"Bagai mana? Apa dia mau menemui ku?" Tanya seorang laki-laki memakai dengan tubuh penuh tato.
"Apa Anda benar-benar ingin bertemu dengan Penguasa kami?" Tanya seorang pria lain yang lebih muda, dengan pakaian serba hitam.
"Tentu saja, aku ingin menjalin kerjasama dengan sang penguasa," jawabnya dengan antusias.
White Wolf, organisasi mafia terbesar yang sangat ditakuti. Organisasi ini hanyalah sebuah perkumpulan kecil pada awalnya, tetapi kebengisan mereka membuat mereka bisa mengambil alih wilayah-wilayah organisasi lain. Menyatukan wilayah itu dibawah kekuasaan orang yang disebut sang penguasa.
Tidak ada yang tahu jelas bagaimana rupa Pria itu, ada yang bilang dia" memiliki wajah yang mengerikan dengan banyak bekas luka di tubuhnya. Tua atau muda, tak ada yang bisa menembak. Pria itu juga terkenal suka menjadikan wanita sebagai budak pemuas nafsu, menyiksa mereka hingga tak bernyawa.
Pria muda bernama Alex itu tersenyum, sedikit menggeser posisi duduknya agar bisa bersandar.
"Ada kabar baik bagi Anda, Tuan kami menerima permintaan Anda untuk bertemu dengannya. Jika Anda mau, Anda bisa ikut saya malam ini juga," ujar pria yang lebih muda.
"Mau tentu saja saya mau!" serunya dengan penuh semangat.
"Baiklah Tuan William, anak buah saya akan menjemput Anda alam ini."
"Baik, saya akan menunggu."
Pria penuh tatto itu menjabat tangan Alex, meninggalkan ruangan itu dengan penuh semangat. Hal yang terlihat lucu bagi Alex, satu hal yang pasti. Jika kau ingin bertemu dengan sang penguasa, maka kau harus siap dengan segala konsekuensinya, termasuk kehilangan nyawamu.
Malam telah datang, Wiliam sudah siap memakai baju kebesarannya dengan sempurna. Dengan bangga pria tua itu melangkah keluar dari mansionnya, tetapi langkah William terhenti karena sang putri.
"Daddy!" Teriak seorang gadis berusia lima tahun.
"Diana! ada apa Sayang? Tanya William, saat gadis cantik itu sudah ada dalam pelukannya.
"Daddy mau kemana? diana boleh ikut?"
"Maaf sayang daddy tidak bisa mengajakmu kali ini," ucap William sambil mengusap kepala putrinya dengan penuh sayang.
"Daddy jahat!" Pekiknya sambil berlari masuk, William hanya menatap lucu pada punggung anaknya yang merajuk.
Wiliam tidak punya waktu untuk membujuk Diana, ada sesuatu yang lebih penting yang harus ia kerjakan. Menemui seorang, yang tidak sembarang orang bisa ketemu dengannya.
Mobil hitam mewah melaju kencang, membawa william ke sebuah bangunan besar yang biasa untuk orang bersantai, dengan begitu banyak penjaga untuk menjaga satu orang. Bukan karena orang itu lemah, tapi karna terlalu banyak orang yang ingin bertemu dengannya.
Mobil berhenti tepat di depan pintu masuk, Willian membenarkan jas yang ia kenakan, turun dari mobil dengan dada membusung bangga. Dari sekian banyak orang, penguasa itu milih untuk bertemu dengannya, ini adalah sebuah kebanggaan tersendiri bagi Wiliam.
Salah satu pria berjas hitam, menghentikan langkah Wiliam. Tanpa permisi, ia mengeledah badan pria paruh baya itu. Wiliam pun pasrah, demi bisa bertemu dengan laki-laki itu. Setelah dirasa aman, Wiliam diperbolehkan masuk.
Ia diarahkan ke sebuah kolam air panas, tempat dimana Adam sedang bersantai bersama dua anak buahnya. Setelah mengganti pakaiannya dengan handuk kecil yang hanya menutupi area terlarang. Wiliam masuk ke area kolam.
Ia tertegun saat melihat seorang laki-laki muda, menyandarkan kepalanya di tepian kolam dengan mata terpejam. Dua orang laki-laki e lebih tua darinya, menatap tajam pada Wiliam. Bisa dilihat kalau mereka adalah pengawal dari pemuda itu.
"Kenapa Anda hanya berdiri di sana Tuan Wiliam."
Wiliam tersingkap mendengar ucapan pria itu, terdengar begitu dingin dan menekan. Padahal dia tidak mengucap sesuatu yang berarti, tapi itu cukup membuat atmosfer di ruang itu terasa dingin mencekam.
