"Oh iya hampir lupa gue." gumam Choki setelah meneguk es tehnya, mi rebusnya sudah tandas beserta kuah-kuahnya, pokoknya tuh mangkuk benar-benar bersih tak bersisa deh saking doyannya dia dengan mi rebus buatan mbak Dijah sik kang ghibah.
Sedangkan Naomi dan Sakura baru saja mulai makan.
"Hari minggu sekitar jam sepuluhan, ada saudara jauh gue tuh yang nikahan, emak gue minta gue ngewakilin dia buat datang karna dia gak bisa datang, biasa, emak gue ada arisan dengan geng rempongnya."
"Harus gitu lo laporan ke kita, gak ada hubungannya dengan kitakan." Cepi nyahut.
"Emang gak ada hubungannya sama elo, gue itu ngasih tahu Naomi tahu."
"Kenapa perkara saudara lo nikahin lo kudu ngasih tahu gue segala, lo minta gue nemenin lo ke nikahan saudara elo itu, sebagai kekasih pura-pura agar lo kelihatan lakunya gitu." ucap Naomi asal.
"Anjirrr, lo gak ngerti banget."
"Saudara jauh lo menikah, dan lo diminta emak lo untuk datang, apanya yang gak gue ngerti."
"Bodohh, kelamaan berkawaan dengan sik kutill ini ternyata bikin lo lemot juga."
Plakk
Cepi menggeplak kepala Choki, memang ya, baik Naomi ataupun Cepi memang paling hobi tuh main geplak-geplak.
"Uhkkk, kalau lo bukan cewek ya Cep, udah gue bejek-bejek lo gue bikin serundeng, hobi banget deh main tangan."
"EGP weeek." Cepi menjulurkan lidahnya meledek Choki.
Choki tidak membalas, dia lebih memilih untuk menjelaskan maksudnya memberitahu Naomi tentang acara pesta pernikahan saudara jauhnya itu.
"Maksud gue gini ya Nom."
Sambil melahap mi instannya Naomi mendengarkan.
"Nahh itukan acara pesta pernikahan ya, acaranya cukup mewah karna orang tua saudara gue itu orang kaya, pasti banyak tamu yang datang, nahh, lo ikut sama gue, lo TP TP deh disana, (Tebar Pesona.) siapa tahu ada cowok tampan dan tajir yang kpincut sama lo."
"Owhhhh." bibir Cepi membulat membenarkan apa yang dikatakan oleh Choki, "Benar juga tuhh Nom, acara-acara begituan pasti banyak tamu laki-laki yang hadir."
"Layak dicoba tuh kayaknya, oke, gue ikut lo Chok." putus Naomi mantap.
"Gue juga ikut." Cepi menimpali.
"Oke sipp, jam 09.00 teng lo kudu standabye didepan rumah lo masing-masing, dan lo Cep, jangan kelamaan dandannya, lo dandan mau gimana juga bentukan lo gitu-gitu doank rupanya."
"Lo benar-benar minta dilempar ke kandang singa ya, nyebelin banget deh sejak tadi." Cepi jadi sewotkan.
"Hehe, vis Cep, just kiding."
***
Jarak beberapa meter dari meja yang ditempati oleh Naomi and the genk, Elang tidak putus-putusnya menatap ke arah dimana gadis yang dia sukai sejak masih kelas 10, gadis itu adalah Naomi Larasati, gadis cantik dan pintar yang sekaligus juga saingannya dalam memperebutkan juara satu dikelas.
"Cantik banget ya Naomi." cetus Bayu salah satu teman Elang yang mengikuti arah pandang Elang.
Rian menyahut, "Coba kalau Elang tidak suka, udah gue pacarin deh sik Naomi."
"Lang, jangan cuma lo lihatin doank donk, sejak zaman manusia purba sampai zamannya manusia internet begini lo kerjaannya lihatin do'i diam-diam, kalau diembat baru tahu rasa lo." timpal Rado.
Elang tidak memperdulikan akan hal itu mengingat sampai saat ini Naomi tidak pernah terdengar dekat dengan cowok manapun, jadi Elang merasa aman-aman saja. Sebenarnya banyak sieh yang suka dan mendekati Naomi, tapi selalu ditolak olehnya, alasannya apalagi, dia mencari calon suami bukan pacar.
"Gue masih belum siap ditolak." ujar Elang buka suara untuk pertama kalinya.
"Duhhh, kayaknya tidak ada yang pernah memberitahu ya kalau lo itu ganteng paripurna, tidak cukupkah surat cinta dan tumpukan hadiah-hadiah yang selalu lo terima dari para penggemar lo tiap hari, itu membuktikan kalau pesona lo itu pasti tidak bisa ditolak men."
