Kebaya Pengantin.

Paginya aku bangun dan perutku sudah tidak sakit. Aku melakukannya pekerjaan rumah seperti biasa dan saat sarapan tiba-tiba teh Melda datang sambil panggil-panggil ibu. 

"Bu, ibu" Teriaknya. 

"Ada Mel kok teriak-teriak?" Tegur ibu.

"Ibu kok ngasih tau Melda kalau semalam Zizah dilamar orang? " Ujarnya. 

Aku hanya membuang napas kesal karena aku pikir apa pagi-pagi udah rame aja. 

"Dadakan bahkan kami saja tidak tahu" Jawab ibu. 

"Kok gitu, emang kamu Za tidak bilang sama ibu?"

"Nggak" Jawabku dingin. 

"Huh kamu ini" Sambil duduk dan ikut makan. 

Namun tiba-tiba teh Melda nyinyir aku. 

"Akhirnya kamu laku juga, padahal aku sudah berpikiran kalau Ratih bakal batal menikah" Ujarnya. 

"Awas aja kalau sampai batal" Ancam Ratih. 

"Kamu nggak akan bakal nikah karena minggu depan teteh menikah" Ucapku sambil beranjak dari meja makan dan pergi. 

Aku kesal karena mereka selalu menghina ku. Aku tidak tahu apa yang membuat mereka iri padaku. Aku pun mandi dan langsung bersiap kerja karena Anto minta dokumen buat pendaftaran ke KUA. 

Saat keluar ternyata teh Melda masih ada belum pulang. 

"Ini masih pagi lo Za kok tumben udah berangkat?" Tanya nya. 

"Ada perlu dulu teh" Jawabku singkat lalu menyalami ibu dan teh Melda. 

"Pacaran dulu ya kamu"

Aku hanya meliriknya sekilas karena tidak mau menyahuti ucapannya. 

"Orang ngomong kok nggak di denger!" Ucapnya dan masih terdengar olehku. 

Aku pun berangkat dan saat sampai butik Anto sudah menungguku, aku langsung menghampirinya. 

"Maaf lama" Ujarku. 

"Nggak ko, mana?"

Aku pun menyerahkan dokumen yang di pinta Anto pun menerimanya. 

"Ok sudah lengkap, oya Za, untuk maharnya kamu ada permintaan?" Tanya nya. 

"Tidak, sesungguhnya abang saja" Jawabku. 

"Ok, kamu sudah sarapan?"

"Sudah"

"Kirain belum, karena masih lama buka butiknya kamu temani aku sarapan ya?" Pintar nya. 

Aku pun mengangguk karena malas juga kalau harus nunggu di depan butik. Aku pun mengikuti Anto dan ternyata Anto masuk ke rumah makan dan langsung memesan. Kami duduk berhadapan, tak lama pelayan datang membawa satu piring nasi dan lauknya lalu xua minuman dan yang satu di simpan di hadapanku. 

"Karena kamu tidak makan jadi aku pesankan minum saja"ujarnya.

Aku hanya tersenyum lalu Anto makan dan selama makan dia diam jadi aku bisa memperhatikannya. 

" Ganteng juga"ucapku dalam hati. 

"Kamu lihat apa?" Tanya Anto. 

"Em… tidak apa" Gugup ku. Karena ketahuan memperhatikannya. 

"Aku sudah selesai makannya kita balik mungkin sudah buka butiknya" Ajaknya.

Kami pun keluar dari rumah makan tersebut dan kembali ke butik disana sudah ada Tika yang sedang menunggu di buka. 

"Kalain dari mana? Kok tumben akur?" Tanya nya. 

"Pulang sarapan" Jawab Anto. 

"Kalian sarapan bareng?"

"Aku cuman menemaninya saja" Jawabku. 

"Oh"

"Nih kuncinya" Kata Anto. 

"Kok ada di kamu?" Tanyaku. 

"Tadi mbak Rina saat keluar lihat aku disini jadi dia titipin ke aku" Ujarnya. 

"Terus kenapa tidak langsung kasih ke aku?" Tanyaku. 

"Kan biar ditemani sarapan dulu" Ucapnya dengan gaya menggoda aku. 

"Tau ah" Ucapku sambil mengambil kunci dan membuka butik. Anto pun pamit pergi aku dan Tika masuk. Butik sudah siap buka dan kami langsung berada di posisi kami masing-masing. Saat makan siang Anto mengirimiku makan siang namu  yang mengantarkan bukan Anto tapi dari aplikasi. 

