Pertemuan Pertama

"Kau berdandan'lah sedikit. Kau tengok mukamu itu, kusut kali loh! Kalau kayak gitu kau pasang mukamu, pasti lari'lah langsung si Hasea itu, nggak mau dia lagi samamu," ucap Mak Tiur menatap wajah putrinya yang saat ini bermuram durja.

"Baguslah kalau dia nggak suka samaku, itu pula yang kuharapkan, Mak. Entah kenapa pula orang tua zaman sekarang masih kepikiran menjodohkan anaknya. Ini bukan zaman Siti Nurbaya lagi, Mak. Tolong'lah bilang sama bapak, batalkan aja perjodohan ini, Mak," rengek Dean menghampiri mamanya yang duduk di tepi ranjang, menatapnya sejak tadi mengenakan dress pilihan mamanya.

"Udahlah, De. Jangan lagi kau bahas, nanti marah bapakmu. Kau kan udah setuju, namborumu udah senang, nggak mungkin lagi kita bilang nggak jadi. Pantang menarik omongan kayak gitu," jawab ibunya mengelus lengan putrinya yang masih cemberut, dia berharap Dean bisa ikhlas menerima perjodohan ini.

Hari ini keluarga namborunya tiba di Medan dan saat ini Bapakudahnya sedang menjemput mereka di bandara.

Mengetahui bahwa pariban mereka akan tiba, para kakak sepupunya justru tidak datang ke rumah Dean. Gadis itu tahu Sarma, Roma dan Lela sengaja menolak untuk datang dengan alasan ada kerjaan dan tugas kuliah karena tidak ingin ambil resiko dijodohkan kembali dengan Hasea, kalau sampai pria itu tidak menyukai Dean.

"Sepertinya mereka udah sampai. Jangan lupa pakai lipstik sedikit, Dean. Jangan bikin malu mama sama bapak ya, Nak. Mamak turun dulu ya," ucap ibunya membelai rambut panjangnya yang indah.

Dia mungkin gadis keras kepala tapi Dean tidak pernah melawan perintah kedua orang tuanya. Sebisa mungkin, setiap apa yang diminta oleh orang tuanya dia lakukan, terlebih kalau sudah ayahnya yang meminta.

Dean mematut wajahnya di cermin, riasannya tipis namun justru membuat wajahnya tampak begitu cantik natural. Dia ibarat kembang yang sedang tumbuh dan siap untuk dipetik, sayangnya orang yang ingin memetiknya justru pria yang tidak disukainya.

Dari kamarnya dia bisa mendengar suara hiruk pikuk orang yang sedang bicara. Kedua keluarga Bapakudahnya sudah sejak tadi tiba di rumahnya.

Ketukan di pintu kamar membuat Dean bergegas membuka pintu, itu pasti panggilan agar dirinya keluar menemui tamu agung mereka.

"Cepat Kak, dipanggil bapak. Namboru sama calon suamimu sudah tiba," ujar Sian yang turut berempati dengan nasib kakaknya.

Dean seperti terdakwa yang sudah diputus hukumannya dan akan segera dieksekusi hari ini. Dia berjalan menuju ruang tamu, semakin dekat langkahnya semakin kuat pula jantungnya berdebar. Dia ingat kata ayahnya, usia anak namborunya itu, dua tahun lebih tua dari kakak sepupunya itu. Kalau sekarang umur Sarma sudah 28 tahun artinya paribannya itu pasti sudah berumur 30 tahun saat ini dan beda delapan tahun dengan Dean.

"Nah, ini dia artis yang kita tunggu. Memang boru Batubara ini cantik sekali ya," sambut Namboru Uli, berdiri menyongsong kedatangan Dean. Gadis itu hanya menunduk, tidak berani menengadahkan pandangannya ke keliling ruangan. Dia tidak ingin mendapati kenyataan bahwa calon suaminya adalah pria tua dan gendut.

"Tentu saja cantik, mana ada boru Batubara yang nggak cantik," sambar Risma, istri bapakudanya yang paling kecil.

"Angkat kepalamu lihat calon suamimu itu, ganteng kali lho," bisik Risma di telinga Dean, membuat gadis itu dilanda rasa penasaran. Istri bapakudanya itu biasanya suka menggoda, mengatakan kebalikannya.

Dean penasaran, mengangkat wajahnya untuk melihat pria di hadapannya itu. Seketika dia membatu. Dean harus menilai dengan jujur. Baiklah, Dean mereview calon suaminya.