Ketua osis, murid teladan, kaya, bonusnya, Elang lahir dengan ketampanan paripurna sejak lahir, sehingga dengan kesempurnaan yang dia miliki, dia menjadi idola cewek-cewek di SMA PERTIWI, namun sayangnya, tidak ada satupun cewek-cewek disekolah yang menarik minatnya karna dia sudah cinta mati sama seorang gadis cantik nan manis yang bernama Naomi Larasati, sayangnya, kesempurnaan yang melekat pada dirinya itu tidak cukup membuatnya percaya diri untk menyatakan perasaannya pada sang pujaan hati, Elang sieh sangat sering memberikan perhatian lewat sikap, tapi sayangnya Naomi hanya merespon biasa saja.
"Jadi menurut lo, kalau gue nyatain perasaan sama Naomi, dia akan nerima gue gitu."
"Pasti, 100% lo bakalan diterima, Naomi juga kelihatannya suka kok sama lo."
"Tapi kok gue gak yakin gitu ya dengan apa yang lo katakan." Elang terlihat ragu.
"Etdahh, jadi cowok kok lo gak percaya diri gini sieh Lang." gemes Bayu.
"Kadang godaan itu sangat besar untuk nikung lo, tapi gue masih inget kalau lo sahabat gue." goda Rian.
"Jangan donk, kalau lo berani-beraninya melakukan itu, siap-siap saja dapat bogeman." Elang mengepalkan tangannya didepan wajah Rado.
"Duhhh, bercanda gue, etdahh bercanda saja gue dapat ancaman, apalagi kalau beneran ya, bisa dikirim gue ke akhirat."
"Gue akan menyatakan perasaan gue diwaktu yang tepat."
"Mau nunggu sampai kapan Lang, kalau Naomi keburu diembat gimana." Rian memperingatkan.
"Masalah itu gue tidak khawatir, Naomi sepertinya tidak pernah tertarik sama cowok yang mendekatinya."
Elang tidak tahu saja kalau Naomi saat-saat ini tengah gencar melakukan kencan buta tiap malam minggu guna untuk mencari calon suami, Naomi itu bukan mencari pacar tapi suami, dan anak-anak SMA bukan level Naomi, Naomi mencari laki-laki dewasa, mapan yang mampu menghidupnya saat menikah nanti.
****
Ping
Bunyi singkat pada ponsel Erland menandakan adanya chat masuk.
Erland yang saat itu baru keluar dari kamar mandi meraih ponselnya yang tergelatak pasrah ditempat tidurnya.
Sebuah pesan gambar berupa undangan pernikahan dari salah satu sahabatnya bernama Arsen.
Erland tersenyum mengingat dia juga sebentar lagi bakalan nyusul naik pelaminan.
Dan kembali chat masuk ke ponselnya Erland dari orang yang sama, dan kali ini adalah chat dalam bentuk teks bernada ancaman.
[Gue gak mau tahu, pokoknya pada pesta nikahan gue, lo Erlando Whisnutama harus datang titik, kalau sampai elo tidak datang, elo gue pecat sebagai sahabat.]
Membaca pesan itu tentu saja membuat Erland terkekeh, dia menarikan jemarinya dilayar untuk membalas chat tersebut.
[Tenang saja, gue pasti datang kok.] janjinya.
[Oke, gue pegang janji lo, awas saja kalau lo gak datang.]
[Iya iya, asataga, lo pakai ngancam gue segala lagi.]
[Bawa calon bini lo, gue mau lihat wanita yang bisa membuat seorang Erland bertekuk lutut dan bucin akut.]
Kembali Erland terkekeh membaca pesan balasan Arsen, bukan tanpa alasan Arsen bilang begitu, pasalnya Erland adalah tipe pria yang sulit jatuh cinta, dan sekalinya jatuh cinta itu akan bucin akut dan sulit melupakan kalau ditinggalkan.
[Gue pasti membawanya dan memperkenalkannya dengan bangga pada dunia.]
[Dasar bucin]
***
"Heh Nom, juragan Romli datang tuh ngapelin elo, keluar sono temuin dia." Ipeh sepupunya memberitahu saat Naomi tengah belajar dikamarnya.
Ipeh juga salah satu cewek di SMA PERTIWI yang mengejar Elang, tapi sayangnya Elang cinta mati sama Naomi dan tidak pernah punya niat untuk menyukai wanita lain selain Naomi.
"Gue lagi sibuk." jawab Naomi acuh tak acuh tanpa mengalihkan perhatiannya dari buku yang tengah dia baca.
"Sibuk apaan lo."
"Mata lo buta, lo gak lihat apa gue lagi belajar." Naomi ngegas.
"Etdahhh, sok rajin lo."
