You Are My Destiny
Hoammmm
Gadis cantik nan imut itu menguap dengan bibir terbuka lebar tanpa berusaha untuk menutup mulutnya, ini sudah ke ke 7 kalinya, eh salah ke 8 kalinya, atau mungkin yang ke 9 kalinya, terserah deh, yang jelas gadis cantik bernama lengkap Naomi Larasati itu sudah menguap berkali-kali, dia tidak bersusah-susah menutup bibirnya alias tidak berusaha untuk menjaga imej, hal ini sengaja dia lakukan supaya laki-laki yang kini ada dihadapannya mengerti kalau dia bosan dengan apa yang tengah diocehkan sejak tadi oleh sik laki-laki, dan dengan begitu Naomi berharap laki-laki yang dikenalnya bernama Sudirman bin suderajat itu menghentikan bibirnya yang sejak ngoceh karna Naomi sama sekali tidak paham dengan apa yang di omongkan oleh sik Sudirman.
Sekilas tentang Naomi, nama lengkapnya adalah Naomi Larasati, dia bersekeloh disalah satu SMA elit di Jakarta yaitu SMA PERTIWI dan saat ini duduk dibangku kelas XII, gadis cantik berparas imut yang saat ini menginjak usia ke 17 tahun itu terobsesi untuk mencari laki-laki yang mau menikahinya begitu dia lulus SMA, tipe laki-laki yang dia inginkan adalah, tidak perlu tampan, dan jangan yang jelek juga, ya sedang-sedanglah, punya pekerjaan tetap dan pastinya mapan dari segi materi dan yang paling penting adalah siap menikahinya begitu dia lulus sekolah menengah pertama.
Dilihat dari umur, Naomi masih tergolong kecil dan belum waktunya untuk menikah, dia seharusnya menikmati masa mudanya, tapi kok dia kelihatan ngebet untuk menikah, dia memang ngebet untuk nikah, tapi bukan karna ngebet ingin merasakan surga dunia, dia ngebet mencari calon suami, karna begitu lulus sekolah, om dan tantenya berniat menikahkannya dengan juragan beras kaya raya dan juragan itu bersedia memberikan banyak uang kepada om dan tantenya sebagai mahar disaat pernikahannya nanti, menurut om dan tantenya, cara itu adalah sebagai balas jasa Naomi kepada mereka karna sejak kecil mereka telah merawat Naomi hingga dewasa begini, karna kebetulan Naomi adalah gadis yatim piatu, orang tuanya meninggal saat Naomi baru duduk dibangku kelas 2 SD.
Kalau orang yang akan dinikahkan dengannya memiliki tampang oke dan berkpribadian baik tentunya Naomi tidak akan menolak, nah ini, sudah tua, perut buncit, istrinya 4 lagi dengan jumlah anak 12, siapa yang mau kalau laki-lakinya seperti itu, bahkan Naomi yakin, sapi perawanpun tidak akan mau sama Juragan beras tukang kawin itu.
Dan kembali ke restoran, tempat Naomi bertemu dengan kencan butanya dengan laki-laki bernama Sudirman.
Meskipun sudah menguap berkali-kali untuk memberi sinyal kalau dia sudah bosan mendengar ocehan sik Sudirman, tapi entah tidak mengerti beneran atau memang pura-pura tidak mengerti sehingga sik Sudirman bukannya menghentikan ocehannya, dia malah menggebu-gebu menceritakan tentang tehnologi yang merupakan bidang pekerjaan yang dia geluti, dan sedikitpun Naomi tidak mengerti dengan apa yang sejak tadi diocehkan oleh Sudirman.
"Ya Allah ya Robbi, mahluk apa sieh yang ada dihadapanku ini, tidak punya kepekaan sama sekali." Naomi hanya menyuarakan kejengkelannya dalam hati.
Naomi jadi tidak berselera menyantap hidangan lezat yang kini ada dihadapannya, dia hanya makan sedikit dan langsung kekenyangan karna repetan Sudirman yang tidak henti-henti saat baru tiba sampai sekarang, Tehnologi itu beginilah, tehnologi itu begitulah, difikirnya Naomi peduli apa.
"Setan memang kutil dua itu, nyariin gue calon suami gak ada yang bener, kalau tidak membosankan kayak gini, ya ketuanlah, rambutnya pada rontoklah, giginya tonggoslah, gayanya kemayulah, minggu depan entah apa lagi yang bakalan gue temui, mungkin giginya yang pada rontok."
