Yang paling terakhir naik pelaminan untuk memberi selamat kepada mempelai pengantin adalah Erland dkk, mereka memang sengaja terakhir supaya bisa agak lama sedikit berbasa-basi dengan Arsen tanpa harus terganggu dengan antrian.
Sama seperti sahabat-sahabatnya yang lain, Arsen juga menanyakan kepada Erland kenapa Bella tidak ikut, dan jawaban Erland sama seperti jawaban yang di berikan kepada sahabat-sahabatnya yang lain, Arsen hanya mengangguk mengerti dan memaklumi.
Dan begitu Erland dan sahabat-sahabatnya turun dari pelaminan, kedua mempelai pengantin tersebut atas arahan pembawa acara mengambil posisi karna sudah waktunya untuk acara m lempar bunga, hal yang paling ditunggu-tunggu oleh para wanita lajang. Dan sebenar saja, begitu MC memberitahu kalau acara lempar bunga akan dimulai, gadis-gadis lajang mulai berkumpul untuk mendapat lemparan bunga dari sang pengantin.
Suara dari MC meramaikan suasana, "Oke bagi para wanita lajang yang berharap segera menyusul kedua mempelai pengantin naik ke pelaminan, mari mari merapat untuk mendapatkan lemparan bunga dari sang pengantin, siapa tahu yang mendapatkan bunga setelah pulang dari acara nikahan ini langsung dilamar oleh pangeran tampan dari negeri tetangga."
Mendengar banyolan MC tersebut, para wanita yang tengah berkumpul untuk mendapatkan lemparan bunga tersebut pada terkekeh.
MC kemudian memberi intruksi kepada pasangan pengantin untuk berbalik badan membelakangi para peserta karna acara lempar bunga itu akan dimulai, "Bagi kedua mempelai pengantin, silahkan berbalik, karna sepertinya gadis-gadis cantik dan manis ini sepertinya sudah tidak sabar untuk mendapatkan lemparan bunga."
Arsen dan istrinyaa berbalik mengikuti intruksi sik MC, dengan memegang bunga itu bersama dan menunggu intruksi untuk melemparkan bunga yang saat ini mereka pegang.
Bertepatan dengan itu, Erland dkk yang baru turun dari pelaminan dan lewat didepan kerumunan wanita-wanita yang pada heboh menunggu sang pengantin melempar bunga. Dan tentu saja wanita-wanita itu sangat berharap untuk mendapatkan bunga yang akan dilemparkan oleh pengantin karna mereka percaya dengan mitos yang mendapatkan bunga akan segera menyusul naik pelaminan.
"Dianaaaaa, gue disebelah sini, lemparin bunganya ke gue ya." salah satu wanita itu berteriak nyaring.
Erland menggeleng melihat kelakuan sik wanita, dia heran, kenapa disetiap acara pernikahan yang dia datangi, para wanita pada heboh dan berebutan untuk mendapatkan bunga yang dilemparkan oleh sanh pengantin, menurutnya itu hal yang sia-sia, karna memang pada dasarnya dia tidak percaya dengan mitos.
"Land, sono lo ikutan acara nangkep bunga dari pengantin." Roni menyenggol lengan Erland saat mereka berjalan melewati gadis gadis itu.
"Tidak punya kerjaan banget gue ikutan hal begituan, lagian jugakan sebentar lagi gue bakalan nikah."
"Ya gak ada salahnyakan elo ikutan, lagian juga meskipun persiapan pernikahan lo sudah 90 %, belum tentu juga lo jodoh dengan Bella, sebelum janur kuning melengkung, bisa dibilang semuanya belum pasti, masih remang-remang." Steven menyahut, dia asal ngomong saja, "Makanya sono lo ikutan tangkep bunga." sambil mengatakan hal itu Stevan mendorong bahu Erland cukup keras yang membuat Erland terdorong sampai ke kerumunan gadis-gadis tersebut.
Dan bertepatan dengan itu, bunga yang dilempar oleh pasangan pengantin melayang diudara, reflek saja Erland mengangkat tangannya untuk menangkap bunga tersebut, dan bukan hanya tangannya saja, ada tangan lainnya yang juga ikut menangkap bunga itu, sebenarnya tangan mungil itu lebih dulu menangkap bunganya sehingga bisa dibilang Erland kini memegang tangan gadis yang juga menangkap bunga yang dilempar oleh sik pengantin, tangan mungil itu tidak lain adalah tangan milik Naomi.
