Meizia tak habis pikir dengan apa yang ada dalam benak Ameer, bagaimana bisa ada orang yang baru bertemu dan langsung mengutarakan keinginan untuk meminang?
Seharian penuh Meizia terus memikirkan Ustaz tampan itu, senyum hangat pria itu selalu terbayang dalam benaknya. Kata-katanya yang lugas meski sulit ia percaya terus terngiang di telinganya.
Apakah dia serius?
Meizia ingin meragukannya, tetapi ia tak bisa saat mengingat tatapan Ameer. Pria itu jujur, berkata apa adanya.
Senang?
Jika saja Meizia tidak memiliki kehidupan seperti yang ia miliki sekarang, pastilah ia sangat senang karena ada pria yang hampir sempurna seperti Ameer mau meminangnya. Namun ....
"Mei?"
Meizia yang saat ini sedang duduk di depan meja riasnya langsung menoleh saat ada yang mengetuk pintu.
"Masuk, Ma!" seru Meizia.
Seorang wanita paruh baya dengan make yang tebal dan menor masuk ke kamar nya. "Sudah bisa bekerja malam ini 'kan, Sayang?"
Meizia menghela napas berat saat mendapatkan pertanyaan itu dari sang Ibu. "Belum, Ma, masih halangan," jawab Meizia malas.
"Astaga, lama sekali, Mei," keluh Ibunya itu.
"Baru empat hari, biasanya juga seminggu," tukas Meizia dengan mata yang memerah, ia menyimpan sesuatu yang menyakitikan saat menjawab pertanyaan itu.
"Ya sudah, kalau begitu kamu temani klien Mama makan malam. Katanya dia sangat ingin menghabiskan waktu denganmu."
"Ma, suruh yang lain aja lah," tolak Meizia.
"Tidak bisa, Mei, dia mau sama kamu saja katanya. Ayolah, Sayang."
Meizia menatap Ibunya itu dengan tatapan yang penuh ... amarah? Kekecewaan?
Yeah, semuanya bercampur menjadi satu. Namun, Meizia hanya bisa memendam semua rasa itu.
"Dandan yang cantik ya, Sayang, dia menunggu di bawah."
Meizia tak merespon, bahkan air matanya sudah tumpah tetapi sang Ibu langsung menyekanya dengan kasar. "Jangan seperti anak baru, Mei," tegurnya. "Jangan cengeng, dunia ini tidak akan kasihan sama kamu meskipun kamu menagis darah."
Setelah mengucapkan kalimat itu, sang Ibu segera keluar dari kamar Meizia guna menemui kliennya yang sudah menunggu.
"Seperti yang aku duga, Meizia hanya bisa menemani makan malam, Pak Tanto," ujar wanita paruh baya itu sambil menyilangkan kaki, menampilkan pahanya yang putih mulus.
"Ah, sayang sekali. Padahal aku sangat penasaran dengannya, semua orang mengaguminya," ujar pria yang dipanggil Pak Tanto itu. "Aku penasaran apa yang membuat dia spesial, Mami Lala?"
"Tentu karena tidak ada yang seperti dia, hanya klien pilihan yang bisa mendapatkannya itu pun dengan waktu tidak lebih dari tiga jam."
"Bukan karena dia putri kandungmu, kan?"
"Itu salah satu alasannya, dia aset yang sangat berharga bagiku dan bagi rumah bordil ini."
...🦋...
"Kamu cantik sekali, Mei, lebih cantik dari yang Mami kamu ceritakan."
Meizia hanya tersenyum miring mendengar pujian basi itu, pujian yang sudah keluar dari beberapa pria yang telah membeli raganya dengan nominal tertentu.
"Sayang sekali kamu tidak bisa menemani Om di ranjang, tapi tidak apa-apa. Beberapa hari lagi Om akan kembali menemui kamu," ujar pria paruh baya itu tersenyum sambil menyentuh rambut Meizia yang tergerai bebas.
Saat ini, Meizia dan kliennya itu sedang berada di jalan menuju sebuah restaurant untuk makan malam. Dan seperti biasa, Meizia tampil sangat cantik dan seksi sehingga membuat siapapun yang menatapnya pasti akan tersihir dan menginginkan Meizia.
Pria hidung belang itu mencuri pandang pada paha mulus Meizia yang terbuka, hingga fokusnya terbagi menyebabkan ia menabrak mobil di depannya.
Tentu saja hal itu membuat mereka berdua terkejut.
"Sial," geram pria itu sambil turun dari mobil karena pemilik mobil yang ditabrak juga turun.
Meizia melotot terkejut saat melihat pria itu ternyata Ameer.
Sementara itu, Ameer meringis saat melihat bagian belakang mobilnya lecet. "Maafkan saya, Pak, saya tidak sengaja," ucap Pak Tanto sambil mengeluarkan kartu namanya. "Saat ini saya sedang buru-buru, jadi kau bisa membawa mobilmu ke bengkel dan soal biaya biar saya yang urus."
Ameer membaca kartu nama itu kemudian ia menatap ke dalam mobil Pak Tanto. "Meizia?" gumam Ameer, bahkan tanpa pikir panjang pria itu langsung menghampiri Meizia.
"Hai, Meizia," sapa Ameer dengan senyum ramah seperti biasa.
Meizia tampak kikuk, ia tak tahu harus berkata apa sekarang.
"Apa dia ayahmu?" tanya Ameer lagi. "Itu bagus, aku akan berkelan—"
"Bukan," bantah Meizia dengan cepat, dada gadis itu tiba-tiba berdebar dan entah mengapa ia takut Ameer tahu bahwa pria itu adalah kliennya.
"Oh, jadi dia siapa?" tanya Ameer penasaran. Sementara Pak Tanto kini tampak bingung melihat Ameer yang terlihat senang berbicara dengan Meizia, bahkan terbersit dalam benaknya bahwa Ameer salah satu klien Meizia.
Meizia hanya bisa membuka mulut tanpa tahu harus menjawab apa, hingga tiba-tiba Meizia keluar dari mobil Pak Tanto kemudian berkata, "Aku menumpang, mobilku mogok."
Tentu saja Pak Tanto melongo mendengar pengakuan palsu Meizia.
"Oh, begitu."
Ameer melirik Pak Tanto kemudian ia menatap Meizia yang berpakaian sangat terbuka, entah kenapa muncul kekhawatiran dalam diri Ameer, bagaimana jika Meizia dilecehkan nanti?
"Pak, ini teman saya," seru Ameer akhirnya dengan percaya diri. "Biar dia pulang sama saya saja, terima kasih sudah membantu dan tidak perlu ganti rugi soal mobil."
"Tapi—"
"Ayo, Zia!"
Ameer langsung mengajak Meizia pergi tanpa memperdulikan Pak Tanto, dan entah apa yang ada dalam benak Meizia hingga ia langsung mengikuti langkah Ameer menuju mobilnya.
"Ya Tuhan, apa yang terjadi padaku? Kenapa aku takut Ameer tahu siapa aku? Bukankah aku tidak bisa menyembunyikan kebusukanku dari siapapun? Bukankah itu memang takdirku?"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 104 Episodes
Comments
Heny
Kasian keizia klau ameer tau yg sebenarnya apa kh ameer msh ngejar cinta keizia
2024-12-02
0
Erina Munir
ya ampuun...meizia ternyata.... ohhh ternyataa..😔
2025-02-12
0
Fera Wati
deg2 an baca krya otor ni
pasti banyk bawang ny
2023-02-12
0