Tiap malam minggu Naomi melakukan kencan buta yang diatur oleh sahabatnya yaitu Cepi dan Choki, dan ini adalah laki-laki ke lima belas yang menjadi kencan buta Naomi, dari kelima belas laki-laki yang ditemui termasuk yang saat ini masih merepet dihadapannya, satupun tidak ada yang cocok, ada sieh yang cocok satu, wajahnya lumayan dengan penghasilan mencukupi, sayangnya laki-laki itu belum siap untuk menikah dalam waktu dekat, yah, jadinya Naomi memutuskan untuk tidak melanjutkan hubungannya dengan laki-laki tersebut daripada buang-buang waktu, karna fokusnya saat ini adalah mencari suami, bukan cari pacar.
"Gue ke toilet dulu." potong Naomi tanpa sopan santun saat Sudirman dengan mengebu-gebunya menjelaskan tentang ini itu.
Tanpa menunggu jawaban dari Sudirman, Naomi langsung berdiri dan meninggalkan Sudirman yang telat menjawab.
"Ohhh, oke." jawabnya sambil menatap punggung Naomi yang berjalan menjauh.
****
Jarak beberapa meter dari meja yang ditempati oleh Naomi dan sik Sudirman, duduk sepasang kekasih yang dilihat secara kasat mata terlihat sempurna, yang laki-laki tampan dan yang perempuan cantik, mereka tampak serasi dan membuat orang yang melihatnya iri.
Mereka terlihat begitu mesra dengan tangan saling bertaut satu sama lain diatas meja.
Sik laki-laki mendekatkan tangan sik wanita yang ada digenggamannya ke bibirnya, pandangan matanya sarat akan cinta, laki-laki itu adalah Erlando Whisnutama, seorang pengusaha sukses dikota ini.
"Aku sudah tidak sabar menunggu hari pernikahan kita sayang."
"Aku juga mas, aku sangat menantikan hari bahagia itu, dimana aku menggandeng lenganmu dipelaminan dan resmi menjadi nyonya Whisnutama." lisan gadis yang merupakan kekasih Erland bernama Isabella Aurora atau yang akrab dipanggil Bella.
"Kamu pasti akan sangat cantik dalam balutan gaun pengantin yang telah kita pesan, dan aku akan menjadi laki-laki paling beruntung di dunia ini karna bisa menikahi gadis secantik kamu."
Iya, dua pasang kekasi itu memang merencanakan pernikahan dalam waktu dekat, bahkan persiapan pernikahan telah mencapi 85 %.
"Aku juga tentu sangat beruntung menikahi laki-laki yang menjadi incaran banyak wanita dikota ini, lihat saja ke sekelilingmu mas, sejak kita memasuki restoran ini, mata gadis-gadis disini langsung tidak berkedip menatapmu, aku jadi cemburu."
Erland terkekeh, "Meskipun banyak yang melihatku, tapi aku hanya melihat kamu sayang." kembali Erland mengarah tangan putih mulus kekasihnya ke bibirnya, "Jadi, kamu jangan cemburu, karna aku tidak akan berpaling darimu."
Bella tersenyum lebar, dia sama sekali tidak meragukan kata-kata kekasihnya itu Erland memang laki-laki setia yang sangat sulit jatuh cinta.
Mereka terlihat benar-benar bahagia dan saling mencintai seolah-olah dunia adalah milik mereka berdua yang lain hanya nebeng.
***
Di toilet, Naomi merutuk didepan cermin panjang yang ada didepannya.
"Uhhhh, bener-bener kesel gue, guekan kesini niatnya mau cari calon suami, bukannya mau mendengar kuliah umum yang disampaikan oleh sik Sukijat itu, eh salah, sik Sukirman, ehh sepertinya namanya bukan Sukirman deh, Sudirman, ah terserahlah siapapun namanya gue gak peduli. Percuma kan gue dandan habis-habisan begini kalau hanya ketemu sama komputer rusak begitu."
Naomi memang dasarnya sudah cantik, ditambah sedikit polesan make up diwajahnya membuatnya semakin cantik dan bersinar, ditambah dengan gaun cantik yang membalut tubuhnya dan highils yang terpasang di kakinya membuatnya semakin memukau, yahh meskipun gaun dan sepatu itu bukan miliknya sieh karna itu milik Cepi sahabatnya.
Cepi, gadis itu bertubuh bulat dan agak berisi, tapi entah kenapa, dia suka sekali mengoleksi gaun-gaun imut dan sepatu-sepatu hak tinggi, padahal gaun-gaun itu hanya menjadi pajangan doank dilemarinya, atau kadang dipinjam sama Naomi saat dirinya tengah kencan buta, seperti yang saat ini dia lalukan.