Dengan tangan masih mengacung diudara, keduanya sama-sama memegang bunga tersebut.
***
Setelah mendengar penuturan Cepi, Naomi dengan semangat 45 bernafsu untuk mendapatkan bunga yang akan dilemparkan oleh sang pengantin.
Dalam hatinya terus berkata, "Pokoknya gue harus mendapatkan bunga itu, harus."
Dan Naomi berhasil, namun sayanganya, ada tangan lain yang juga secara bersamaan menangkap bunga tersebut, mata Naomi melebar saat mengatahui siapa orang yang juga menangkap bunga yang dia incar.
"Inikan sik om om yang menabrak gue waktu direstoran itu." gumamnya mengenali Erland.
Posisi mereka begitu sangat dekat, bahkan tanpa jarak yang membuat tubuh mereka menempel satu sama lain, menyadari hal tersebut, membuat Naomi menjauhkan tubuhnya dengan cepat, sehingga hal itu membuat Naomi yang saat itu mengenakan hak tinggi hilang keseimbangan yang membuatnya hampir jatuh, tapi untungnya, Erland dengan sigap meraih pinggang Naomi, tubuh Naomi kembali tertarik dan Naomi reflek mengalungkan tangannya dileher Erland, sehingga tubuhnya menempel sempurna dengan tubuh Erland yang membuat tak pelak membuat bibir mereka menyatu satu sama lain.
Mata Naomi membelalak, dia segera mundur dan melepaskan rangkulan tangannya, dia langsung mengelap bibirnya, "Ya Tuhan, ciuman pertama gue diambil oleh om-om itu." desahnya dalam hati.
Sementara itu, Erland juga melakukan hal yang sama, "Astagaa, bisa-bisanya bocah itu mengambil kesempatan dalam kesempitan." nah lho, Erland malah menyalahkan Naomi, "Bell, maafkan aku, maafkan aku yang tidak bisa menjaga kesucian bibirku, bibirku seharusnya milikmu, tapi dengan lancangnya bocah itu mencicipinya." Erland merasa sangat bersalah dengan Bella meskipun kecupan singkat itu tidak disengaja.
Sementara gadis-gadis yang tadinya pada heboh ambil bagian untuk menangkap bunga untuk sesaat pada membeku ditempat menyaksikan adegan manis didepan mata mereka, entah apa yang ada difikiran mereka, yang jelas mereka berfikir hal itu sangatlah romantis.
"Cie cie cie, masnya sama mbaknya." suara sik MC menggoda Erland dan Naomi sambil senyum-senyum, suara itu sekaligus menyadarkan kebekuan orang-orang yang berada diruangan tersebut, "Bunganya ternyata ditangkap oleh masnya dan mbaknya, ciee, kayaknya masnya sama mbaknya jodoh nieh."
Godaan dari sik MC membuat baik Erland dan Naomi salting dengan wajah memerah, apalagi kini mereka jadi fokus perhatian orang-orang diruangan tersebut.
Ingin rasanya Erland menampar bibir sik MC, "Sembarangan saja sik sialan itu, ya jelaslah jodohku Bella, orang sebentar lagi kami akan menikah, ya kali gue berjodoh dengan gadis ingusan ini." batin Erland jengah mendengar godaan sik MC.
Naomi juga tidak rela mendengar ucapan sik MC, "Gue, berjodoh dengan om om ini, ihhh, ogah, ya meskipun tampan juga sieh, tapi tampangnya galak gitu ya gue mana maulah."
Orang-orang yang ada diruangan itu jadi senyum-senyum sendiri, gimana tidak, menurut mereka itu adalah ketidaksengajaan yang romantis.
Erland ingin segera pergi dari tempat itu, sudah tidak tahan rasanya dia mendengar godaan sik MC dan menjadi tontonan, sebelum itu, dia mendekati Naomi, meraih telapak tangannya dan menjejalkan bunga tersebut ditangan Naomi, dengan suara yang hanya bisa didengar oleh Naomi dia berkata, "Tuhh bunganya buat kamu, aku gak butuh." dan dia lansung berlalu pergi.
