Bab 5 - Misteri Di Balik Matanya

"Kamu dari mana mau ke mana?" tanya Ameer untuk memecah keheningan karena sejak tadi Meizia hanya diam saja.

"Dari... Rumah," cicit Meizia.

"Okay, dari rumah mau ke mana?" tanya Ameer lagi, ia melirik perempuan di sisinya itu sekilas dan entah kenapa Ameer seolah melihat ada yang tersembunyi di balik mata indah Meizia.

"Makan," jawab Meizia asal.

Ameer ber-Oh ria sambil mengangguk mengerti.

"Okay, di dekat sini ada tempat makan tapi khas Timur Tengah, mau?" tawar nya dan Meizia hanya mengangguk. "Tapi sebelum itu aku mau sholat Isya dulu, bisa? Atau kamu sudah sangat lapar?"

Meizia hanya menggeleng pelan, membuat Ameer hanya bisa menghela napas berat.

Beberapa menit kemudian Ameer menghentikan mobilnya didepan sebuah masjid yang cukup ramai.

"Ayo, kita sholat!" ajak Ameer tetapi Meizia menggeleng pelan. "Kenapa? Kamu tidak sholat karena sedang haid atau ... bukan agam—"

"Halangan," potong Meizia dengan cepat.

"Okay, tunggu di sini sebentar."

Sebelum turun dari mobil, Ameer melepas jaket ia pakai kemudian memberikannya pada Meizia. "Pakailah, biar tidak masuk angin," ujar Ameer karena pakaian Meizia memang cukup terbuka bagian atas maupun bawahnya.

"Terima kasih," lirih Meizia sedikit menyunggingkan senyumnya. Namun, sayangnya Ameer tak melihat senyum itu sebab ia memang selalu menghindari menatap langsung wajah Meizia.

Saat Ameer pergi ke dalam masjid, Meizia menoleh ke sekelilingnya dan entah kenapa ia merasakan sesuatu yang tak biasa di hatinya. Terutama saat melihat beberapa wanita yang berpakaian tertutup keluar masuk masjid, ada rasa hangat di dadanya.

Meizia hendak turun dan ingin masuk ke dalam masjid, tetapi ia mengurungkan niatnya saat mengingat kembali dari mana dia berasal dan tumbuh.

Meizia merasa tak pantas.

"Ya Tuhan, Ustaz Ameer pria yang baik." Meizia menggumam sambil meremas jaket Ameer yang belum ia kenakan. "Betapa beruntung wanita suci yang mendapatkannya."

Sementara di dalam masjid, Ameer bertemu dengan salah satu teman Ibunya. Setelah sholat, mereka mengobrol sebentar dan teman ibunya itu memberikan sebuah hadiah berupa pashmina yang katanya dari Arab.

"Sampaikan salam pada ibumu, Ameer," ujar wanita paruh baya itu.

"Inysaallah, Tante," jawab Ameer. "Kalau begitu saya permisi dulu."

Setelah itu, Ameer segera kembali ke mobil dan ia melihat Meizia yang sudah memakai jaketnya. Namun, Ameer segera menggumamkan istighfar saat menyadari paha Meizia yang terekspos.

"Kamu pasti dingin, jadi pakai ini, ya." Ameer memberikan pashmina dari teman ibunya itu pada Meizia.

"Kamu dapat dari mana?" tanya Meizia karena tadi Ameer tidak membawa apapun.

"Sebenarnya itu hadiah dari teman Ummi, tapi tidak apa-apa. Kamu pakai saja dulu."

"Tapi nanti ibumu marah."

"Tidak akan, Ibuku bukan wanita pemarah. Jadi kamu pakai saja untuk menutupi tubuhmu."

Menutupi tubuh?

Sekarang Meizia mengerti, Ameer bukannya takut dia kedinginan tetapi ia pasti tak suka melihat pakaian Meizia yang terbuka. Tanpa berkata apapun lagi, Meizia mengikat pashmian panjang itu di pinggangnya hingga menutupi bagian bawah tubuhnya.

...🦋...

Ameer membawa Meizia ke restaurant yang menyediakan makanan khas Timur Tengah, mereka memesan beberapa makanan sambil sesekali berbincang. Lebih tepatnya, sesekali Ameer mengajukan pertanyaan karena Meizia sungguh tak bersuara sedikitpun kecuali ditanya.

"Apa makananmu favoritmu, Zia?" tanya Ameer.

"Tidak ada," jawab Meizia singkat.

"Lalu bagaimana dengan pria? Apa kamu sedang dekat dengan seseorang sekarang?"

Meizia menggeleng.

"Berarti aku punya kesempatan untuk dekat denganmu?"

"Tidak!" tegas Meizia. "Tolong berhenti membicarakan itu, aku tidak tertarik."