"Bete gue, itu juga sik kutil dua itu, bener-bener ya mereka itu gak bisa diandelin, gak pernah bener nyariin calon buat gue, gak ikhlas banget sieh mereka membantu sahabat mereka ini."
Setelah puas memuntahkan kekesalannya didepan cermin, Naomi akhirnya memutuskan keluar dari toilet, tentu saja dia tidak akan kembali ke dalam, dia berniat untuk pulang meninggalkan Sudirman, masa bodolah sama sik Sudirman, Naomi tidak peduli, daripada dia mati bosan mendengar ocehan sik Sudirman yang tidak ada habis-habisnya seperti jalan tol.
Naomi berjalan terburu-buru tanpa memperhatikan langkahnya, dan tiba-tiba
Brukk
Naomi menabrak sebidang dada kokoh yang membuatnya terjengkang kebelakang dengan bokong lebih dulu mencium lantai.
"Aduhhh, bokong gue." Naomi mengaduh kesakitan sembari memegang bokongnya, dia jatuh cukup keras, jadi wajar kalau dia kesakitan.
"Astaga." orang yang ditabrak oleh Naomi merasa bersalah, apalagi melihat Naomi mengaduh kesakitan begitu.
Laki-laki yang menabrak Naomi yang tidak lain adalah Erland tentu saja mengulurkan tangannya untuk membantu, "Maafkan saya dek." dalam hal ini sebenarnya Erland tidak salah, Naomi yang jalannya tidak lihat-lihat, meskipun begitu, Erland tetap merasa bersalah dan meminta maaf.
Naomi menatap telapak tangan besar yang kini ada didepan matanya, dan perlahan dia mendongak menatap pemilik tangan tersebut, matanya bersitatap dengan mata coklat tua milik Erland yang menatapnya lembut karna merasa bersalah sampai membuat anak gadis orang sampai terjatuh, Erland berharap gadis itu tidak apa-apa dan tidak perlu sampai dibawa ke rumah sakit.
Naomi bukannya menyambut uluran tangan Erland, dia malah marah-marah dan menyalahkan Erland, "Heh om, kalau jalan lihat-lihat donk, sampai jatuh ginikan gue, kalau gue kenapa-napa gimana, om mau tanggung jawab."
Meskipun merasa bersalah, tapi mendengar dirinya disalahkan apalagi sik gadis berteriak-teriak begitu tentu saja membuat Erland tidak terima, karna memang pada dasarnya dia tidak bersalah, oleh karna itu, Erland menarik kembali tangannya, "Sudah bagus aku minta maaf duluan meskipun aku gak salah, ehh kamu malah menyalahkan aku seenaknya." balas Erland.
Naomi berusaha untuk berdiri, kakinya sedikit sakit, "Apa om bilang, aku yang salah, jelas-jelas om yang salah, dihhh mentang-mentang tua, merasa benar lagi." Naomi malah semakin nyolot.
Erland yang baru berumur 28 tahun itu tidak terima dipanggil om, apalagi sampai dibilang tua oleh gadis ingusan yang tidak tahu sopan santun yang kini ada dihadapannya, "Heh bocah, jaga mulut kamu ya, aku tidak setua itu ya sampai kamu panggil om."
Naomi mendengus, "Emang om ganteng sieh, tapi jangan menolak tua juga kali om, tuh garis kerutan dibawah kelopak mata om sudah terlihat jelas, makanya om, kalau tahu sudah tua begini pakai krim anti aging untuk mencegah penuaan dini."
Waduh, mereka jadi berantem gini, pakai bawa krim anti aging segala lagi.
"Ya Tuhan bocah ini, bikin aku emosi saja, sabar Erland, sabar, anak ini masih kecil, suka ceplas-ceplos tidak tahu apa yang dia ucapkan, jadi kamu yang sudah dewasa ngalah." Erland berusaha untuk memperingatkan dirinya supaya emosinya tidak terpancing.
"Kalau kamu sudah selesai ngocehnya gadis kecil, tolong kasih jalan karna aku mau ke toilet." yah, pada akhirnya Erland lebih memilih untuk mengalah daripada meladeni repetan gadis kecil yang menurutnya tidak penting.
"Dihhh, dasar om-om tidak bertanggung jawab, sudah nabrak, main pergi aja."
"Apa sieh maunya bocah ini." desah Erland mulai kesal.
"Terus kamu mau saya itu ngapain." ujarnya mulai gregetan.
"Ya…."
"Naomiii."
Naomi menggantung kata-katanya demi mendengar suara yang dikenalnya memanggil namanya.
"Sialan, itu Sudirman." tanpa basa-basi lagi, Naomi langsung kabur.
