.
.
Setelah malam yang panjang dan indah itu, mereka meletakkan Laura di ranjang, memakaikan dia pakaiannya kembali setelah membersihkan tubuhnya. Hingga keesokan hari mereka hanya bersikap biasa saja pada Laura seakan tak ada yang terjadi.
Laura mengaku dia tubuhnya sakit, tapi tidak ada yang Devon lakukan selain menawarkan diri untuk memijit Laura.
Saat Devon memijit Laura, dia mati-matian untuk menahan dirinya agar tidak menghajar Laura kembali dan menidurinya.
Biar semuanya menjadi rahasia dia dan David saja.
Tapi siapa tahu jika Laura ternyata berhubungan dengan ayahnya dan lebih parahnya lagi hamil?
Itu gila, padahal Devon ada pemikiran untuk segera memutuskan Wonhi, menunggu waktu yang tepat saja untuk melakukannya tapi Laura malah... Ah, sudahlah.
Yang pasti Devon marah, entah itu pada ayahnya atau diri sendiri, dia juga tidak tahu.
Akan tetapi, dosa itu selalu membayangi Devon, membuatnya tidak tenang tiap kali melihat Laura, seakan dia ingin mengajak Laura untuk melakukannya lagi.
Devon menjadi gila karena Laura.
Dan kini, di masa sekarang, setelah mengetahui kebenarannya dari David, dia semakin merasa gila, hingga dia mengajak Wonhi bercinta, sambil membayangkan Laura.
Dia benar-benar keterlaluan, dia merasa brengsek melakukannya, tapi dia juga tidak bisa berhenti.
Wonhi sangat cantik, Devon dulu sangat menginginkannya, setelah dapat, seperti orang bodoh dia malah memikirkan wanita lain.
“Devon, lebih cepaathh aahh!” ******* Wonhi yang semakin keras membuat Devon semakin semangat menggerakkan pinggulnya naik dan turun.
Kekasihnya juga sangat seksi, tapi kenapa dipikiran Devon hanya ada Laura yang mengaku sedang hamil tersebut? Membayangkan Laura membuat semangat Devon bertambah.
Tidak... tidak bisa seperti ini, Devon merasa sangat bersalah pada Wonhi.
Setelah akhirnya dia mencapai puncaknya, dia memilih untuk tidak mengeluarkannya di dalam, setelah itu dia pun tumbang dan tergeletak di sisi kekasih cantiknya.
Wonhi merangkak naik ke atas tubuh Devon, “sayang... aku masih belum puas” ucap Wonhi, sebelum kemudian mengajak kekasihnya bercumbu.
“Aku mendengar Ruka sudah hamil, sedangkan kita bahkan belum menikah!” protes Wonhi selesai berciuman, raut cemberut Wonhi sangat menggemaskan.
“Kamu yakin mau menikah denganku secepatnya? Kamu masih sangat muda dan karirmu sedang bersinar” ucap Devon.
“Kita bisa menikah diam-diam, hanya keluarga yang tahu, iya kan?”
Devon menarik Wonhi agar tidur diatas tubuhnya, membuat kulit mereka yang lengket karena keringat saling menempel.
“Jika kamu serius, aku akan menikahimu...”
‘Dan menghilangkan kegilaanku’ lanjut Devon dalam hati.
“Ayo menikah diam-diam, aku sangat mencintaimu, Devon, jangan tiggalkan aku...”
“Apa yang kau bicarakan? Aku tidak akan meninggalkanmu!”
“Entahlah, aku jadi merasa seakan kau bisa meninggalkanku kapanpun.”
Devon mengecup kening Wonhi, “tidak sayang, kita akan menikah, oke?”
“Hmm...”
‘Maafkan aku yang brengsek ini, Wonhi.’
***
“Kau bisa pergi denganku, Laura” ucap David tiba-tiba.
Hari itu masih pagi di rumah keluarga besar Raynold, yaitu keluarga besar dari Devon, David, Felly dan lainnya, disana ada anaknya Felly dan juga si kembar Aileen dan Arvin, mereka bermain di taman depan rumah sambil menggelar karpet besar.
Ada beberapa makanan dan minuman yang disajikan, ada Angel, Laura, Ruka, Luna, Felly dan Lily yang mengobrol sambil mengawasi anak-anak bermain.
“Kamu yakin?” tanya Laura.
David mengangguk pelan, “iya, aku sudah berunding dengan Devon, jadi lebih baik kau pergi denganku saja, jangan dengan Dojun, Ruka tidak perlu ikut ya, kamu disini saja, sayang...” ucap David.
Ruka mengangguk, “baiklah, kak David gak lama kan? kalo lama-lama aku kangen nanti!”