Ameer menghela napas panjang, rasanya Meizia memang sangat tidak tertarik dengan apa yang Ameer inginkan.

"Okay, maafkan aku," ucap Ameer pasrah.

Meski Meizia tak banyak bicara, tetapi Ameer dapat merasakan ada yang wanita itu tahan dalam hatinya. Itu terlihat dari mata Meizia yang terkadang tampak sayu, terkadang juga kosong. Wanita itu seperti tersesat di suatu tempat dan bingung harus kemana.

Tak berselang lama, makanan mereka datang dan kedua insan itu makan dalam diam hingga akhirnya Meizia berkata, "Aku akan pulang sendiri nanti."

"Kenapa?" tanya Ameer.

"Aku tidak ingin merepotkan."

"Ini sudah malam, aku akan mengantarmu."

"Tidak, —"

"Aku tidak bertanya apapun lagi, Meizia. Jadi setidaknya biarkan aku mengantarmu pulang."

Meizia berpikir sejenak sebelum akhirnya dia mengangguk setuju.

...🦋...

"Kenapa berhenti di sini? Di mana rumahmu?" tanya Ameer saat Meizia meminta diturunkan di depan sebuah gang.

"Aku tidak nyaman jika ada yang mengantarku pulang," kata Meizia setelah itu ia turun dari mobil Ameer bahkan Meizia lupa untuk untuk mengembalikan barang-barang Ameer yang ia pakai.

Ameer hanya bisa menatap punggung Meizia yang kini semakin menjauh. "Apa wanita memang begitu? Tidak berbicara kecuali ditanya?"

Setelah Meizia menghilang dari pandangannya, Ameer melajukan mobilnya dari sana.

Sementara Meizia kini masuk ke dalam rumah pribadi milik ibunya, rumah ini hanya ditempati Meizia karena sang ibu lebih sering di rumah bordir.

Malam ini, Meizia sangat berharap Ibunya tak pulang. Namun ....

"Dari mana kamu?" teriak sang Ibu yang ternyata sudah menunggu Meizia di sana.

"Ma, aku—"

PLAAKKKKK

Satu tamparan keras mendarat dengan sempurna di wajah Meizia bahkan hingga membuat wanita itu tersungkur ke lantai.

"Siapa pria itu, Mei?" desis Mami Lala sambil menarik rambut Meizia dengan kasar.

"Ma, sakit," rengek Meizia dengan mata yang berkaca-kaca.

"Kamu punya pacar, huh? Apa kamu lupa apa yang Mama bilang? Tubuh kamu itu milik Mama dan Mama akan menjualnya pada pria yang bersedia membayar kamu dengan mahal, Meizia!"

Air mata Meizia tumpah, hatinya terasa sesak bahkan ia mulai kesulitan bernapas. "Ma, aku mohon." Ia mengiba sambil mencoba melepaskan tangan sang Ibu dari rambutnya. Namun, Mami Lala justru menjambak rambutnya lebih keras hingga membuat Meizia merasa rambutnya itu akan lepas dari kulit kepalanya.

"Sekali lagi kamu melakukan kesalahan ini Mama akan membunuh kamu, Mei!"

"Kalau begitu bunuh saja aku sekarang!" teriak Meizia kemudian. "Aku nggak pernah minta dilahirkan," lirihnya kemudian. "Apalagi hidup penuh dosa begini." Mami Lala tertawa sinis mendengar ucapan pilu Meizia.

"Kamu itu lahir dari dosa, Meizia! Membawa dosa dan akan selalu hidup dengan dosa, itu takdirmu jadi terima saja!"

...🦋...

Jangan nangis, okay?