Erland menggeleng melihat kelakuan gadis kecil yang menabraknya, bukannya minta maaf, malah gadis itu balik menyalahkannya, "Dasar bocah ingusan." gumamnya melanjutkan perjalanan ke toilet.
****
"Lho mas, kenapa wajah kamu bete gitu." tanya Bela saat melihat wajah tunangannya itu terlihat masam begitu kembali dari toilet dan kembali ke meja mereka.
"Aku kesel sayang, masak ada bocah yang nabrak aku, dan aku berniat membantunya, ehh malah dia menyalahkan aku." curhat Erland, "Dia manggil aku om lagi, bener-bener tidak sopan."
Mendengar cerita Erland Bela malah terkekeh geli.
Erland yang melihat sang tunangan mentertawakannya merasa tersinggung, "Kenapa kamu malah tertawa, emang kamu fikir lucu kalau aku dipanggil om."
"Mas mas, kamu itu ya." Bella menggeleng, "Laki-laki dewasa seperti kamu ini masih saja meladeni hal sepele seperti itu, malah pakai bete segala lagi, kamu persis seperti ABG labil tahu."
"Siapa yang tidak kesel coba dipanggil om, malah bocah itu nyolot lagi tidak mengaku kalau dirinya yang salah."
Bella mengelus punggung tangan Erland yang tergeletak dimeja, "Sudahlah mas, jangan bete hanya masalah sepele begitu, lebih baik kita pulang saja yuk." ajak Bella dengan suara lembutnya.
Dan suara lembut Bella memang sejak dulu selalu mampu menenangkan Erland, buktinya Erland yang tadinya bete kini mampu tersenyum.
****
Choki menghentikan motornya tepat didepan gerbang rumah tante dan omnya Naomi, begitu motor berhenti sempurna, Choki menekan klakson untuk memberitahu Naomi kalau dia sudah sampai didepan rumah, namun yang keluar bukan Naomi tapi tante Koni tantenya Naomi, tante jahat yang berniat menjual keponakannya pada juragan beras tukang kawin.
"Pagi tan." sapa Choki pura-pura ramah, padahal mah aslinya, dia benci banget sama tantenya Naomi itu.
"Saya tahu ini pagi, kamu fikir mata saya rabun apa." jawab tante Koni judes.
"Idihhh, nyesel gue nyapa." desis Choki dalam hati, "Besok-besok gue bawain kuah sop basi dari rumah gue dan gue lemparin ke wajahnya yang mirip kuda." itu niat jahat Choki.
"Kamu mau nyari Naomikan." tanya tante Konu karna dia sudah sering melihat Choki wara-wiri tiap hari mengantar jemput Naomi.
"Iya tan."
Tante Koni dan om Juki memiliki anak perempuan yang seumuran dengan Naomi yang bernama Saripah Aeni yang biasa dipanggil Ipeh, dan mereka sekolah di SMA yang sama pula yaitu SMA PERTIWI, Ipeh yang membawa motor meskipun mereka sekolah ditempat yang sama tidak pernah mau mengajak Naomi ikut bersama, Naomi juga ogah deket-deket dengan sepupunya itu, takut ketularan penyakit iri dan dengki katanya.
"Kamu pacarnya Naomi." tanya tante Koni curiga karna tiap hari melihat Choki mengantar jemput keponakannya, jadi wajarlah dia memiliki pemikiran seperti itu.
Choki buru-buru membantah, "Ohhh tentu saja bukan tante, saya ini adalah sahabatnya Naomi, meskipun Naomi cantik, tapi tipe saya adalah wanita yang lemah lembut dan keibuan, bukan wanita galak dan bar-bar seperti Naomi."
"Baguslah kalau begitu, karna anak itu sudah saya jodohkan dengan orang yang kaya raya dan begitu dia lulus langsungkan akan saya kawinkan."
"Aduh, jahat banget ini tante, tega banget menjual keponakannya sama bandot tua." prihatin Choki dalam hati melihat nasib sahabatnya, tidak heranlah dia kalau Naomi benar-benar gencar menekannya dan Cepi untuk mencarikannya calon suami supaya tidak sampai menikah dengan Juragan Romli.
Dan berbarengan dengan itu, Naomi terlihat keluar dan berjalan menghampiri Choki, tante Koni langsung pergi meninggalkan Choki begitu melihat kedatangan Naomi.
