Lamaran.

Dari siang setelah membereskan semuanya aku hanya rebahan saja di kamar karena badanku tidak enak, aku keluar kamar kalau mau makan saja. Seperti sore ini karena mendengar tukang bakso aku keluar untuk beli. 

"Mang satu porsi ya" Panggilku pada tukang bakso itu. 

"Kirain ada apa kamu lari lari Za" Omel ibu. 

"He… he… maaf Bu takut keburu ngilang tukang bakso nya" Ujarku. 

"Kamu ini, ibu satu porsi ya" Ucap ibu. 

"Ya sok aja bu"

Akhirnya aku sama ibu makan bakso di tersakiti rumah berdua namun tak lama datang Ratih bersama pacarnya Bagas. 

"Sore Bu, teh" Sapa Bagas. 

Aku hanya diam saja, entahlah sejak Ratih ngenalin Bagas aku kurang suka saja. 

"Makan Gas" Tawar ibu pada Bagas. 

"Makasih bu, kami sudah makan tadi di jalan" Tolaknya. 

"Ya sudah masuk sana, ibu mau habiskan bakso dulu" Ujar ibu. 

Aku hanya memperhatikan saja. Bagas dan Ratih pun masuk aku sama ibu melanjutkan makan bakso. Namun tiba-tiba ibu berkata "kok ibu perhatian Bagas suka curi-curi pandang terus sama kamu ya Za" 

Aku langsung menatap ibu lalu berkata "perasaan ibu saja kali". Walau sebenarnya aku juga agak risih sih sama tu cowok. 

" Iya kali, ya sudah ibu masuk dulu, udah habis juga, nanti kamu kasih mangkoknya ke si mang nya"titah ibu sebelum pergi. 

"Iya bu" Jawabku. 

Setelah makan bakso tadi aku langsung masuk kamar dan rebahan kembali namun tiba-tiba perutku sakit dan saat ke kamar mandi ternyata aku datang bulan. Aku tiap datang bulan pasti sakit perut, karena sakit akhirnya aku coba tidur sampai ketiduran. 

Aku tidak tahu berapa lama aku ketiduran karena saat aku bangun ternyata sudah magrib. Aku segera membersihkan badan namun saat aku selesai ganti baju tiba-tiba ibu memanggil. 

"Za, ibu boleh masuk?"

"Masuk saja bu" Jawabku. 

Ibu pun masuk lalu menghampiriku dan berkata "ada tamu Za"

"Terus?" Tanya ku. 

"Kamu kenapa tidak bilang kalau bakalan ada tamu" Ujar ibu. 

"Maksud ibu apa, aku tidak ngerti?" Bingung ku. 

"Ya itu ada tamu laki-laki sama keluarganya"

"MasyaAllah bu aku lupa"

"Lupa?"

"Iya bu, ya udah Zizah pakai kerudung dulu bu" Kataku sambil mengambil kerudung. 

Ibu keluar menemui tamunya. Setelah selesai aku keluar dan ternyata itu Anto, Tio dan ibunya Tio. Aku menghampiri mereka dan duduk. Namun tiba-tiba Ratih keluar dengan memakai celana pendek dan kaos oblong. Namun saat aku lihat Anto hanya melihat sekilas berbeda dengan Tio dia sepertinya menikmatinya. 

"Ratih" Tegur bapak. 

Ratih pun masuk kembali. Lalu bapa kembali berbicara dengan Anto. 

"Tadi kamu bilang kesini ingin melamar anak saya Azizah?" Tanya bapak. 

"Iya Pak" Jawab Anto. 

"Kalian sudah kenal lama?"

"Baru sebulan pak" Jawab Anto. 

"Kamu serius dengan anak saya?"

"Iya Pak saya serius karena itu saya datang untuk melamar anak bapak" Ujarnya. 

Aku sampai kagum melihat Anto begitu tenang tidak ada raut ragu di wajahnya. 

"Saya senang dengan niat baik anda, tapi saya juga kembalikan pada Zizah kalau dia mau menerima maka saya setuju" Ucap bapak lalu menatap ku. 

"Zizah Terima pak" Ucapku dengan yakin. 

"Sekarang nak Anto sudah mendengar jawaban Zizah jadi saya sebagai orang tua hanya bisa mendukung. Tapi kalau saya boleh tau kapan nak Anto siap menikahi Zizah?"