"Emang gue rajin, makanya gue sering dapat juara, emang kayak elo, bodoh mutlak lak lak lak." pada kata-kata terakhirnya, Naomi benar-benar menekan kata-katanya.
"Ihhh elo itu ya." geram Ipeh menjambak rambut Naomi karna dihina bodoh, memang dia bodoh sieh, jadi tidak seharusnya dia tersinggung.
Naomi yang rambutnya ditarik dengan sangat keras tentu saja mengaduh kesakitan, "Awhhh, rambut gue, lepasin sialan."
Namun sik Ipeh tidak mempedulikan jeritan kesakitan Naomi, dia malah makin bernafsu menarik rambut Naomi.
Naomi yang tidak terima atas perlakuan kasar Ipeh menggapai-gapai, mencoba untuk meraih rambut Ipah untuk membalas.
"Awhhhh." kini giliran sik Ipeh yang mengaduh kesakitan karna Naomi menarik rambutnya tidak kalah ganas, rasanya rambutnya mau lepas dari kulit kepalanya.
Dua gadis remaja itu saling jambak-jambakan, tidak ada satupun dari mereka yang mau mengalah.
"Sakitt, lepasin Ipehh."
"Lo yang lepasin duluan."
"Lo yang duluan, omongan lokan gak bisa dipercaya."
Jadilah sampai waktu yang belum ditentukan dua gadis belia itu masih pada main jambak-jambakan, sampai tante Koni datang menyusul Ipeh yang katanya memanggil Naomi, namun sik Ipeh tidak kunjung kembali bersama Naomi yang dipanggil.
"Astaga naga, apa yang kalian lakukan hah." kagetnya begitu melihat anaknya dan keponakannya pada saling jambak-jambakan, "Heiii kalian berdua, lepasin gak."
Namun kedua gadis itu seolah-olah tidak mendengar, mereka semakin gencar saling tarik menarik satu sama lain, intinya mereka ingin saling menumbangkan.
"Naomi, Ipeh, hentikan." lengking tante Koni menjerit.
Mendengar suara jeritan yang bisa membuat kuping pekak itu barulah Naomi dan Ipeh memisahkan diri, mereka berdua ngos-ngosan dengan rambut megar mirip rambut singa.
"Apa-apaan kalian berdua ini."
"Keponakan mama nieh yang duluan." Ipeh menunjuk Naomi.
"Ehhh, lo jangan main fitnah ya." balas Naomi tidak terima karna sepupunya itu memutarbalikkan fakta, "Lo duluan yang ngejambak rambut gue."
"Lonya yang duluan ngata-ngatain gue bodoh."
"Lokan emang bodoh, ngapain lo tersinggung."
"Ihhh, tuhkan." geram Ipeh mengepalkan tangannya, "Ma, hukum dia ma karna telah berani-beraninya menghina dan menjambak rambut anak mama."
"Tentu saja mama akan menghukumnya karna tangan kotornya itu berani menjambak rambut anak kesayangan mama, tapi untuk saat ini mama tidak bisa melakukannya sayang karna juragan Romli tengah menunggunya diluar, tua bangka itu bisa marah sama mama kalau kita menghukum Naomi, bisa-bisa kita tidak dikasih uang lagi sama juragan Romli."
"Ishhh, memang dasar, buah tidak jatuh dari pohonnya." desis Naomi.
"Apalagi yang kamu tunggu, sana keluar temui juragan Romli, bisa marah sik tau bangka itu nanti kalau kamu kelamaan keluarnya." bentaknya tidak sabaran.
Karna tidak bisa menolak, dan dengan bersungut-sungut Naomi keluar.
"Ehhh, main nyelonong saja."
"Apa sieh maunya sik tante ini, tadi nyuruh keluar, sekarang nahan, sudah tua masih saja plin plan." dumel Naomi tanpa suara.
"Kamu mau keluar dengan rambut singa begitu, ya mbok sisiran atau dandan dikitlah, mau ketemu sama calon suami masak penampilannya urakan, kalau juragan Romli ilfil sama kamu bagaimana, alamat tidak jadi dinikahin kamu, dan kalau itu terjadi, kamu yang rugi."
"Etdahh, mau ketemu sama sik bandot tua saja kagak usah pakai dandan segala, biar saja dia ilfil agar tidak jadi nikahin gue, gue malah bersyukur bukannya rugi." itu jawabnya dihati, jawabnya dibibir adalah, "Udah gini sajalah tante, lagian meski tampilan Naomi berantakan gini tetap cantik dan bersinar." ucapnya memang benar adanya, bagaimanapun penampilannya mau pakai pakaian compang-camping sekalipun Naomi tetap cantik dan unyu.