David terkekeh pelan, “tentu saja tidak, kamu siap-siap ya Laura, besok kita berangkat pagi” ucap David, dia pun pergi, tapi sebelumnya dia melirik dulu pada Angel.
Angel tidak mengerti apa maksud dari lirikannya tersebut. Tapi semoga saja itu bukan hal buruk, karena Angel sudah tidak tahu apakah bisa mempercayai David dan Devon sekarang, keduanya terlihat sama brengseknya. Angel bahkan masih tidak menyangka, Devon yang bucin dengan kekasihnya Wonhi, David yang bucin dengan Ruka, bisa-bisanya diam-diam memiliki rasa pada Laura. Lebih parahnya lagi, memperkosanya secara diam-diam juga.
Itu keterlaluan, tapi Angel ingin mereka mengatasi masalah sendiri, tidak baik untuk banyak ikut campur.
Semoga perasaan buruk Angel itu tidak benar, kasihan Laura jika tahu, karena itu Angel memilih merahasiakannya sampai David atau Devon mengaku sendiri.
Tapi, tanpa mereka semua ketahui, sebenarnya, Laura sudah ingat tentang pemerkosaan itu, meski Laura tidak menganggapnya pemerkosaan, walau dia mabuk, tapi dia menikmatinya. Sekarang dia berusaha melupakan semua itu, demi menjadi istri Kaisar.
Laura ingin melupakan semuanya, tidak membiarkannya bocor terutama di telinga Kaisar, jadi Kaisar tidak marah. Laura takut jika Kaisar tahu dia tidak akan dinikahi, jadinya dia pura-pura bodoh dan tidak mengingat apapun.
Padahal, Laura mengingatnya dengan jelas.
Laura tidak dendam, jujur saja dia menyukainya, tapi dia lebih menyukai Kaisar dari pada anak kembarnya. Lalu, Laura tidak ingin mengecewakan Ruka atau Wonhi, Laura juga dekat dengan keduanya, mereka sama-sama baik pada Laura.
“HUWAAAAAA” tangisan Doyon terdengar nyaring, membuat para wanita langsung panik. Felly segera mengangkat putranya lalu menggendongnya.
“Apa yang terjadi? Ailin kamu apakan Doyon?” tanya Luna, istri Jaden, dia sudah hafal jika putrinya yang berusia dua tahun lebih yang kelewat ajaib itu biasanya biang masalah.
“Ilin ga calah Ma! Abin yang calah!” Aileen malah menuduh saudara kembarnya yang sedang menata kereta bersama Jason yang diam memperhatikan. Jason sudah bisa duduk tegak, dia senang melihat Arvin menggabungkan kereta-kereta atau memasang lego.
Arvin yang tidak tahu apa-apa pun menoleh, raut wajahnya terlihat kesal, “Aku ga tau apa-apa ya!”
Luna pun menjewer telinga Aileen, “kamu bohong ya? Katakan dengan benar!”
“Mama cakit ma! Iya Ilin minta maaf! Ilin calah uda mukul dedek Yon.”
Luna melepas jewerannya, sementara yang lain terkekeh gemas dengan tingkah bocah-bocah, terutama Aileen yang ada saja kelakuannya.
“Emang kenapa kok dipukul Doyon nya?” tanya Angel dengan lembut.
Aileen setelah jeweran dilepaskan berlari untuk memeluk Lily.
“Ga tau!” sahut Aileen.
“Kamu jangan nakal ya Ailin, kalo engga mama ga ngajak kamu lagi kesini lho ya!” ancam Luna.
“Ilin ga nakal ma!”
“Kamu ini... menurun dari siapa sih kayak gini tuh...”
“Mama!”
“Kamu mau mama jewer lagi?”
“HUWAAAA!” Aileen pun menangis kencang, sementara Luna hanya menghela nafas bosan, Aileen itu pintar berakting juga, kadang dia menangis hanya agar tidak dimarahi saja, padahal dia salah. Luna sudah kebal tidak bisa dibohongi lagi, beda dengan Jaden yang selalu mengalah dan membela bocah itu. Padahal jika terus dibiarkan sampai dewasa akan manja.
Tapi pada akhirnya, Luna mengambil Aileen dan menggendongnya juga.
“Memang hanya Arvin yang tenang” ucap Ruka.
“Doyon juga tidak banyak bertingkah,” sahut Lily.
“Tapi Aileen itu lucu dan menggemaskan, ya gak sih?” tanya Angel.
“Kalo soal gemes sih gemes banget, pasti gedenya jadi cantik kan?” ucap Laura.
“Oh iya, Laura kapan mau beres-beres untuk pergi ke Korea?” tanya Ruka.
“Aku bisa membantumu” sahut Angel.
“Ah, kalian gak perlu repot-repot, aku bisa sendiri kok” ucap Laura.
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 35 Episodes
Comments