Sik MC kembali menggoda, "Mas, mbak, ditunggu undangannya ya, jangan lupa ya kontak saya, hehe."
Erland sekarang benar-benar ingin melemparkan sepatu kulit yang dia kenakan diwajah sik MC, tapi mengingat harga sepatunya cukup mahal, dia mengurungkan niatnya itu.
"Ehhh, itukan gadis cantik yang gue maksud itu, gadis yang ingin gue ajak pacaran kalau seandainya gue belum menikah." tunjuk Roni pada Naomi.
"Bener kata Lo Ron, gadis itu benar-benar cantik, kayak masih belia gitu, tapi aura kecantikannya sudah memancar, Diana sebagai pengantin salah saing." sambung Ale yang juga mengagumi kecantikan Naomi.
"Anjirr sik Erland, beruntungnya bisa mencium bibir lembutnya, ingin juga gue." Stevan menimpali.
Tapi Erland sama sekali tidak merasa beruntung tuh, dia malah merasa bersalah sama Bella, dia bahkan berulangkali meminta maaf dalam hati.
***
Naomi yang masih terpaku ditempatnya dengan mata menatap lekat punggung Erland menjauh tiba-tiba merasakan tanganny ditarik menjauh oleh seseorang, "Ngapain jadi patung disana Nom, ayok pergi." itu adalah Choki dan ternyata dibelakangnya ada Cepi yang mengikuti.
Mereka agak menjauh dari kerumunan.
"Astaga kutillll, apa itu tadi." Cepi tiba-tiba heboh begitu, "Lo dan sik tampan itu menangkap bunganya berbarengan, busettt, pakai pelukan dan ciuman segala lagi, bukannya itu so sweet, ya Tuhan ya Tuhan, kok gue yang jadi baper gini sieh."
Naomi hanya mendengus, pasalnya ciuman pertamanya diambil oleh laki-laki asing, om om lagi, Naomikan selalu bermimpi kalau ciuman pertamanya akan dilakukan bersama orang yang dia cintai.
"Ehh kutill, kenapa lo diam saja, itu jodoh lo didepan mata, kenapa tadi gak lo minta nomernya atau ajak kenalan kek atau gimana, tuh cowokkan tampan pakai banget." sik Choki, padahal dia cowok, tapi ikut-ikutan memuji, "Tipe lo bangetlah itu, dan dilihat dari pakaiannya, tuh cowok kayaknya orang kaya Nom, lebih dari mampu untuk menghidupi lo."
"Aduhhh lo itu gimana sieh, kenapa dibiarin lolos gitu aja, pepet kek." Cepi menambahkan.
"Apaan sieh lo berdua, laki-laki barusankan sudah om-om, ya kali gue mau sama om om, yang benar saja."
"Etdah mata lo rabun atau gimana, secakep gitu lo bilang om om, wajah kenceng begitu juga."
"Ahh sudahlah, mending kita pulang deh, bosan gue, capek-capek gue mempermak diri sampai sempurna begini, bukannya dapat gebetan, ehh malah gue rugi, busett bibir gue sudah ternoda."
"Ya gak apa-apalah Nom kalau ciuman pertama lo diambil sama sik ganteng itu, gue aja mau." itu Choki lho yang ngomong bukan Cepi.
"Ihhh." Naomi dan Cepi bergidik ngeri.
"Najis lo Chok."
****
Hari begitu cepat berlalu, minggupun berganti minggu, dan semuanya berjalan sebagaimana mestinya, dan tidak terasa masa-masa ujian di SMA PERTIWIpun kini sedang berlangsung, dimulai dengan ujian praktik olahraga yang saat ini dilakukan dilapangan sekolah.
Sambil menunggu giliran pengambilan nilai, Naomi, Choki dan Cepi duduk dipinggir lapangan dengan mata fokus ke tengah lapangan menyaksikan teman-temannya yang tengah melakukan praktik pengambilan nilai.
Semakin mendekati hari kelulusan, Naomi semakin gelisah, pasalnya dia belum menemukan laki-laki yang klik dihatinya, makanya sebelum hari kelulusan itu tiba, Naomi benar-benar gencar menekan kedua sahabatnya untuk lebih berusaha mencarikannya laki-laki yang cocok untuk dijadikan suami sesuai dengan kriterianya.