Adam membuka mata, dia iris berwarna coklat terang itu terbuka, menatap tajam pada Wiliam yang masih mematung.
"Apa Anda mendadak bisu?"
Wiliam tersingkap, ia kemudian tersenyum. " Tidak, saya hanya terkejut melihat Anda Tuan."
Adam tersenyum miring, ia kembali memejamkan mata, menikmati hangatnya air yang merendam tubuh kekar pria itu. Dengan ragu, Wiliam memasukan satu persatu kakinya kedalam kolam.
"Apa yang membuat Anda begitu bersikeras ingin bertemu saya?" Tanya Adam basa-basi.
"Jadi Anda benar sang Penguasa itu, Tuan?" Wiliam balik bertanya dengan wajah penuh harap.
"Aku sudah berada di depan matamu, tapi kau masih meragukan ku?" Mata Adam terbuka, ia bicara dengan nada penuh penekanan.
Membuat nyali Wiliam tiba-tiba menciut, ia tidak menyangka orang semuda laki-laki itu bisa memiliki aura yang begitu mengerikan.
"Bu-bukan begitu Tuan, saya hanya tidak menyangka jika Sang penguasa semuda ini," sahut Wiliam dengan terbata.
"Hem, ....kau pikir aku tua bangka yang sudah bau tanah!"
Wiliam terdiam, memang itu yang ada dipikirannya. Bagaimana pria itu bisa tau? Apa dia memiliki ilmu kebatinan yang bisa membaca pikiran orang lain. Sungguh pria yang menakutkan.
"Jangan banyak bicara lagi, katakan apa tujuanmu menemui ku?" Tak ada lagi tata krama untuk bicara pada orang seperti Wiliam.
Bagi Adam tak ada bedanya tua ataupun muda, orang yang datang padanya hanya untuk manfaat kekuasan yang ia miliki saja, seperti semut yang datang pada gula.
"Saya ingin berbisnis dengan baik di bagian Utara Tuan," jawab Wiliam dengan tegas, ia menatap Adam dengan serius.
"Utara? Bukannya kau selama ini baik-baik saja di barat. Kau bahkan memiliki sebagian besar kasino di sana."
Wiliam mengalihkan pandangannya ke samping, menghindari tatapan Adam, sambil memikirkan alasan yang tepat untuk menjawab pertanyaan sang penguasa itu.
"Em ... Saya ingin mengajak Gustavo berkerja sama dengan saya, tapi dia selalu menolak. Saya hanya ingin daerah utara lebih berjaya dengan mendirikan beberapa kasino dan klub malam di sana."
"Jadi?"
"Jadi saya ingin meminta bantuan Tuan untuk bicara dengan Gustavo, saya dengar Anda sudah menjadikan putri angkatnya sebagai selir."
Tatapan mata Adam menajam. Wiliam buru-buru menundukkan kepalanya, ia baru saja melewati batasannya.
"Kau tau ada seseorang yang duduk bersama ku di kolam ini, dia tepat duduk di tempat yang sama dengan mu," Adam menjeda ucapnya.
Muka Wiliam memucat, tubuhnya terasa mengigil dihangatnya air kolam. Air kolam beriak, saat dua orang pengawal Adam bergerak mendekati Wiliam.
"Dia mengeluh wilayahnya terlalu sempit, dan meminta wilayah lebih banyak, kau tau apa yang aku lakukan pada pria itu Wiliam Franciscus?"
"Ti-dak Tuan," jawab Wiliam dengan terbata, rasa takut mulai menyelimuti dirinya. Apalagi melihat dua orang pengawal Adam yang menyeringai padanya.
"Aku memberikan dia tempat yang luas tanpa batas." Adam sedikit menekuk kepala, melihat kedua pengawalnya sudah bertindak.
Salah satu dari mereka menancapkan pisau di perut Wiliam, dan satunya lagi memegangi tangannya. Wiliam meronta, ia masih cukup kuat untuk melawan hingga orang yang memegang tangannya jatuh tersungkur.
"Menarik, " gumam Adam.
Pria itu memutuskan untuk ikut bersenang-senang. Adam memegangi kepala Wiliam, membenturkan dengan keningnya. Adam merampas pisau dari anak buahnya, menancapkan benda itu langsung menembus tengkorak pria paruh baya itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 38 Episodes
Comments
Isna Maria Prianti
kenapa dia sekejam itu ?
2024-04-03
0
floren yanti
sekejam itukah dia ????
2023-06-27
1
Bzaa
aihhhhhhh sadisny...
2023-03-02
1