Mereka terus berbincang di atas atap itu hingga jam pelajaran kedua pun dimulai. Mereka langsung bergegas turun. Namun, mereka terkejut saat melihat pak Torik salah satu guru mereka tepat berdiri di hadapan mereka, ia terlihat sedang berjalan menuju ke arah mereka.
'Apa ia mendengar pembicaraan kita?" batin keduanya saling melihat.
"Hai kalian, apa yang kalian lakukan disini Apa kalian tidak mendengar suara bel? Ayo kembali ke kelas kalian." Pak Thorik guru yang biasa mengajar sains.
"Nggak apa, Pak. Kami hanya menghirup udara segar, kami baru akan ke kelas, permisi, Pak," ucap Sesil menarik Yuka meninggalkan guru mereka itu yang terlihat mencurigakan.
"Apa kau yakin dia tak mendengarkan pembicaraan kita tadi?" tanya Yuka berbalik melihat ke arah guru itu yang terlihat menuju ke atap tempat mereka tadi berbincang. Yuka tak ingin ada orang lain yang tau tentang kondisi dan sepertinya ia membuat kesalahan dengan memberitahukan Sesil akan hal itu. Selama ini hanya Kak Yuna yang tau penyakitnya.
"Entahlah, aku juga tak tahu dia mendengar atau tidak, tapi sepertinya dia tak mendengarnya. Pak Torik baru akan datang dan sepertinya dia tak mendengarkan pembicaraan kita," ucap Sesil. Mereka saling pandang mengangkat bahunya dan berjalan menuju ke kelas mereka, keduanya akan mengikuti pelajaran jam kedua seperti biasanya.
Saat jam pulang sekolah, guru sains tadi memanggil Yuka ke laboratorium.
"Ada apa Pak Torik memanggilmu?" tanya Sesil.
"Aku juga tak tahu," jawab Yuka mengenakan tasnya.
"Apa kamu ingin aku menemanimu?" Tanya Sesil lagi.
Yuka berpikir sejak, bagaimana jika Pak Thorik mendengar pembicaraan mereka tadi. Itu akan sangat berbahaya.
Yuka pun mengangguk, dia juga masih merasa jika Pak Thori punya niat jahat pada mereka. Keduanya pun berjalan menuju ke ruang laboratorium.
Begitu mereka sampai di depan pintu laboratorium Yuka mengetuk pintunya.
"Masuk," ucap seseorang dari dalam dan mereka tahu jika itu adalah suara pak Thorik, guru sains mereka, membuat Yuka pun memutar gagang pintu melihat ke dalam dan melihat Pak Thorik yang terlihat sedang berkutat di laptopnya. Pak Thorik hanya menunjuk kursi yang ada di dekatnya tanpa mengalihkan pandangannya dari layar laptopnya.
Yuka melihat ke arah Sesil dan mereka berdua pun mengangguk, keduanya masuk ke dalam laboratorium itu dan duduk di kursi yang ditunjuk oleh pak Thorik, secara kebetulan ada dua kursi di sana.
"Ada apa, Sesil?" tanya pak Thorik.
Sesil hanya diam.
"Apa kau butuh sesuatu?" tanya Pak Thoriq melirik ke arah Sesil dimana yang ia panggil hanya Yuka.
"Tidak, Pak. Aku datang ke sini hanya untuk menemani Yuka, kami sudah ada janji ingin pergi ke suatu tempat. Jika Bapak tidak keberatan bolehkah Bapak memulainya. Kami ingin cepat pergi dan tak ingin ketinggalan," ucap Sesil membuat Pak Thorik yang tadi sibuk dengan apa yang dikerjakannya pun meletakkan penanya kemudian ia berdiri melihat ke arah Yuka. Pak Thorik meminta Yuka untuk melepas masker dan kacamatanya dan Yuka menurut.
Pak Thorik melihat luka yang ada di wajah Yuka dan juga bekas gigitan yang ada di tangannya. Kemudian ia mengambil jarum suntik bertujuan untuk menyuntik dan mengambil darah Yuka. Namun, Yuka langsung menghentikan tangan guru sainsnya itu. "Apa yang ingin bapak lakukan?" tanya Yuka menggenggam erat tangan Pak Thorik sehingga jarum suntik itu tak mengenainya.
"Aku tak sengaja mendengar pembicaraan kalian dan percayalah aku bisa membantu menyembuhkan kamu."
Yuka melihat kearah Sesil. Yuka tak percaya jika guru sains itu dapat mengganggu dan Aku tak perlu bantu bapak,"
"Tapi, Aku membutuhkan darahmu, aku akan menyelidikinya dan jika berhasil ini mungkin saja suatu saat nanti obatku akan diperlukan. Aku takkan memberitahu siapapun tentang kondisimu ini."
Darah Yuka memang aku dipakai atau di periksa berhasil membuat obatnya kamu orang pertama yang akan kuberikan ucap favorit meyakinkan Yuka berpikir sejenak iya tak ingin berada dalam situasi itu jika pada benar-benar bisa menyembunyikannya dari penyakit itu ia akan sangat berterima kasih jika pak Thorik mampu membuat obatnya. Ia pun melepas cengkraman tangannya pada tangan Pak Thorik membiarkan Pak Thorik mulai menghisap darah Yuka menggunakan jarum suntik.
"Sudah! Kamu boleh pergi," ucapnya kemudian Pak Torik memasukkan darah Yuka ke dalam sebuah tabung dan menyimpannya, tak lupa ia menuliskan sampel nama Yuka di sana dan membuang alat suntiknya tadi ke tempat sampah.
"Baik, Pak," ucap keduanya Kemudian mereka pun keluar dari ruangan itu, keduanya berjalan sambil terus terdiam memikirkan pikiran mereka masing-masing.
"Apa untungnya dia mengambil darahmu? Apakah itu tak akan berbahaya?" tanya Sesil yang ia tahu Virus zombie itu sangat berbahaya.
"Entahlah, semoga saja dia memang berniat baik dengan darahku itu." Kemudian mereka pun berjalan keluar dari pintu gerbang sekolah, mereka berpisah Yuka berjalan menuju ke arah kanan dan sesil menuju ke arah kiri. Mereka kembali ke rumah mereka masing-masing, sedangkan Pak Thoriq sibuk mulai meneliti darah Yuka dan tiba-tiba suara ketukan pintu terdengar.
""Masuklah," jawabnya
"Aku ingin mengambil sampah, Pak," ucap tukang sampah yang berkeliling untuk mengumpulkan sampah di setiap ruangan, termasuk ruangan Pak Thorik.
Pak Thoriq tanpa mengalihkan pandangannya hanya menunjuk ke arah tempat sampah, membuat tukang sampah itu pun masuk dan mengambil sampahnya dan kembali merapikan tempat sampah itu di tempatnya dan sudah kosong.
Tukang sampah itu memikul sampahnya dan berjalan dan tanpa sengaja jarum suntik yang tadi dipakai pak Thorik menyuntik Yuka tak ditutup Pak Thoriq. Membuat jarum suntik itu menusuk punggung tukang sampah itu.
Sisa darah Yuka yang ada di jarum suntik menyatu dengan darah tukang sampah itu, membuat tubuhnya langsung bereaksi, si tukang sampah itu kesakitan ya langsung jatuh pingsan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 35 Episodes
Comments