Ditengah sibuk-sibuknya mempersiapkan ujian yang sudah didepan mata, Choki dan Cepi sudah sangat sangat sangat berusaha dengan keras untuk mencarikan Naomi laki-laki yang pantas untuk Naomi dari segi wajah dan materi, mereka juga tentunya tidak ingin kalau sahabat mereka menikah dengan bandot tua, tapi ya memang sampai sekarang dari sekian banyak kencan buta yang dilakukan oleh Naomi, tidak ada satupun yang klik dihatinya, kadang hal itu juga membuat Choki dan Cepi kesal juga, karna menurut mereka Naomi sangat pemilih, tapi ya mau bagaimana, Naomi selalu mengatakan kalau hati tidak bisa dipaksakan, sehingga mau tidak mau membuat Choki dan Cepi maklum.
"Pokoknya gue gak mau tahu, sebelum lulus, gue sudah harus mendapatkan laki-laki yang bersedia nikahin gue." Naomi bergidik ngeri membayangkan dirinya harus menikahi juragan Romli bandot tua yang hobi kawin, "Ihhh, gue gak bisa membayangkan kalau sampai harus nikah sama bandot tua itu, ihhh, pokoknya jangan sampai deh, amit amit."
"Iya iya, lo tenang saja deh, pokoknya gue dan Cepi bakalan berusaha ngebantuin elo semaksimal mungkin, kami juga mana rela ngebiarin lo sampai dinikahin sama bandot tua itu, enak saja, gak tahu diri banget dia, sudah tua, jelek, tukang kawin, anaknya selusin, seenaknya aja mau nikahin elo yang cantik dan perawan ting ting gini."
"Tenang tenang lo bilang, sudah puluhan kencan buta yang gue lakukan, tapi tidak ada satupun laki-laki yang jadi kencan buta gue layak untuk dijadiin suami, kalau orangnya gak membosankan, giginya tonggoslah, bau keteklah, rambutnya sudah pada rontoklah, sudah tualah, lo berdua niat gak sieh bantuin gue." duhh, kelihatannya Naomi frustasi tuh, iya gimana gak frustasi coba, kalau sampai dia tidak menemukan laki-laki yang mau menikahinya begitu lulus, siap-siap saja dia bakalan dinikahi oleh juragan Romli dan jadi istrinya yang kelima, benar-benar tidak mudah jadi seorang Naomi Larasati.
"Kalau masalah itu sieh bukan salah kami ya Nom, itu murni kesalahan dari biro jodohnya, tapi selama gua dan Choki masih hidup, kami tidak akan membiarkan elo nikah sama bandot tua itu Nom." Cepi meyakinkan.
"Benar Nom, kalau kita sampai tidak menemukan calon suami untuk lo sampai hari kelulusan itu tiba, kita langsung ke komnas perlindungan anak, lapor sama kak Seto kalau lo dipaksa nikah sama om dan tante elo yang gila harta itu." Choki serius sieh mengatakan hal itu, namun ternyata hal itu membuat Naomi dan Cepi tertawa, Choki yang awalnya bingung melihat kedua sahabatnya tertawa pada akhirnya ikutan tertawa juga.
"Ya Tuhan, terimakasih karna engkau memberikan sahabat-sahabat yang begitu menyayangi hamba, yang selalu melakukan apapun untuk menolong hamba." Naomi benar-benar bersyukur memiliki dua sahabat yang sangat menyayanginya.
Sampai pada ketika nama Naomi yang dipanggil ke depan oleh pak Tirmizi alias Ptir untuk pengambilan nilai.
20 menit kemudian, Naomi kembali setelah melakukan serangkain praktik untuk pengambilan nilai untuk matpel olahraga, dari keningnya mengalir buliran-buliran keringat yang diseka asal-asalan dengan punggung tangannya.
"Ohhh my gosh." Choki heboh sambil melotot ke arah layar ponselnya yang menyala.
"Nape lu."
Reflek Naomi dan Cepi mendekat untuk mencari tahu penyebab kehebohan Choki.
"Apa,? benarkah ini, gue gak salah lihatkan." mata Cepi melebar begitu mengetahui apa yang membuat Choki heboh.
*****
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 95 Episodes
Comments