Dan setelah mengatakan hal itu, Naomi berjalan keluar meninggalkan Ipeh dan tante Koni.
"Ehhh anak ini, dikasih tahu malah gak denger." kesel tante Koni.
Setibanya didepan, om Juki yang tadi duduk menemani juragan Romli langsung berdiri dan pamit undur diri begitu Naomi tiba, "Nah juragan Romli, berhubung keponakan saya sudah datang, silahkan duduk dan ngobrol berdua dulu, saya tinggal dulu."
Juragan Romli mengangguk dan tersenyum lebar memampangkan giginya yang tonggos ke arah Naomi, berharap senyumannya membuat Naomi kepincut.
Boro-boro kepincut, Naomi malah jijik, "Iuhhh, jijik gue."
Naomi duduk, wajahnya jelas bete sejak sik Ipeh mengatakan kalau juragan Romli datang untuk mengapelinya, dan sekarang melihat wajah sik bandot tua tukang kawin itu rasanya membuat Naomi enek.
"Malam adek Naomi." duhhh, juragan Romli menyapa dengan bahasa lembut dan halus, sutra saja kalah saking halusnya.
"Udah tahu kali gue kalau ini malam, lo fikir gue buta." menjawab ketus dengan muka masam, malah dia pakai elo gue lagi, bener-benar tidak sopan sik Naomi pada calon suaminya.
Namun juragan Romli yang cinta buta mendengar apa yang dikatakan Naomi bukannya tersinggung, tapi malah makin melebarkan bibirnya dan memuji, "Adek Naomi cantik sekali."
"Biasa aja kali lo manggilnya, jangan sok-sok'an manggil adek, lo itu pantasnya jadi kakek gue." Naomi bener-bener jijik mendengar juragan genit dan mata keranjang itu memanggilnya dengan panggilan adek, rasanya dia ingin muntah.
Namun sik juragan kaya tidak terpengaruh dengan kejudesan Naomi, ya begitulah kalau sudah cinta, tai kucing sekalipun seperti rasa coklat, meskipun Naomi menjawab setiap kata-katanya dengan judes, tapi bagi juragan Romli suara Naomi seperti suara Taylor Swift yang tengah menyanyikan lagu cinta, merdu dan smiriwing.
"Adek Naomi sudah makan, ini abang bawakan martabak spesial khusus buat adek Naomi, dimakan ya dek."
"Dihhh, katanya kaya, gak modal banget sieh lo jadi cowok, tiap datang bawin martabak mulu, kalau martabak sieh sama gerobaknya juga gue bisa beli sendiri."
"Terus adek Naomi maunya dibawain apa, katakan sama abang, abang pasti akan menuruti keinginan adek asal adek senang."
"Gue mau kalung berlian, seperti yang dikenakan oleh Rose difilm titanic." jawab Naomi asal.
Juragan kaya itu langsung terdiam mendengar permintaan Naomi, bukannya dia tidak sanggup membelikannya, hanya saja berlian terlalu mahal kalau dia belikan untuk seorang gadis yang belum tentu menjadi istrinya, "Begini saja adek, adek nikah dulu ya sama abang, dan setelah adek resmi menjadi istri abang, abang langsung dah tuh belikan adek berlian seperti yang adek inginkan."
"Beliin gue dulu, baru gue nikah sama lo, lo jadi cowok perhitungan banget, katanya kaya, kaya apaan, kaya abal-abal kali."
"Iya adek, pokoknya adek tenang saja ya, abang pasti akan membelikan apa yang adek minta."
"Lo udahkan ngomongnya."
"Ehh."
"Gue mau tidur, ngantuk, besok gue sekolah."
"Ya sudah kalau adek mau tidur, abang pamit ya adek."
Naomi berdiri, bersiap untuk masuk, juragan Romli ikut berdiri.
"Adek tidur yang nyenyak ya, mimpiin abang dalam tidur adek."
"Hoekkk, ogah." batin Naomi masuk meninggalkan juragan Romli tanpa permisi.
"Adekk, abang gak disun dulu nieh agar abang tidurnya nyenyak."
"Najis lo."
Saat Naomi masuk, dia dicegah oleh tante Koni, "Hehh Naomi, serahkan apa yang kamu bawa."
"Tuhhh, ambil." Naomi menyerahkan kotak martabak itu dengan senang hati pada tantenya, lagian juga Naomi tidak mau memakannya, takut dalam makanan itu ada guna-gunanya.
"Lain kali kalau juragan Romli datang lagi, suruh bawa pizza, pasta, steak, jangan yang dibawa martabak mulu, diakan kaya, masak setiap datang dia bawanya makanan murah begini."
"Dih tapi tante doyankan."
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 95 Episodes
Comments