Sungguh Menyakitkan

Langkah kaki

berjalan memasuki rumah tampak membuat wajah dua wanita berbeda generasi

tersebut mencari suara alunan sepatu yang bersentuhan dengan lantai rumah.

Wanita cantik dengan penampilan biasa, tak ada kesan mewah dan elegan sangat

berbeda jauh dari wanita yang bersama wanita paruh  baya di rumah itu.

Meski

sedikit penasaran dan heran, namun Zaniah tetap melanjutkan langkahnya mendekat

sang mertua. Saat sampai di depan wanita paruh baya itu, Zaniah mengangkat

tangannya dan mencium punggung tangan sang mertua.

"Mah,

dari tadi datangnya?" tanya Zaniah berusaha ramah.

Tak perduli

bagaimana wanita itu sering kali membuatnya menangis usai pertemuan singkat

mereka. Wuri tampak tersenyum hangat, entah apa yang membuatnya seperti

menyeramkan sekali di mata Zaniah kali ini.

"Duduklah,

Mamah mau bicara serius sama kamu, Zaniah." ucapnya tenang.

Kemudian

matanya melirik pada wanita di sebelahnya yang sejak tadi tak bersuara sama

sekali. "Sel, ayo duduk sayang." ajak Wuri begitu terdengar sangat

dekat dengan wanita cantik dan modis di sebelahnya.

Zaniah

tampak semakin penasaran. "Apa dia sepupu Mas Firhan? Tapi selama ini

kemana saja tidak pernah aku meihatnya?" batin Zaniah bertanya-tanya tanpa

berniat mengeluarkan suaranya.

"Oke,

Tan." ucapnya tersenyum juga sembari tangan mulusnya menyembunyikan anak

rambut di daun telinga yang sangat indah terlihat di mata Zaniah.

Ketiga

wanita itu duduk sejenak dalam keadaan hening. "Zan," suara Wuri

memecah kesunyian yang tercipta.

"Iya,

Mah." sahut Zaniah cepat.

"Dia

namanya Sela Agnes, Firhan pasti belum pernah cerita sama kamu yah? Dia ini

mantan Firhan yang satu-satunya pernah di kenalkan sama Mamah."

Seketika

hati Zaniah mendadak bergemuruh, entah apa maksud kedatangan sang mertua kali

ini dengan wanita yang ternyata Zaniah baru ketahui jika ia adalah masa lalu

sang suami. Sungguh, tubuh Zaniah terasa begitu panas dan telapak tangannya

dingin seperti es.

"Oh,

gitu Mah?" respon Zaniah sangat datar tanpa berniat menanggapi panjang

lebar lagi.

"Kamu

masih belum hamil, kan?" pertanyaan Wuri membuat wajah Zaniah yang semula

menatap kuat kini menunduk. Rasanya ia menjadi wanita yang di rendahkan di

depan wanita yang tak lain adalah saingannya. Itulah yang Zaniah rasakan.

Bertemu

wanita masa lalu sang suami yang begitu cantik jauh darinya, dan kini sang

mertua membicarakan kekurangannya di depan wanita itu. Sungguh, Zaniah sangat

tak kuasa merasakan gemuruh di dadanya. Ia benar-benar ingin menangis kali ini.

Bukan

terlalu lebay, namun keadaan Zaniah yang sulit mendapatkan anak menjadikan

dirinya sangat sensitif jika membahas masalah anak.

Pelan Zaniah

menggeleng menjawab pertanyaan sang mertua. Melihat itu tentu saja Wuri dan

Sela sama-sama saling memandang dan tersenyum smirk.

"Mamah

rasa ini sudah waktunya, Zaniah. Sela bisa membantu kalian untuk mendapatkan

itu semua. Dan Mamah rasa tidak ada waktu lagi untuk mengulur waktu, usia Mamah

dan Papah sudah semakin tua." tutur Wuri yang tak melihat bagaimana

rapuhnya sang menantu yang seakan sudah bisa membaca keadaan apa yang akan

terjadi ke depannya.

Ingin

rasanya Zaniah menutup kuat kedua telinganya, namun suara Wuri menyadarkan

penolakan Zaniah saat itu.

"Biarkan

Firhan menikahi Sela, Zaniah. kalian bisa mendapatkan anak dari Sela. Lagi pula

Sela setuju untuk membantu kalian. Setelah anak itu lahir kalian bisa

merawatnya dan Sela akan pergi dari kalian." itulah janji Wuri pada sang

menantu. Bagaimana pun Zaniah tetaplah wanita yang di pilih Firhan menjadi

istrinya. Kurangnya hanya sulit mendapatkan cucu untuk wanita paruh baya itu.

Sekuat

tenaga Zaniah tegar di depan dua wanita itu, nyatanya air mata wanita itu jatuh

juga mendarat pada tangan yang saling menggenggam memberi kekuatan untuknya.

"Tante

Wuri benar, saya akan membantu kalian. Lagi pula Tante Wuri sudah banyak

membantu saya hingga saya berada di posisi sekarang ini. Menjadi model

internasional tidaklah mudah jika bukan karena bantuan Tante Wuri dan Om

Dika." Sela berucap dengan suara lembutnya.

Namun,

Zaniah tetap tidak bisa menerima itu semua. Wanita mana yang rela jika suaminya

harus di bagi dengan wanita lain. Hingga akhirnya Zaniah pergi tanpa bisa

menjawab ucapan sang mertua.

"Maaf,

Mah. Zaniah tidak bisa membicarakan ini dulu. Zaniah ingin istirahat,

mah." Ia berlari menuju kamar tanpa perduli dengan sopan santun lagi. Ia

tak kuat jika harus terlihat kuat di depan sang mertua.

Setiap hari

pertanyaan yang di bawa mertuanya selalu menanyakan tentang kehamilan yang tak

kunjung tiba. Itu semua sangat sakit bagi Zaniah, namun kali ini kedatangan

sang mertua justru sangat membuatnya semakin sakit tanpa bisa tertahan lagi.

Membawa

wanita masa lalu sang suami untuk menggantikan posisinya sementara dan

mengandung benih dari sang suami, tentu Zaniah tak akan rela sampai kapan pun.

Ia menangis

di dalam kamar tanpa bisa tertahan lagi. Isakan pilu itu membuatnya

menggetarkan seluruh tubuh rapuh itu. "Aku tidak akan rela suamiku di

sentuh wanita lain. Mas Firhan suamiku, aku tak akan rela untuk itu. Aku lebih

memilih mundur dari pada harus menerima permintaan Mamah." Zaniah kekeh

dengan pendiriannya.

Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!