Akhirnya aku berangkat kerja karena tidak mau berdebat lagi dengan teh Melda. Sesampainya di butik aku menyapa Tika partnerku di butik.
"Hai Ti"
"Eh teh baru datang ya?" Tanya nya.
"Iya ni, kamu pagi banget datang nya?"
"Aku ikut bapak jadi pagi deh datang nya"
"Oh, ya sudah ayo lanjut" Ajak ku.
Aku dan Tika pu melanjutkan beres-beres butik karena akan buka. Butik dari buka sampai siang rame banget jadi saat jam satu aku baru bisa istirahat sholat dan makan. Namun aku merasa ada yang kurang karena biasanya tiap jam makan siang Anto pasti akan datang nganterin aku makan siang atau cuman cemilan.
"Hanyo cari siapa teh?"Tika ngagetin aku.
" Apaan sih kamu ini, aku nggak cari siapa-siapa juga"jawabku bohong.
"Bang Anto tadi pergi, nggak tau kemana" Ujar Tika.
Aku langsung meliriknya.
"Tika tau teteh cari bang Anto kan karena biasanya tiap siang dia selalu ngasih makan"ucap Tika.
Aku hanya tersenyum tak menanggapi ucapannya. Aku lanjutkan makan agar cepat selesai.
Malamnya aku pulang dengan naik taksi online karena hujan. Saat aku buka pintu aku melihat bapak masih duduk di ruang TV.
"Bapak belum tidur?"tanyaku setelah menyalami tangannya.
" Bapak nunggu kamu"jawabnya.
Aku pun duduk di hadapannya menunggu bapak bicara.
"Malam minggu Bagas akan kesini bersama orang tuanya, bapak bingung harus gimana" Ujarnya.
"Bapak tidak usah bingung Terima saja, Zizah janji sebelum Ratih nikah Azizah sudah menikah pak" Ujarku walau sebenarnya aku tak yakin.
"Kamu yakin?" Tanya bapak.
"InsyaAllah pak" Jawabku.
"Kamu bilang begitu bukan untuk menenangkan bapa kan?"tanya nya.
Aku hanya menggelengkan kepala dan tersenyum.
" Ya sudah kamu istirahat bapak masih ingin nonton"titahnya.
Aku pun beranjak dan pergi ke kamar untuk istirahat. Namun setelah bersih-bersih aku mencoba meminta petunjuk pada Allah agar aku bisa mengambil keputusan yang baik.
Paginya aku bangun seperti biasa dan sekarang aku tidak mencoba menghindari Ratih. Semua orang sudah bangun dan sudah bersiap namun saat aku mengambil piring di dapur Iroan adik bungsuku menghampiri aku.
"Teh" Panggilnya.
"Ada apa?" Tanya ku.
"Teteh dekat sama bang Anto?"
Aku langsung meliriknya lalu bertanya "kamu kenal sama bang Anto?"
Irfan pun mengangguk. Namun belum sempat Irfan menjawab ibu sudah memanggil kami.
"Zizah, Irfan cepat bawa piringnya" Panggil ibu.
"Iya bu, udah ayo sarapan" Ajak ku pada Irfan.
Kami pun sarapan dengan diam tak ada yang bicara. Setelah selesai bapak dan Irfan pergi tapi Ratih malah menghampiriku.
"Teteh ingat ya jangan sampai bapak membatalkan pernikahan aku"ancam nya.
" Iya tidak akan"jawabku.
Ratih punya pergi dan aku membereskan sisa sarapan kami semua.
Setelah jam sembilan aku berangkat kerja. Sesampainya di butik ternyata mbak Rina sudah datang.
"Mbak" Panggilku.
"Eh Za, baru datang?" Tanyanya.
"Iya mbak, kapan pulang mbak?"
"Semalam" Jawabnya.
"Oh, aku lanjut kerja ya mbak" Pamitku.
Aku langsung bersihkan butik dan membukanya. Namun saat jam makan siang Anto tidak muncul lagi sepertinya dia belum pulang namun karena aku penasaran akhirnya aku putusin buat datangi tempat kerjanya.
"Ti, aku pergi dulu bentar ya?"
"Mau kemana teh?" Tanya nya
"Ada perlu sebentar" Jawabku.
