Riak langit telah berubah, hujan yang mengguyur wilayah itu dini hari tadi membuat pagi ini terasa lebih dingin. Laras menarik selimut lebih tinggi, agar menutup bagian lehernya. Dingin menusuk tulang yang terasa rapuh.
"Nona Laras," suara dari belakang mengejutkan Laras.
Mata Laras terbuka lebar, dengan memegang erat selimutnya, Laras membalikkan tubuh. Tampak seorang laki-laki berwajah oriental, berdiri di samping ranjang nya dengan kepala sedikit tertunduk.
Laras terjingkat, memeluk selimutnya semakin erat. Melihat gelagat wanita itu, Kim tahu kalau dia ketakutan
"Jangan takut Nyonya, saya Kim. Kepala pelayan di mansion ini, saya yang akan melayani Anda mulai sekarang," ujar Pria itu menjelaskan.
Aku, dilayani? Bukankah aku hanya seorang budak, yang melayani Tuan?
Kim melihat Laras dengan senyum miring.
"Jangan heran Nona, semua selir sebelum Anda adalah tanggung jawab saya, Anda bukan satu-satunya. Saya ditugaskan untuk merawat para selir dengan baik, agar bisa melayani Tuan," Kim bertutur dengan nada ketus.
Wajah cantik yang tadinya berbinar kini redup seketika oleh ucapan Kim, Laras memang harus sadar dia hanya seorang selir, tak lebih dari seorang budak pemuas untuk sang penguasa.
"Saya akan menyiapkan air untuk Anda." Pria sipit itu melangkah masuk ke kamar mandi. Mata Laras mengekor pergerakan pria itu.
Tak lama pria itu keluar, ia berjalan mendekati Laras yang masih duduk di atas ranjang, dengan selimut yang membungkus tubuhnya. Tangan laki-laki itu terulur hendak membantu, tapi Laras mengerakkan tangan.
Gerakan Kim terhenti, rupanya Laras menolak untuk dibantu olehnya. Sepertinya wanita itu tidak nyaman pada Kim.
"Apakah Anda bisa membersihkan diri Anda sendiri?"
Laras mengangguk cepat.
Iya saya bisa.
"Baiklah, waktu Anda dua puluh menit untuk bersiap, Nyonya besar ingin bertemu dengan Anda."
Nyonya besar? Istri sang penguasa?
Melihat ekspresi wajah Laras, Kim seolah paham dengan apa yang ingin wanita itu katakan.
"Nyonya besar dia adalah satu-satunya istri sah Tuan, dia ingin menemui Anda. Jadi cepatlah bersiap. Dan jangan lupa mengoleskan ini pada memar ditubuh Anda." Kim mengeluarkan sebuah botol kecil dari kaca, dengan cairan berwarna ungu di dalamnya.
Laras menerimanya dengan mengangguk pelan.
Terima kasih.
"Kalau begitu saya permisi." Kim sedikit menunduk, kemudian melangkah keluar dari kamar itu.
Setelah Kim keluar, Laras mulai turun dari ranjang dengan perlahan. Jujur saja sedari tadi ia menahan air seni yang serasa mau tumpah. Dengan sedikit meringis, Laras memegangi bagian bawah perutnya.
Aduh sakit, kenapa seperti ada yang mengganjal di dalam sini.
Laras ingin melangkah cepat ke kamar mandi, tetapi area v yang terasa nyeri dan mengganjal membuat Laras hanya bisa berjalan seperti pinguin.
Dua puluh menit tepat, Laras selesai. Dengan memakai baju yang tersimpan di dalam kamar itu, Laras keluar.
"Anda sudah siap?!"
Astaga, Tuan Kim. Anda mengangetkan saya.
Laras memegangi dadanya yang berdetak kencang. Keberadaan Kim yang berdiri tepat didepan pintu saat Laras membukanya, membuat wanita itu kaget setelah mati.
"Mari ikuti saya." Kim melangkah terlebih dahulu, dengan cepat Laras pun menyusul langkahnya.
Menuruni tangga, berjalan melewati sebuah ruangan yang luas dengan sofa besar dan televisi, ada dapur mewah di sisi lain ruangan itu. Laras sangat takjub dengan apa yang dilihatnya, kemarin ia langsung terbangun di kamar tanpa tahu apa-apa. Kini ia bisa melihat betapa indah dan mewahnya bangunan yang ia tempati.
