"Kenapa kau diam? Oh ... Aku lupa, kau bisu. Hahahaha." Anne tertawa terbahak-bahak.
"Seorang penguasa menikahi wanita ja**ng bisu, lelucon apa ini?!"
Anne tertawa terbahak-bahak, meski hatinya terasa tercabik. Sesungguhnya ia tidak menertawakan Laras yang sedang menunduk sedih, dia menertawakan dirinya sendiri. Bahkan seorang wanita bisu seperti Laras bisa menghangatkan ranjang Adan sedangkan Anne, Adam sama sekali tidak pernah menyentuhnya.
Tidak apa-apa, kau sudah biasa dengan ini kan Laras. Menjadi bahan cemoohan sedari kau kecil, bertahanlah. Semua akan baik-baik saja, kau cukup diam seperti biasa.
Laras mencoba untuk menguatkan dirinya sendiri, sama seperti biasanya.
Puas tertawa, Anne menguap, menepuk-nepuk pelan mulutnya yang terbuka.
"Hah ... Bosan, orang bisu tidak akan bisa menangis karena sakit. Buat dia duduk berdiri diluar, aku ingin istirahat." Anne meninggalkan ruangan mewah itu, menaik tangga untuk sampai ke kamarnya.
Dua pelayan Anne, menyeret tubuh Laras yang lemah hingga keluar ruangan. Kim bukan tidak ingin menolong, tapi dia tidak bisa. Jika dia membantu Laras sekarang, sang Nyonya akan lebih murka dan melakukan sesuatu yang lebih buruk pada Laras. Kim tau benar bagaimana perangai Anne.
Mata Laras mulai memanas, dengan sekuat tenaga ia mencoba untuk menahan diri agar tidak menangis.
Tempat ini seperti neraka! teriak Laras dalam hati.
Di depan pintu bangunan megah itu, Laras tegak berdiri. Matahari yang mulai meninggi, membuat Laras merasakan panas yang membakar kulitnya, hingga keringat membanjiri tubuh pucat Laras. Kim hanya bisa menjaga Laras dari kejauhan.
Malam telah tiba, selimut hitam terbentang luas berhiaskan bintang, cantik, sangat cantik. Andai saja tubuh Laras tidak seperti sekarang, ia pasti akan menikmati indahnya malam ini.
Laras merasa sangat lelah, lututnya gemetar. Berkali-kali ia hampir jatuh, tetapi Laras mencoba untuk tetap tegak. Meski dengan terhuyung. Laras sempat ingin bersandar pada tembok, tetapi para pelayan Anne segera datang dan kembali menegakkan tubuhnya. Malam semakin larut, udara dingin mulai menusuk tulang wanita itu, tangan pucatnya mendekap tubuhnya sendiri.
Deru suara helikopter terdengar sayup di telinga Laras, wanita itu tidak terlalu perduli, ia terlalu lelah. Derap langkah kaki melangkahkan cepat menghampiri Laras.
"Adam, kau sudah kembali," sambut Anne yang langsung keluar dari kediamannya, begitu mendengar suara helikopter.
Anne meraih tangan Adam, menggelayut manja dilengan yang terbalut kemeja hitam. Langkah Adam terhenti disamping Laras, matanya melirik sekilas pada wanita itu. Laras menunduk, raganya terlalu penat untuk perduli apa yang terjadi di sekitarnya.
"Kenapa dia ada di sini?"
Anne melepaskan tangannya, berdiri berhadapan dengan sang suami.
"Aku hanya mengajarinya sedikit tata krama," jawab Anne santai, ia melipat tangannya dengan bibirnya yang mengerucut.
"Tata krama? Jadi kau punya tata krama yang bagus hem. Jadi bagaimana dia membuatmu marah?"
Anne tersenyum senang, merasa menang karena Adam terdengar berpihak padanya. Tentu saja, Anne adalah istri sah pertamanya. Sedangkan gadis itu hanya gundik yang di nikahi Adam, sebagai pemuas saja.
"Dia sangat tidak sopan, aku mengundangnya untuk datang ke tempatku pagi hari, tapi dia malah datang saat matahari sudah meninggi. Dia sama sekali tidak menghormati aku sebagai Nyonya di rumah ini," tutur Anne panjang lebar.
"Ada lagi?" Mata Adam terus saja melirik pada Laras. Anne yang menyadari itu merasa kesal.
"Selain itu dia juga bisu," ketus Anne.
"Si Tua Gustavo itu tahukan kalau anaknya ini bisu, berani-beraninya dia menyembunyikan kebenaran dan menipumu seperti ini!"
"Aku tahu."
Mata Anne melebar, ia menatap suaminya dengan tak percaya.
"Kau tahu dan kau tetap menikahinya, bagaimana bisa wanita bisu seperti dia jadi selirmu. Ceraikan dia, kirim dia kembali ke utara!"