"Ya sudah sok teh"
Aku pun pergi dan berjalan menuju bengkel tempat kerja Anto. Sesampainya di sana aku mencari kang Tio. Setelah melihatnya aku langsung menemuinya.
"Kang" Panggilku.
Kang Tio pun menengok ke arahku lalu berdiri.
"Eh neng Zizah ada apa neng?" Tanya nya.
"Em… bang Antonya ada?" Tanyaku sedikit malu.
"Anto, oh dia pergi paling pulang nanti sore, ada apa?"
"Tidak apa Kang" Jawabku.
Kang Tio dia malah tersenyum
"Saya tau, kangen ya sama Anto karena dari kemarin tidak di gangguin?" Ledeknya.
"Apaan sih kang"
"Ya sudah nanti aku bilangin kalau kamu cari dia" Ujar kang Anto.
Aku pun pamit dan kembali ke butik dan melanjutkan kerja.
Malamnya saat aku selesai tutup toko aku melihat Anto dia berjalan ke arahku.
"Za, mau pulang?" Tanya nya.
Aku pun mengangguk.
"Kamu tadi cari aku?" Tanya nya.
"Iya" Jawabku.
"Ada apa?"
Sebenarnya aku gugup untuk bicara sama Anto tapi aku mencoba memberanikan diri biar aku bisa ambil keputusan untuk kedepannya.
"Kok diam?" Tanya nya.
"Eh, ada yang mau aku bicara kan bang" Ucapku.
"Oh, ya sudah ayo aku antar pulang kita bicaranya di jalan saja" Ajaknya
"Tapi"
Namun tiba-tiba Anto pegang tanganku dan aku langsung menariknya.
"Kenapa?"
"Lepasin tangan aku" Lirihku.
"Sorry, aku lupa, ya sudah ayo" Ajaknya setelah melepaskan tangan ku.
Aku pun mengikutinya dan ternyata dia bawa mobil karena aku bingung jadi aku meliriknya.
"Aku sewa mobil buat bawa barang dari jakarta, karena belum di balikin jadi aku pakai buat anterin kamu saja" Ujarnya.
Akhirnya aku pun naik dan Anto pun menjalankan mobilnya.
Selama di perjalanan aku hanya diam karena bingung juga harus bicara dari mana.
"Bukannya kamu mau bicara?" Tanya Anto.
"Aku bingung memulai dari mana" Ujarku.
"Ya yang pentingnya saja biar cepat juga"
"Em… Em… bang Anto serius suka sama saya?" Tanyaku.
"Ya aku serius, memang kamu pikir aku selama ini bercanda?"
"Kalau abang serius, abang lamar aku ke orang tuaku"
Namun tiba-tiba Anto mengerem mendadak membuat kepalaku terbentur dashboard mobil.
"Maaf Za, aku kaget" Ujarnya.
"Iya tidak apa?" Sambil ku pegangin keningku.
"Kamu tidak apa?"
Aku hanya menggeleng dan Anto memarkirkan mobilnya ke pinggir.
"Kamu tadi serius?" Tanya.
"Aku serius bang"
"Ok kalau kamu ingin melihat keseriusanku, aku akan lamar kamu ke orang tuamu"
"Tidak hanya itu bang" Potong ku.
"Apa?" Tanya nya.
"Setelah abang setuju melamar aku abang juga akan diminta nikahi aku cepat" Ujarku.
"Ok aku sanggup, tapi kamu setahu saya kamu belum ada perasaan sama saya"
"Untuk itu aku kan belajar"
"Oke, besok kamu libur kan, aku akan datang ke rumahmu jam tujuh malam." Ucapnya.
Anto pun melanjutkan mobilnya dan akhirnya sampai rumah. Aku masuk dan Ratih sedang berdiri di pintu kamarnya lalu berkata.
"Teteh diantar siapa pakai naik mobil?"
Aku hanya diam saja lalu dia berkata lagi.
"Jangan bilang kalau teteh jalan sama om-om"
"jaga mulut mu ya Ratih" tariakku sampai ibu keluar kamar.
"ada apa ini kenapa teriak-teriak?" tanya ibu.
"Ibu tanya saja sama Ratih kenapa aku sampai marah begini" ucapku lalu pergi ke kamar tanpa menjelaskan apa-apa.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 50 Episodes
Comments