Melalui pintu besar dengan bentuk setengah lingkaran diatasnya, Kim dan Laras keluar dari rumah itu. Mereka melewati taman yang indah, ada kolam kecil dengan patung malaikat berwarna putih yang mengeluarkan air dari kendi yang ia bawa
Mereka memasuki sebuah gedung besar berbentuk lorong yang sangat megah. Delapan mobil mewah, berjajar dengan rapi di lorong itu, dinding yang terbuat dari kaca-kaca besar membuat Laras mudah untuk melihat keluar. Tampak dari sana sebuah halaman yang sangat luas, seperti lapangan sepak bola, dengan air mancur yang berkali-kali lipat lebih besar daripada di taman yang ia lewati. Sebuah patung dewa Yunani memegang tongkat menusuk monster yang tergeletak di kakinya berada di tengah kolam itu.
"Nyonya Anne punya tempramen yang sedikit pemarah, jika dia melakukan sesuatu pada Anda. Lebih baih jangan melawan, jika Anda tidak ingin membuatnya marah," tutur Kim sambil terus berjalan.
Laras yang tertinggal beberapa langkah dari Kim, segera menyusul. Ia mengangguk kecil, mendengar apa yang Kim ucapkan. Setelah melewati garasi mewah itu, Kim membelokkan langkah ke kanan. Tampak sebuah bangunan besar, lebih besar daripada tempat Laras tadi.
Seorang wanita bermayang panjang tergerai, duduk dengan satu kakinya menyilang. Memakai gaun dengan belahan dada rendah berwarna merah, wanita itu tampak anggun dan menawan. Sejenak Laras terpaku melihat sang nyonya.
"Nyonya, Nona Laras sudah datang Sesuai dengan keinginan Anda." Kim membungkuk hormat, dia mundur beberapa langkah ke samping, agar Anne dapat melihat Laras.
Laras berusaha tersenyum, meskipun ia merasa takut.
"Wah ...Wah lihat siapa yang datang berkunjung sepagi ini," ujar Anne yang jelas menyindir, karena matahari jelas sudah meninggi.
Laras menunduk, senyum di bibirnya pudar seketika.
"Tuan memerintahkan saya untuk tidak menganggu Nona Laras untuk beristirahat. Tuan bersama Nona ini hingga fajar menyingsing," sahut Kim.
"Aku tidak bertanya pada mu Kim!"
"Maaf Nyonya." Kim menunduk dalam.
"Dia begitu perhatian dengan wanita ja**ng ini, aku harus melihat bagaimana rupa wanita yang sudah melayani suamiku semalam suntuk."
Anne menyeringai, ia bangkit dari duduknya. Suara sepatu hak tinggi yang ia pakai menggema di ruangan itu. Anne memegangi dagu Laras mengangkatnya dengan kasar.
"Jadi kau adalah putri Gustavo, wanita tercantik di bagian utara." Tangan Anne turun ke leher Laras.
Anne tertegun, giginya mengatup, matanya memerah menatap tajam pada wanita dihadapannya.
"Katakan berapa kali Dia menyetubuhi mu?" Tanya Anne dengan berteriak, satu tangan yang mencengkeram leher Laras.
Anne begitu marah melihat banyak jejak merah bawah tulang selangka istri kedua suaminya. Laras menahan sakit dilehernya, ia mengalihkan pandangannya ke arah lain. Terlalu menakutkan bagi Laras, untuk bertatapan langsung dengan sang Nyonya.
Anne melepaskan tangannya, kemudian menampar pipi Laras, hingga wanita itu terjatuh. Laras menggerak-gerakkan tangannya, hal itu membuat Anne semakin geram.
"Aku bertanya pada mu! Kenapa kau tidak menjawab, dan malah mengerakkan tangan tidak jelas seperti itu, apa kau bisu?!"
Laras mengangguk kecil. Anne tersenyum kecil, melihat wanita yang tak berdaya itu.
"Well ... Apa kau bodoh?"
Hening, Laras tak berusaha menjawab meski dengan isyarat. Dia hanya diam, dengan posisi yang sama saat ia jatuh tadi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 38 Episodes
Comments
Rysa
weh tuh laki gak taunya tampan dah gitu kuat lagi...
is kayanya yang nakutin istri pertamanya nih
2025-02-03
0
Isna Maria Prianti
apa iya laras bisu?
2024-04-03
0
Bzaa
tapi dengan bgtu, aman laras
2023-03-01
0