Adam melemparkan tatapan tajam pada Anne, sebuah tatapan yang mampu membuat siapa saja ketakutan. Adam memang tidak mencintainya, tetapi dia belum pernah memberikan tatapan itu pada Anne.
"A-Adam," panggil Anne dengan tergagap.
Adam melingkarkan jemari kekarnya di leher jenjang Anne, membuat wanita blasteran Asia-spayol itu kesakitan.
"Kau mau ikut campur urusan pribadi ku Ann," ujar Adam dengan dingin.
"Ak-aku ti-dak ber- maksud seper-ti itu," Anne berkata dengan terbata, nafasnya tercekat.
"Bagus." Adam melepaskan leher Anne yang sudah memerah.
Wanita berambut coklat itu memegangi lehernya, meraup oksigen sebanyak-banyaknya. Adan melangkah mendekati Laras, wanita itu sedikit mendongak memperhatikan siapa yang ada dihadapannya dengan mata yang sudah berkabut.
Adam mengeraskan rahangnya, melihat tubuh Laras yang gemetaran, wanita itu bahkan tidak kuat untuk mengangkat tangan untuk meraih tangan Adam yang terulur padanya. Adam mengangkat tubuh Laras yang sudah lemas itu dalam gendongannya.
"Kau begitu berani menganggu mainanku."
Tangan Anne mengepal kuat, ia menunduk menyembunyikan mata yang menyorotkan kemarahan. Adam melangkah meninggalkan istri pertamanya yang tenggelam dalam kecemburuan.
"Anne." Adam menghentikan langkahnya.
"Ya," sahut Anne pada pria dingin yang memunggunginya itu.
"Ini bukan pertama kalinya kau melakukan hal ini, tapi ini yang terakhir. Jika Dia sampai terluka lagi karena mu, kau akan tau akibatnya," Adam bertutur dengan datar. Namun, hal itu cukup membuat Anne merasa takut.
"Ba-baik." Tangan Anne mengepal semakin kuat hingga buku-buku tangannya memutih, kuku yang baru tadi pagi selesai ia medicure menancap melukai telapak tangannya.
Mata Anne terus menatap punggung Adam dengan penuh kemarahan. Api cemburu berkobar, membakar hati Anne.
"Nyonya sebaiknya Anda masuk, ini sudah sangat larut."
Plak
"Diam kau!"
Anne menampar seorang wanita paruh baya, yang tak lain adalah pengasuhnya. Wanita itu hanya diam sambil memegangi pipinya yang memerah, ia paham kenapa Anne melakukan hal itu. Wanita itu sedang kesal, dan melampiaskan kekesalannya pada.
Dada Anne naik turun seiring tarikan nafas yang terengah-engah.
Aku Anne Kang, putri semata wayang Marquis. Istri Adam pertamanya, Nyonya besar di mansion ini. Bagaimana bisa dia memperlakukan aku seperti ini, hanya karena seorang pel*** rendahan, seorang tunawicara seperti dia! Anne bergumam dalam hati dengan penuh benci.
"Hahahaha .... Sungguh menggelikan!" Tawa Anne terdengar sumbang dan mengerikan.
Belum pernah aku melihat Adam perduli dengan orang lain seperti itu, kita lihat saja nanti. Apa yang akan aku lakukan!
Anne melangkah masuk dengan marah, meninggalkan pelayan setianya. Tentu saja Ursula langsung menyusul langkah sang Nyonya.
Seorang laki-laki muda menikmati semua kejadian malam ini dari lantai dua mansion utama, sebuah seringai tersungging di bibirnya.
Adam membawa tubuh Laras yang terasa dingin ke mansion yang di khususkan untuknya. Adam tidak pernah merasa khawatir seperti ini pada selir-selirnya. Hanya pada Laras, wanita yang sedang tidak sadarkan diri dipeluknya itu mampu menggetarkan hati Adam yang beku.
Perlahan Adam merebahkan tubuh Laras di ranjang, ia menarik selimut untuk menghangatkan raga yang lelap itu. Di genggamnya tangan Laras, Adam menatap lekat pucat itu.
"Butuh bantuanku Kak?"
Adam seketika menoleh, seorang pria yang cukup mirip dengannya, hanya warna mata mereka yang berbeda. Laki-laki berusia,dua puluh empat tahun itu berdiri di ambang pintu, Adam tersenyum memberi isyarat pada pria itu untuk masuk.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 38 Episodes
Comments
Rysa
gak nyangka bisa sekhawatir itu...mau apa tuh cowo yang mirip dengannya
2025-02-03
1
Isna Maria Prianti
lnjut makkkk🥰🥰
2024-04-03
0
Bzaa
kerennn.... semangat otor 💪😘
2023-03-02
1