goda Dea
"apaan sih De, tidak usah ngaco kamu". ucap Shazia
"kalau jodoh dengan salah satu Gus di sini tidak apa apa, Abah dan umi itu punya dua putra namanya Gus Maher yaitu putra pertamanya dan Gus Faisal putra keduanya". ucap Dea
"lalu putrinya". tanya Shazia
"setahuku Abah dan umi tidak memiliki putri, selama aku tinggal di sini aku hanya tau putranya saja". jawab Dea
"tapi aku tidak melihat Gus Gus itu". ucap Shazia
"putranya sedang menempuh pendidikan di Mesir". jawab Dea dan Shazia menanggukan kepalanya
setelah menghabiskan sup itu Shazia dan Dea keluar dari UKS lalu kembali ke kamar asrama mereka.
"pasti hanya pura pura pingsan agar tidak hindar dari kerja bakti". ucap Kemala saat melihat Shazia masuk ke dalam kamar
Shazia dan Dea tidak menanggapi ucapan Kemala. mereka berdua memilih untuk mengistirahatkan tubuh mereka karena nanti sore akan ada sebuah kajian
bugh
"Kemala apa apa kamu". ucap Shazia mengahampiri Kemala dan menarik kerah gamis Kemala sehingga membantu Kemala terkejut serta takut saat melihat tatapan Shazia
"dengar selama ini aku diam jadi selama aku diam jangan cari gara gara dengan mu atau aku bisa membuat kepala mu lepas dari tubuhmu". ucap Shazia dan mendorong Kemala sampai terlentang di ranjang sedangkan kemala menelan salivanya dengan susah saat mendengar ancaman Shazia
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 96 Episodes
Comments
Nendah Wenda
mulutmu nyinyir apat Kemala
2023-10-15
0