Yuka mengambil kacamata yang diberikan oleh Yuri dan memakainya ia berdiri dari duduknya berjalan melewati Yasmin dengan menabrak bahunya. Yasmin hanya melihat kesal pada Yuka yang keluar dari kelas mereka.
Melihat itu Sesil juga keluar dari kelas itu, ia sudah tak mood untuk belajar. Dengan kejadian yang baru saja disaksikannya mungkin lebih baik ia menenangkan diri di lantai atap gedung sekolah itu dan mengikuti pelajaran di jam berikutnya.
Yuka naik ke lantai atas, ia menaiki tangga satu demi satu diikuti oleh Sesil.
Yuka yang juga memiliki pendengaran yang tajam menghentikan langkahnya dan berbalik melihat Siapa yang mengikutinya.
"Kenapa kamu tidak masuk? Sebentar lagi jam pelajaran akan dimulai," ucap Yuka yang melihat jika yang mengikutinya itu adalah Sesil.
"Aku malas," ucap Sesil berjalan mendahului Yuka dan ia pun membuka pintu dan berjalan menuju ke atap rumah sekolah itu.
"Apa kamu sering berkelahi? Apa luka itu kamu dapatkan karena berkelahi?" tanya Sesil bersandar di dinding dengan tangan dilipat didada.
Yuka membuka jaketnya, membuka masker dan juga kacamatanya. Ia memperlihatkan tubuhnya di mana tubuhnya banyak sekali luka lebam, ada gigitan, juga luka di matanya.
"Hebat kamu pasti sangat jago dan berkelahi. Aku jadi penasaran siapa lawanmu, sesekali ajaklah aku aku juga! Aku ingin meluapkan semua kekesalan ku dengan meninju orang," ucap Sesil.
"Kamu tak takut padaku? Bukankah semua ini terlihat mengerikan?" tanya Yuka duduk di samping Sesil. Tadinya ia mengira jika Sesil akan takut jika melihat penampilannya. Namun, ternyata Sesil hanya santai tak ada rasa takut sedikitpun di wajahnya.
"Takut? Kehidupanku jauh lebih mengerikan dari penampilanmu. Yuri saudara kembarmu kan? Kamu punya kakak yang bernama Yuna dan kalian hidup bahagia saling menyayangi," ucap Sesil membuat Yuka terkejut.
"Dari mana kau tahu semua itu?" tanya Yuka.
"Aku penasaran denganmu makanya aku mengikutimu dan menanyakan ke beberapa orang yang ada di apartemen kalian, aku juga baru tahu minggu ini."
Mereka berdua kembali terdiam. "Kau lihat kan bagaimana perbedaanku dengan Yuri, walau kami Saudara kembar tapi kami sangat berbeda. Aku sangat iri padanya," ucap Yuka membiarkan cahaya matahari menerpa kulitnya yang selalu di tutupi nya.
"Jika kamu saja iri pada adikmu bagaimana denganku. Aku bahkan iri padamu, jika bisa biarkanlah aku di posisimu. Aku tak masalah."
"Jangan berkata seperti itu, kau belum tahu siapa aku. Aku ini monster, aku bisa saja melukaimu dengan cara menggigitmu."
Mendengar itu Sesil langsung memberikan tangannya di depan mulut Yuka.
"Ayo gigit aku! Aku juga ingin menjadi sepertimu. Aku ingin jadi monster sepertimu agar aku bisa keluar dari semua rasa sakitku. Setiap hari rasanya begitu berat bagiku, ingin rasanya aku mati saja."
"Memangnya apa masalahmu?" tanya Yuka.
Sesil pun mulai menceritakan semua masalahnya, dimana dia hanyalah gadis yatim piatu yang diadopsi oleh pamannya, saat pulang sekolah dia akan terus bekerja dan terus mendapat cacian dari keluarga angkatnya. Sesil juga memperlihatkan beberapa luka lebam di bagian belakangnya.