Pria itu putih, tinggi dengan bentuk tubuh atletis, dan memiliki bola mata kehijauan bak batu emerald yang begitu indah. Dean hampir aja tidak percaya bahwa pria yang ada di hadapannya itu adalah manusia, ciptaan Tuhan yang begitu sempurna. Namun, melihat sikap pria itu yang mencemooh bahkan memandang jijik ke arahnya membuat dia sadar bahwa dirinya tidak dianggap dan disukai oleh pria itu.

Dean sadar diri, dia mengakui pria itu boleh saja tampan dan tampak sempurna tapi sorry to say, hati Dean sudah milik Ferdi. Pria Indonesia yang begitu lembut dan pastinya sangat menyayanginya.

Namboru Uli menarik tangan Dean, mendudukkannya di samping Hasea. "Udah cocok kali kulihat kalian berdua ini."

"Sebaiknya biarkan mereka bicara berdua dulu, saling mengenal," saran Risma. Dia sedikit menyesal mengapa tidak putrinya saja yang dijodohkan dengan Hasea.

Kalau Sarma tahu bahwa Hasea setempat ini, pasti dia akan menyesal menolak lamarannya. Padahal kalau dibandingkan, Hasea tentu saja masih jauh di atas Robert," batin Risma sedikit kesal.

Awalnya dia mendukung keputusan putrinya yang menolak permintaan suaminya untuk menjodohkan Sarma dengan paribannya, Risma pikir Hasea pasti jelek, terlebih melihat wajah Uli yang memang jauh dari kata cantik.

Uli adalah Kakak dari suaminya, namun gadis itu bukanlah kakak kandung suaminya. Uli diadopsi oleh keluarga Batubara ketika gadis itu masih sangat kecil.

Saat itu terjadi kerusuhan di daerah kota Medan, banyak korban dan keluarga yang bercerai berai. Uli datang ke rumah keluarga Batubara, karena iba melihat gadis kecil itu lalu kedua pasangan suami istri Batubara itu mengangkatnya menjadi putri mereka. Saat itu hanya Pak Hotman anak mereka, lalu gadis kecil itu diberi nama Uli, setelahnya lahir Togar dan Lindung.

Saran Risma disambut oleh semua anggota keluarga. Keduanya pun memilih untuk mengobrol di kebun belakang rumah Dean yang banyak ditumbuhi tanaman hasil kerajinan Mak Tiur.

Setelah lima menit duduk saling membisu, akhirnya Sea buka suara. Dia mengamati gadis itu lalu memutuskan untuk mengatakan isi hatinya.

"Kau pasti tahu bahwa kita dijodohkan dan sejujurnya aku katakan, kalau aku sama sekali tidak menyukaimu. Aku sudah menolak perjodohan ini namun, tapi mamaku jatuh sakit, hingga aku menerima rencana ini. Pada awalnya, aku memilih Sarma, ketika semua foto kalian ditunjukkan kepadaku tapi ternyata gadis itu sudah punya kekasih dan menolak pinanganku. Entah apa alasan mamaku memilihmu menjadi calon istriku. Sejujurnya dari segi penampilan dan bentuk tubuh saja kau bukan tipeku, tapi aku tidak ingin mengecewakan mamaku yang begitu berharap bisa menikahkan ku dengan paribanku, jadi terpaksa aku menerima perjodohan ini," ucapnya tanpa perasaan, tanpa peduli betapa perkataannya sudah sangat menghina Dean.

Dean tentu saja merasa terhina, jelas-jelas dia pun tidak menerima perjodohan ini. Apa pria itu berpikir bahwa dirinya berhak untuk menghina Dean? Walaupun dia bukan tipe idaman pria itu, asal Hasea tahu bahwa dia sendiri sudah memiliki kekasih hati. Dean juga tidak suka kepadanya, pria tengil yang sombong.

"Ketepatan sekali, kau pun bukan tipeku! dan asal kau tahu, sama halnya denganmu aku juga tidak menerima perjodohan ini, bahkan jika kau bisa membatalkan rencana orang tua kita untuk membatalkan perjodohan ini, aku akan sangat berterima kasih kepadamu!"

Terpopuler

Comments

ela aditya

ela aditya

yaelah hasea,,hasea sombong banget sih, awas nanti bucin 😁

2023-01-06

0

Bylbhina Balqis

Bylbhina Balqis

Hasea..lakik mulutnya bikin emosi

2022-12-26

0

Tety Novianty

Tety Novianty

aq sunda asli, suka lah itung itung mengenal orang batak ya

2022-12-05

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!