Sahabatku Untuk Suamiku

Sahabatku Untuk Suamiku

Pertemuan Setelah Satu Tahun

Di sebuah taman sekitar perumahan komplek elit sore itu menjadi tempat pertemuan sosok dua sahabat yang sama-sama tak pernah mendengar kabar masing-masing.

Lillia Zeni duduk termenung dengan barang jualannya yang masih tersisa. Air matanya menggenang di pelupuk mata indah itu.

“Kemana aku harus mencari uang tambahan lagi? Biaya persalinan tidaklah murah. Ya Tuhan, kenapa harus aku yang mendapatkan ini?” Sungguh Lillia benar-benar mengutuk pria yang membuatnya hamil saat ini. Entah siapa pria bej*at itu.

Sedangkan dari sisi jalanan kecil di taman itu tampak sepasang suami istri yang sedang diam-diaman.

“Zan, ayo istirahat dulu. Ingat kau sedang program hamil. Harus jaga kesehatan.” Firhan yang sebenarnya tak tahu lagi harus membujuk istrinya bagaimana agar tidak mendiamkannya terus.

“Aku sudah lelah, Mas. Aku lelah sekali setiap hari mendapat telpon dari Mamah. Apa aku ini harus membeli rahim orang biar pertanyaan itu hilang dari hidupku.” ucapnya tanpa perduli dimana mereka berada.

Momen yang seharusnya mereka nikmati dengan tenang minggu sore itu, tiba-tiba rusak karena di tengah joging mereka Zaniah mendapat telepon dari sang mertua.

Bahkan ia setiap hari harus meminum berbagai macam ramuan yang sang mertua kirimkan ke rumah mereka.

Firhan tahu mood sang istri sangat buruk sore itu. Ia tak mau permasalahan mereka di ketahui orang luar apalagi keadaan sangatlah ramai. Yang harus ia lakukan saat ini adalah menjaga sang istri agar aman bersamanya.

Hingga langkah itu tiba-tiba terhenti kala manik mata Zaniah menangkap sosok yang menghilang dari kehidupannya semenjak reunian terakhir setahun lalu.

“Zen,” panggilan yang sangat akrab itu membuat sang empunya nama menoleh. Hanya satu orang yang biasa memanggilnya seperti itu.

Matanya bertemu pandang dengan wanita cantik berpakaian olahraga serta topi yang melindungi wajahnya dari cahaya matahari sore itu.

“Zan,” Lillia Zeni yang akrab di panggil Zeni hanya untuk Zaniah sang sahabat turut memanggil balik nama sang sahabat.

Mereka tersenyum sama-sama dan saling berpelukan.

“Akhirnya aku ketemu kamu juga. Kenapa susah sekali mencarimu, Zen? Aku ke rumah bahkan ponselmu sudah aku lacak dengan orang suamiku. Tapi ponselmu sudah tidak pernah aktif lagi.” Panjang lebar Zaniah mengeluh sembari melepaskan pelukan mereka.

Wajah sedih Zeni kembali tampil di wajahnya itu. Ia menunduk, Zaniah tahu jika sang sahabat sedang ada masalah. Bahkan wajah cantik wanita di depannya kini sedikit dekil.

“Sudah jangan sedih, aku akan ada bersamamu. Oh iya kenalkan ini Mas Firhan. Dia suamiku. Mas, kenalkan ini Zeni. Sahabat yang selalu temanin aku saat kamu masih di luar negeri. Kamu ingatkan?” Zaniah tiba-tiba saja tersenyum seolah beban yang baru saja membuatnya marah meluap-luap kini hilang entah kemana.

“Em,” Fihran mengangguk pada Lillia dan tersenyum hangat.

“Wah jadi ini suami yang buat sahabat aku selalu ingin cepat tahun berganti? Selamat yah Zan, akhirnya hubungan jarak jauh kalian sudah berakhir. Pasti kamu bahagia banget kan sekarang secara dari menikah kalian selalu ldr-an.” Lillia berusaha membuat pikirannya baik-baik saja.

Sungguh dalam hati yang terdalam membuatnya ingin sekali berteriak, pada pria yang membuat hidupnya hancur seperti ini.

Tanpa ia sadari ucapannya yang tulus itu membuat senyum di wajah Zaniah hilang seketika.

“Zen, ini tidak seperti yang kamu kira…” ucapan Zaniah terpotong kala Firhan menggenggam tangan sang istri.

“Zaniah, seharusnya kita pulang. Hari sudah semakin gelas.” ucap Firhan segera. Namun, Zaniah menahan langkahnya yang di tarik sang suami.

“Zen, berikan aku ponselmu.” pintah Zaniah yang buru-buru.

Segera Lillia memberi ponsel pada sahabatnya itu.

“Oke, jangan ganti ponsel atau nomor lagi. Ingat ada aku,” Zaniah segera pergi tanpa sempat keduanya saling bertukar kesedihan.

Di perjalanan menuju rumah, Firhan memperingati istrinya.

“Zaniah, Mas peringatkan sama kamu baik-baik, Sayang. Kita sudah menikah, jangan menampakkan masalah rumah tanggamu atau pun menceritakan pada orang lain. Meski pun sahabatmu sendiri.” Mood Zaniah yang mulai membaik sontak buruk lagi.

Ia tak suka jika ada yang membuat garis di dalam persahabatannya dengan Zeni.

“Mas, aku tahu batasan dalam bergaul. Tapi aku tetap butuh teman berbagi, Mas. Zeni satu-satunya orang yang dari dulu selalu ada buat aku. Sekalipun saat kamu tidak ada.” tutur Zaniah kekeh.

Terpopuler

Comments

🌷𝙈𝙗𝙖 𝙔𝙪𝙡 ☪

🌷𝙈𝙗𝙖 𝙔𝙪𝙡 ☪

cerita zaniah ganti judul ya kak
pantesan dah lama ga up.. terus dihapus

2023-01-25

0

Erta Dina

Erta Dina

semangat ya Thor agar aku juga semangat membacanya

2022-12-03

0

Erta Dina

Erta Dina

semangat ya Thor agar aku juga semangat membacanya

2022-12-03

0

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!