Terpopuler

Comments

Erina Munir

Erina Munir

anak d luar nikah meureeuun ..Meiziaa...karunyaeeuun nyaak

2025-02-12

0

Nana

Nana

itu pasti bukan ibu kandungnya....gk mungkin seorang ibu tega sm ank'y sendri

2024-02-05

0

pur wati

pur wati

kok ada ibu kayak iblis.😌😌😌😌

2024-02-04

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 - Menyentuh Hatinya
2 Bab 2 - Bertemu Lagi
3 Bab 3 - Ingin Mendekat
4 Bab 4 - Takdir Meizia?
5 Bab 5 - Misteri Di Balik Matanya
6 Bab 6 - Fakta Tentangnya
7 Bab 7 - Tak Pantaskah?
8 Bab 8 - Kecewa kah?
9 Bab 9 - Kepedulian Yang Berarti
10 Bab 10 - Keputus-asaan Meizia
11 Bab 11 - Sebenarnya Juga Cinta
12 Bab 12 - Mencari Jawaban
13 Bab 13 - Penolakan
14 Bab 14 - Level Tertinggi Dalam Cinta
15 Bab 15 - Mau Pergi Atau Tinggal?
16 Bab 16 - Menyerah
17 Bab 17 - Jawaban Hati Ameer
18 Bab 18 - Salah Faham?
19 Bab 19 - Mencarinya
20 Bab 20 - Melangkahi Batas?
21 Bab 21 - Saatnya Memilih
22 Bab 22 - Membawanya
23 Bab 23 - Membantu
24 Bab 24 - Dari Hati Ke Hati
25 Bab 25 - Saatnya Melepaskan
26 Bab 26 - Menutup Kertas Hitam
27 Bab 27 - Membuka Lembaran Baru
28 Bab 28 - Pilihan Yang Dijanjikan
29 Bab 29 - Langkah Baru
30 Bab 30 - Awal Dari Perjalanan Yang Sesungguhnya
31 Bab 31 - Meyakinkan Mereka.
32 Bab 32 - Restu?
33 Bab 33 - Keputusan
34 Bab 34 - Hari Bahagia Menanti
35 Bab 35 - Persiapan Pernikahan
36 Bab 36 - Pilihan Terakhir
37 Bab 37 - Janji Suci
38 Bab 38 - Janji Suci Sang Pengantin
39 Bab 39 - Makmum Tercinta
40 Bab 40 - Malam Yang Berbeda
41 Bab 41 - Malam Yang Berbeda 2
42 Bab 42 - Kedua Ratu
43 Bab 43 - Bayang-bayang Kelam
44 Bab 44 - Menjadi Ratunya
45 Bab 45 - Penyerahan Diri
46 Bab 46 - Warna Baru
47 Bab 47 - Semakin Manis
48 Bab 48 - Cinta Sejati
49 Bab 49 - Roda Kehidupan
50 Bab 50 - Rencana Resepsi
51 Bab 51 - Hamil
52 Bab 52 - Antara Cinta Dan Noda
53 Bab 53 - Kebahagiaan Mereka
54 Bab 54 - Anugerah Atas Cinta-Nya
55 Bab 55 - Misteri?
56 Bab 56 - Pria Impian
57 Bab 67 - Kepergian
58 Bab 58 - Kabar Bahagia
59 Bab 59 - Kebahagiaan Yang Menanti
60 Bab 60 - Acara Resepsi
61 Bab 61 - Sang Pangeran
62 Bab 62 - Mengidam
63 Bab 63 - Suka Atau Tidak?
64 Bab 64 -
65 Bab 65 - Mengidam Lagi
66 Bab 69
67 Bab 67 - Lamaran Diterima
68 Bab 68 - Anugerah Untuk Yang Tercinta
69 Bab 69 - Syukuran
70 Bab 70
71 Bab 71 - Menuju Hari Pernikahan
72 Bab 72 - Yang Dipersiapkan
73 Bab 73 - Keistimewaan Wanita Hamil
74 Bab 74 - Yang Terjadi
75 Bab 75 - Yang Terjadi 2
76 Bab 76 - Takdir?
77 Bab 77 - Pasrah
78 Bab 78 - Takdir 2
79 Bab 79 - Pasrah 2
80 Bab 80 - Misteri Takdir
81 Bab 81 - Ikhlas Yang Sesungguhnya
82 Bab 82 - Kabar Bahagia Dan Sebaliknya
83 Bab 83 - Adakah Keadilan Itu?
84 Bab 84 - Malaikat Tak Bersayap
85 Bab 85 - Pilihan
86 Bab 86 - Kelahirannya
87 Bab 87 - Takdir-Nya
88 Bab 88 - Hancur
89 Bab 89 - Mengantarnya Pulang
90 Bab 90 - Pelajaran Langsung
91 Bab 91 - Luka Yang Lebih Dalam
92 Bab 92 - Haruskah Keadilan Itu Dipertanyakan?
93 Bab 93 - Kehidupan Yang Baru
94 Bab 94 - Berlian Ameer
95 Bab 95 - Kesempurnaan Di Balik Kekurangan
96 Bab 96 - Arti Dari 'Semua Ada Hikmahnya'
97 Bab 97 - Sang Malaikat Tak Bersayap
98 Bab 98 - Haruskah Memulai Hidup Yang Baru?
99 Bab 99 - Melangkah Dari Awal (Tamat)
100 Pengumuman
101 Bab 100 - Bonchap
102 Promo
103 Promo Dijodohkan Dengan Ustaz Tampan
104 Promo Merebut Kembali Suamiku
Episodes