"Saya ikut bapak sama Zizah saja" Jawabnya. 

Bapak menatapku lalu berkata "kamu siap jika saya minta minggu depan kalian menikah?"

"Saya siap pak" Ucapnya dengan tegas. 

Aku langsung menatapnya karena sebenarnya aku belum siap untuk semua ini karena masih ada rasa takut yang menghantuiku. 

"Kamu Zizah?" Tanya bapak. 

"Zizah ngikut saja pak" Ujarku. 

"Ya sudah karena mengurus surat-suratnya aga lama jadi kalain paling nikah agama dulu" Ujar bapak. 

"Em… biar saya saja pak yang urus surat-suratnya biar langsung terdapat pak" 

"Memang bisa?" Tanya bapak. 

"Bisa pak biar bapak tahu beres saja"

Akhirnya bapak pun setuju meski sebenarnya aku tidak yakin karena syarat buat daftar nikah itu harus sebulan sebelumnya kecuali kalau sudah hamil. 

Akhirnya selesai juga dan kami berbincang sebentar sebelum mereka pamit. 

"Karena sudah malam kami pamit pulang" Ucap ibunya Tio. 

"Oh… iya silahkan, maaf ya kami tidak menjamu dengan baik karena Zizah tidak bilang kalau akan ada tamu" Ujar ibu. 

"Tidak apa karena kami juga tidak membawa apa-apa" Ucap Ibunya Tio. 

Karena para orang tua sedang bicara aku pun mengikuti Anto dan Tio keluar. 

"Za, yang tadi adikmu?" Tanya Tio. 

"Iya kang, kenapa?" Tanyaku. 

"Cantik buat aku ya" Ujarnya. 

"Udah punya calon kang, bentar lagi nikah" Jawabku. 

"Ha… ha… . Kasihan kamu belum apa-apa udah patah hati" Ledek Anto. 

"Senang kamu melihat temannya menderita"

"Iya lah aku senang" Jawab Anto. 

Tak lama ibu keluar bersama ibunya Tio. 

"Ayo nak kita pulang"

Mereka pun pamit dan pulang. Aku masuk bersama ibu namun bapak tiba-tiba mengajakku berbicara. 

"Kamu tidak sedang membohongi bapak kan?"

"Maksud bapak?" Tanyaku karena tak mengerti. 

"Kami tidak bayar mereka buat mau nikahin kamu"

"MasyaAllah pak, Zizah tidak pernah punya pikiran seperti itu, Anto memang sudah lama dekitan Zizah tapi Zizah tidak pernah anggap karena Zizah belum yakin dan siap untuk berhubungan lagi dengan laki-laki tapi saat bapak minta Zizah buat cepat menikah dan hanya dia yang bisa Zizah percaya"Ujarku.

"Maaf bapak tidak maksud menuduhmu"

"Ya sudah Zizah masuk kamar dulu Zizah tidak enak badan karena sedang datang bulan" Pamitku. 

Bapak dan ibu pun mengangguk lalu aku berjalan menuju kamarku namun tiba-tiba Ratih keluar dan menghadang ku. 

"Teh cowok yang melamar teteh ganteng juga" Ujarnya. 

"Terus?" Tanyaku. 

"Kok aku merasa pernah lihat ya! "

"Ya pernah karena dia kerja di bengkel deket butik aku kerja" Beritahu ku. 

"Iya kali ya"

Aku pun melanjutkan langkahku dan tidak menghiraukan Ratih. Sesampainya dikamar aku langsung merebahkan badanku karena perutku sakit lagi. Namun tiba-tiba ibu masuk sambil membawakan jamu untuk meredakan sakit perutku.

"Za minum ini dulu" titahnya.

Aku pun bangun dan menerima jamu yang di berikan ibu dan meminumnya.

"Makasih bu" ucapku sambil memberikan gelas kosong.

"Ibu harap kamu tidak terpaksa melakukan ini Za" ucap Ibu.

"Ibu tenang saja aku melakukan itu karena Allah dan aku yakin pasti semuanya akan baik-baik saja" ucapku.

"Tapi Za"

"Ibu doakan saja aku supaya aku bahagia" ucapku.

lalu ibu pun memelukku.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!