"Lihatkan, betapa mengerikannya mereka. Mereka sengaja tak melukai bagian yang bisa terlihat oleh orang lain, tapi lihatlah mereka melukai bagian-bagian yang bisa aku tutupi agar tak ada yang mencurigai mereka. Aku bahkan pernah dilecehkan oleh ayah angkatku sendiri."
"Mengapa kau tak pergi dari rumah itu?"
"Aku sudah pernah mencoba pergi dari rumah itu. Namun, mereka terus berhasil menemukan ku. Bukan hanya cuma sekali, tapi beberapa kali mungkin aku kurang pandai untuk melarikan diri dan setiap aku ketahuan melarikan diri mereka akan langsung menjualku ke beberapa orang. Aku harus melayani mereka secara paksa, dan semua itu menyakitkan. Aku sampai takut dan tak berniat lagi untuk kabur. Mereka sudah mengancam jika aku kembali kabur ia kan kembali melakukannya, dia akan kembali menjualku ke beberapa orang," ucap Sesil tertawa kecil. Namun, air matanya menetes, selama ini ia sengaja tak mengurus penampilannya agar tak ada yang tertarik dengannya. Namun, tetap saja ia tak bisa mempertahankan kehormatannya .
"Kamu sendiri apa masalahmu?" tanya Sesil.
"Aku bukan manusia, entahlah aku juga bingung aku ini manusia atau mayat hidup."
"Zombie?" jawab Sesil.
"Apa kau percaya?"
"Tentu saja aku percaya. Lihatlah luka lebam di matamu itu," ucap Sesil kemudian ia memukul luka itu dan benar Saja Yuka tak merasakan sakit. Sesil tersenyum saat melihat tak ada reaksi dari Yuka.
"Apa kau haus darah? Kenapa kau tak menggigit Yasmin saja tadi. Jika aku jadi kau, aku akan menggigitnya, menghisap semua darahnya."
Yuka tersenyum sinis. Ternyata ada yang senasib dengannya, bahkan sudah tahu jika dirinya adalah zombie Sesil tak takut dan ragu untuk berteman dengannya.
"Tapi, tunggu? Apa kamu bisa menahannya? Mengontrolnya?"
Yuka mengangguk.
"Sejak kapan kamu menjadi zombi" tanya Sesil yang mulai tertarik dengan pembahasan mereka.
"Aku juga tak tahu, tapi aku menyadari jika aku berbeda dari yang lainnya saat duduk di bangku kelas 3 di sekolah dasar. Sejak saat itu aku terkadang menginginkan menggigit seseorang. Namun, Kak Yuna menjelaskan jika aku sampai menggigit orang lain mungkin orang itu juga akan menjadi sepertiku, dulu aku hanya mengalaminya mungkin setahun sekali membuat Kak Yuna terus mengurungku selama seminggu jika aku sampai kembali tak bisa menguasai diriku. Namun, bertambahnya usiaku sepertinya semakin sering aku tak bisa mengendalikan diri dan akhir-akhir ini aku bahkan tak bisa menguasai diriku bisa sampai sebulan sekali.
Sesil dengan dengan hati-hati penjelasan Yuka kemarin aku juga tak bisa menguasai diriku. Untung saja aku tak melukai siapapun dan masih sadar untuk tak melukai Yuri.
"Apa sekarang kau merasa ingin menggigitku?" tanya Sesil membuat Yuka menggeleng.
Mereka terus membahas masalah zombie, Sesil terus bertanya dan bertanya bagaimana ia menahannya. Bagaimana jika ia sampai berubah dan apa saja yang dirasakannya. Yuka terus menjawabnya ia merasa semua beban yang selama ini ditanggungnya sedikit berkurang dengan bercerita kepada Sesil. Terlebih lagi Sesil yang terlihat polos mendengarkan semua ceritanya.
Tanpa mereka sadari ada seseorang yang mendengar pembahasan mereka dari balik pintu.
Ya dia adalah seorang pengajar yang bekerja di lab. Sudah lama ia meneliti tentang zombie . Namun, ia selalu gagal mendengar percakapan mereka.
Senyum terbit di bibirnya dan sudah merencanakan sesuatu untuk menjadikan Yuka bahan percobaannya q
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 35 Episodes
Comments