Updated 104 Episodes

1
Bab 1 - Menyentuh Hatinya
2
Bab 2 - Bertemu Lagi
3
Bab 3 - Ingin Mendekat
4
Bab 4 - Takdir Meizia?
5
Bab 5 - Misteri Di Balik Matanya
6
Bab 6 - Fakta Tentangnya
7
Bab 7 - Tak Pantaskah?
8
Bab 8 - Kecewa kah?
9
Bab 9 - Kepedulian Yang Berarti
10
Bab 10 - Keputus-asaan Meizia
11
Bab 11 - Sebenarnya Juga Cinta
12
Bab 12 - Mencari Jawaban
13
Bab 13 - Penolakan
14
Bab 14 - Level Tertinggi Dalam Cinta
15
Bab 15 - Mau Pergi Atau Tinggal?
16
Bab 16 - Menyerah
17
Bab 17 - Jawaban Hati Ameer
18
Bab 18 - Salah Faham?
19
Bab 19 - Mencarinya
20
Bab 20 - Melangkahi Batas?
21
Bab 21 - Saatnya Memilih
22
Bab 22 - Membawanya
23
Bab 23 - Membantu
24
Bab 24 - Dari Hati Ke Hati
25
Bab 25 - Saatnya Melepaskan
26
Bab 26 - Menutup Kertas Hitam
27
Bab 27 - Membuka Lembaran Baru
28
Bab 28 - Pilihan Yang Dijanjikan
29
Bab 29 - Langkah Baru
30
Bab 30 - Awal Dari Perjalanan Yang Sesungguhnya
31
Bab 31 - Meyakinkan Mereka.
32
Bab 32 - Restu?
33
Bab 33 - Keputusan
34
Bab 34 - Hari Bahagia Menanti
35
Bab 35 - Persiapan Pernikahan
36
Bab 36 - Pilihan Terakhir
37
Bab 37 - Janji Suci
38
Bab 38 - Janji Suci Sang Pengantin
39
Bab 39 - Makmum Tercinta
40
Bab 40 - Malam Yang Berbeda
41
Bab 41 - Malam Yang Berbeda 2
42
Bab 42 - Kedua Ratu
43
Bab 43 - Bayang-bayang Kelam
44
Bab 44 - Menjadi Ratunya
45
Bab 45 - Penyerahan Diri
46
Bab 46 - Warna Baru
47
Bab 47 - Semakin Manis
48
Bab 48 - Cinta Sejati
49
Bab 49 - Roda Kehidupan
50
Bab 50 - Rencana Resepsi
51
Bab 51 - Hamil
52
Bab 52 - Antara Cinta Dan Noda
53
Bab 53 - Kebahagiaan Mereka
54
Bab 54 - Anugerah Atas Cinta-Nya
55
Bab 55 - Misteri?
56
Bab 56 - Pria Impian
57
Bab 67 - Kepergian
58
Bab 58 - Kabar Bahagia
59
Bab 59 - Kebahagiaan Yang Menanti
60
Bab 60 - Acara Resepsi
61
Bab 61 - Sang Pangeran
62
Bab 62 - Mengidam
63
Bab 63 - Suka Atau Tidak?
64
Bab 64 -
65
Bab 65 - Mengidam Lagi
66
Bab 69
67
Bab 67 - Lamaran Diterima
68
Bab 68 - Anugerah Untuk Yang Tercinta
69
Bab 69 - Syukuran
70
Bab 70
71
Bab 71 - Menuju Hari Pernikahan
72
Bab 72 - Yang Dipersiapkan
73
Bab 73 - Keistimewaan Wanita Hamil
74
Bab 74 - Yang Terjadi
75
Bab 75 - Yang Terjadi 2
76
Bab 76 - Takdir?
77
Bab 77 - Pasrah
78
Bab 78 - Takdir 2
79
Bab 79 - Pasrah 2
80
Bab 80 - Misteri Takdir
81
Bab 81 - Ikhlas Yang Sesungguhnya
82
Bab 82 - Kabar Bahagia Dan Sebaliknya
83
Bab 83 - Adakah Keadilan Itu?
84
Bab 84 - Malaikat Tak Bersayap
85
Bab 85 - Pilihan
86
Bab 86 - Kelahirannya
87
Bab 87 - Takdir-Nya
88
Bab 88 - Hancur
89
Bab 89 - Mengantarnya Pulang
90
Bab 90 - Pelajaran Langsung
91
Bab 91 - Luka Yang Lebih Dalam
92
Bab 92 - Haruskah Keadilan Itu Dipertanyakan?
93
Bab 93 - Kehidupan Yang Baru
94
Bab 94 - Berlian Ameer
95
Bab 95 - Kesempurnaan Di Balik Kekurangan
96
Bab 96 - Arti Dari 'Semua Ada Hikmahnya'
97
Bab 97 - Sang Malaikat Tak Bersayap
98
Bab 98 - Haruskah Memulai Hidup Yang Baru?
99
Bab 99 - Melangkah Dari Awal (Tamat)
100
Pengumuman
101
Bab 100 - Bonchap
102
Promo
103
Promo Dijodohkan Dengan Ustaz Tampan
104
Promo Merebut Kembali Suamiku

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!