Saat berpapasan, tante Koni berpesan pada Naomi, "Inget ya Nom, begitu sekolah usai, kamu harus langsung pulang, jangan keluyuran, banyak kerjaan tuh menumpuk untuk kamu kerjakan, potong rumput, ngepel, nyetrika, nyuci, bla bla." kalau diabsen satu persatu tidak akan habis-habis saking banyaknya pekerjan yang harus Naomi kerjakan, dia sudah seperti pembantu gratis saja, seharusnya sieh itu sudah lebih dari cukup untuk membalas jasa tante Koni dan om Juki yang mau menampung dan membesarkan Naomi, toh Naomi tinggal disana juga tidak gratis, tapi memang dasar maruk mereka, hanya karna uang mereka berniat menikahkan Naomi dengan juragan kaya raya, lebih tepatnya sieh akan menjual Naomi.
"Kenapa tidak sekalian juga gue disuruh nyangkul aspal, nguras air laut." tambah Naomi dalam hati.
Setelah menyampaikan pesan tersebut, tante Koni kembali melanjutkan langkahnya, begitu juga dengan Naomi yang menghampiri Choki.
Begitu tiba dihadapan Choki, tanpa basa-basi, Naomi langsung menggeplak kepala sahabatnya, hal tersebut membuat Choki yang masih duduk dimotornya agak oleng, untungnya dia masih bisa menjaga keseimbangan tubuhnya sehingga dia dan motornya tidak sampai jatuh.
"Apaan sieh lo, datang-datang main tangan saja." omelnya.
"Lonya yang apaan, nyariin teman kencan buat gue gak ada yang benar, lo mau lihat gue nikah sama bandot tua itu hah."
"Astagaa, kenapa lo malah nyalahin gue, salahin sana biro jodohnya, guekan sudah merequest detail cowok yang lo inginkan, kalau yang datang mahluk dari dunia lain ya itu sieh derita lo ya Nom."
"Ihhh menyebalkan sekali." Naomi mendengus kesal mendengar jawaban sahabatnya, "Pokoknya, gue gak mau tahu, minggu depan lo harus nyari cowok yang agak layak sebagai kencan buta gue, awas saja kalau yang datang mahluk purba lagi."
"Iya iya, masalah itu ntar gue dan Cepi yang fikirin, lo terima beres deh, sekarang lebih baik kita cus kesekolah, lo lihat nieh sudah jam berapa." Choki memperlihatkan jarum jam yang tertera pada arloji ditangannya.
"Astaga." kaget Naomi, karna keasyikan memarahi Choki dia jadi lupa waktu, kalau telat bisa kena hukum mereka.
"Minggir Chok." perintah Naomi karna dalam keadaan genting begini dia yang selalu membawa motor supaya bisa tiba disekolah tepat waktu.
Choki nurut, dia turun dan membiarkan Naomi yang memegang kendali, karna disaat waktu sudah mepet begini, Naomi paling bisa diandalkan.
****
"Anjirrr." heboh Choki melihat pak Salim akan menutup gerbang, "Gerbang mau ditutup tuh Nom, buruan cepatan."
"Iya gue lihat bawel." ketus Naomi menaikkan angka kecepatan.
"Pakkk." teriak Choki melengking, "Jangan tutup gerbangnya dulu."
Namun pak Salim yang terkenal disiplin dan tidak pernah menolerir yang namanya sebuah keterlambatan mana peduli dengan permintaan Choki.
Tiga detik, dua detik, satu detik dan gerbangpun tertutup sempurn dari dalam bertepatan dengan suara prank yang cukup berisik, itu adalah bunyi tabrakan antara motor milik Choki dan gerbang yang terbuat dari besi yang menimbulkan suara yang cukup heboh.
Otomatis dua mahluk itu mengaduh kesakitan karna tabrakan itu.
"Aduhhh, bokong gue Nom." Choki mengaduh sembari memegang bokongnya yang terasa nyeri.
Tapi gak ada yang terluka, palingan hanya lecet sedikit doank, jadinya setelah mengaduh selama kurang lebih dua detik, baik Naomi dan Choki kembali berdiri, mereka berdua sieh memang tidak apa-apa, sudah kebal mereka dengan yang namanya jatuh, tapi motor Choki yang sekarat.
"Astagaa Nom, lihat motor gue, ringsek, mana lampu depannya pecah lagi." Choki ngeri melihat kerusakan motornya akibat tabrakan barusan.
"Duhh lo itu ya Chok, jangan fikirin motor dulu, fikirin dulu bagaimana caranya masuk."
"Gimana gak difikirin, ini sudah kelima kalinya lo bawa motor gue nabrak kayak gini, lo lihat nieh kondisinya, parah gila, untung motor gue tahan banting."
"Masalah itu gampang, ntar kita bawa ke bengkel langganan kita elahhh, gitu aja lo heboh kayak emak-emak alay."
Choki hanya mendengus mendengar jawaban sahabatnya itu.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 95 Episodes
Comments