Setelah makan siang mbak Rina pulang dan aku langsung menemuinya. 

"Mbak boleh bicara sebentar? " Tanyaku. 

"Boleh Za, yu ke ruanganku" Ajaknya.

Aku pun mengikutinya menuju ruangannya. 

"Duduk Za" Titahnya. 

Aku pun duduk di seberang mejanya. 

"Ada apa?"tanya nya. 

" Aku mau minta izin buat minggu depan dua hari mbak"ujarku.

"Izin mau kemana? " Tanya nya. 

"Aku mau nikah mbak" Jawabku. 

"Nikah? Kok dadakan? Sama siapa?"

"Mbak nayanya bisa satu-satukan?" Ujarku. 

"Sorry aku kaget banget" Ujarnya. 

"Memang dadakan mbak karena bapak ingin aku menikah dulu sebelum Ratih adikku" Ucapku. 

Mbak Rina hanya menatapku menunggu aku melanjutkan ucapanku. 

"Aku menikah dengan Anto mbak"

Mbak Rina menyemburkan minumannya kembali saat aku menyebutkan nama Anto. 

"Anto?cowok yang suka gangguin kamu itu?"

"Iya mbak, karena aku tidak ada pilihan lagi karena bapak terus mendesak aku, saat aku menanyakan keseriusan Anto dia bersedia."

"Em… mbak ngerti tapi apa kamu tidak merasa terpaksa?" Tanya nya. 

"Aku lakukan ini karena Allah mbak dan insyaallah akan baik-baik saja"

Mbak Rina tersenyum lalu memegang tanganku. 

"Mbak harap kamu bahagia dan mbak perhatikan sepertinya Anto memang benar-benar sayang sama kamu" Ucapnya.

"Iya mbak" Jawabku. 

"Za, ikut aku yu" Ajak mbak Rina padaku. 

Aku pun mengikutinya mbak Rina mengajakku ke ruangan gaun pengantin di butik ini. 

"Za, ini buat kamu, nanti saat acara kamu pakai ini" Ucap mbak Rina. 

"Mbak tidak usah ini terlalu bagus buat saya" Tolakku. 

"Udah kamu pakai saja, sana coba dulu" Titah nya 

Akhirnya aku pun mencoba kebaya yang di berikan mbak Rina saat di kaca aku terpaku karena kebaya ini pas banget di badanku. 

Aku keluar untuk memperlihatkannya pada mbak Rina. 

"Cantik Za, udah kamu pakai ya" Ujarnya. 

"Makasih banyak lo mbak" Ucapku. 

"Iya, sama-sama"

Setelah mencoba baju aku pun kembali bekerja. 

Saat malam setelah butik tutup Anto sudah menungguku dan dia mengantarkan aku pulang. Namun sesampainya rumah aku di kejutkan oleh teh Melda yang menungguku di depan rumah. Dia langsung menghampiriku dan Anto saat melihat aku pulang. 

"Za kamu baru pulang?" Tanyanya tapi matanya melihat ke arah Anto. 

"Iya teh" Jawabku dan mau tak mau aku pun mengenalkan Anto pada teh melda. 

"Bang, kenalkan ini teh Melda kakak ku" Ujarku. 

Anto pun turun dan menyalami teh melda. 

"Kamu ganteng juga ya, tapi kok mau sih sama Zizah" Ucapnya yang membuat aku kesal dan bahkan Anto sampai melirikku. 

"Memang kenapa Zizah teh? Zizah cantik ko" Ucapnya. 

Teh melda hanya mencebikan bibirnya. 

"Ya sudah teh, Za, saya pamit pulang sudah malam juga" Pamit Anto. 

"Iya bang hati-hati saja" Ucapku. 

Anto pun pulang lalu aku masuk membiarkan teh Melda di luar sendirian. 

"Eh Za, kamu ninggalin teteh ya" Teriaknya. 

Aku hanya tersenyum melihat teh Melda marah-marah. Aku langsung masuk kamar karena tidak mau mendengar ocehan teh Melda yang akan banyak pertanyaan. Aku langsung membersihkan kan badan lalu rebahan dan tak lama ponselku berbunyi tanda ada pesan masuk.

"aku sudah sampai, kamu istirahat ya" isi pesan dari Anto.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!