Kemarahan Firhan

Getaran

tubuh di sisi sudut kamar itu tampak sulit terhenti. Bahkan air mata terus saja

mengalir hingga menulikan pendengaran kala suara mobil di halaman depan

berhenti.

Tak biasanya

kepulangan Firhan tak mendapatkan sambutan dari sang istri. Akhirnya, ia pun

berinisiatif memasuki rumah yang bahkan daun pintunya terbuka lebar. Keningnya

mengerut heran.

Pelan namun

pasti ia melangkah memasuki kamar yang tak terkunci.

“Niah?”

Pelan Firhan mendekat memegang bahu sang istri yang memunggunginya.

Matanya

membelalak saat Zaniah terisak menampakkan mata sembab dan merah di sana.

“Zaniah? Apa

yang terjadi? Hey.” Tangan Firhan menangkup wajah sang istri. Pria itu sungguh

kaget melihat keadaan sang istri yang benar-benar kacau.

Kepulangannya

dari bekerja dengan tubuh lelah berharap mendapatkan pelukan hangat dan senyum

teduh dari Zaniah, justru kini menjadi tegang.

“Mas Firhan,

aku mohon kali ini jangan halangi aku lagi untuk memutuskan sesuatu…” Zaniah

semakin terisak mengatakan itu dengan sang suami.

“Apa

maksudnya, Niah? Jelaskan dengan Mas apa yang terjadi?” Firhan sungguh gemas

melihat sang istri yang justru berkata lain tanpa berniat menjawab

pertanyaannya.

“Mas Firhan

harus menikah dengan wanita lain yang aku pilih. Aku tidak mau Mas menolaknya.”

Belum usai keterkejutan Firhan, kini ia kembali terkejut lagi.

Jantungnya seakan

ingin hancur kala mendengar ucapan sang istri. Firhan menggeleng tak percaya

dengan ucapan sang istri. Matanya pun memerah.

“Niah, apa

kamu bermaksud memberi Mas seperti barang pada orang lain? Kamu memandang Mas

serendah dan setidak berharga itu?” tanya Firhan lagi.

Zaniah

menutup kepalanya. Ia sendiri pun sakit mendengarkan kata menyakitkan itu dari

mulut sang suami. Hatinya sangat menolak melakukan semuanya, namun keadaan

membuatnya tak bisa bertahan dalam cinta yang hanya membahagiakan mereka dengan

bayang-bayang tekanan sang mertua.

“Jawab,

Niah. Jawab, Mas. Apa Mas sama sekali tak berharga di matamu? Untuk apa Mas

melakukan hal yang paling Mas tidak sukai itu?” Firhan habis kesabaran,

lelahnya seakan membakar hangus kesabaran pria itu. Tangannya mengguncang dua

lengan sang istri.

Air mata

sudah memporak porandakan wajah Zaniah saat ini.

“Mas hanya

perlu menikahinya saja. Mas tidak perlu melakukan hubungan apa pun sewajarnya

suami istri. Aku mohon Mas. Ini semua demi rumah tangga kita. Aku lelah dengan

semuanya, Mas.” tutur Zaniah masih ambigu.

Tangan yang

semula mencengkram lengan Zaniah, Firhan hempaskan kasar dan mengusap wajahnya

yang juga mengeluarkan air mata.

“Tidak,

Niah. Sampai kapan pun Mas tidak akan pernah menikah lagi.” Tolak Firhan tegas.

Zaniah yang

terus mengingat kedatangan sang mertua tadi, sungguh ia takut jika sang suami

akan jatuh pada wanita yang sangat cantik itu. Bahkan ketakutannya semakin

besar kala mendengar ia adalah mantan sang suami.

Segera,

Zaniah terduduk dengan lutut yang menumpu tubuhnya. Ia menggenggam tangan sang

suami. “Nikahi Zeni, Mas. Dengan begitu kita akan memiliki anak yang ia

kandung. Cukup nikahi dia, Mas. Zeni sedang mengandung.” mohon Zaniah

menengadah pada sang suami.

Air mata

Firhan jatuh kembali. Hatinya terasa di hantam ribuan batu besar. Tatapan pria

itu penuh kekecewaan.

“Apa karena

dia sahabatmu? Maka aku harus kau korbankan, Zaniah? Apa karena dia lebih

penting dariku?” Pertanyaan Firhan membuat Zaniah menggeleng cepat.

“Bukan. Bukan

karena itu, Mas. Ibu akan menjodohkanmu dengan wanita lain. Aku tidak mau itu

terjadi, Mas.” Zaniah menundukkan kembali kepalanya.

Mendengar

kata ibu, Firhan bingung sekali.

“Ibu?

Apa-apaan ini, Niah?” tanyanya sangat bingung.

Lantaran

Zaniah sama sekali tak menjelaskan apa yang terjadi hari ini padanya.

“Dan satu

lagi, siapa pun yang memaksa aku untuk menikah. Aku tidak akan melakukannya.

Aku punya harga diri, Zaniah.” tegas Firhan pada sang istri.

Zaniah

menangis tersedu di bawah sana. “Sela Agnes adalah masalalu mu yang bisa

menjadi masa depanmu jika kau menolak permohonanku ini, Mas.” ujar Zaniah yakin

jika sewaktu-waktu dengan segala cara sang mertua bisa saja mengembalikan hati

sang suami.

Firhan

sungguh muak mendengar ini semua.

Ia pergi

tanpa berniat bicara lagi pada sang istri. Tak perduli bagaimana Zaniah masih

berlutut di hadapannya.

“Mas! Mas,

Firhan!” teriaknya tak mendapatkan respon sama sekali.

Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!