Yuka Si Gadis Zombie
"Kak Kamu kenapa?" tanya Yuri khawatir saat melihat mata Yuka yang merah dan ia terlihat sedang menahan kesakitan.
"Menjauh dariku, keluar dari kamarku!" bentak Yuka dimana saat ini aroma tubuh Yuri sudah semakin membuatnya tak tahan ingin menggigitnya. Namun, Ia terus menahan agar tak sampai menyakiti saudara kembarnya itu.
"Nggak, aku nggak akan keluar. Aku akan bantu Kakak. Katakan apa yang bisa aku lakukan untuk membantu kakak?" Yuri sangat kasihan sekaligus takut melihat kakaknya kini berguling di lantai bahkan memukul kepalanya sendiri.
"Keluar!" bentak Yuka, tapi Yuri malah semakin mendekat.
Yuka mendorong tubuh Yuri agar menjauh darinya, saat adik kembarnya itu terus saja mendekatinya.
Yuna Kakak tertua mereka usianya sudah menginjak 25 tahun mendengar keributan yang terjadi di kamar adiknya. Iapun dengan cepat berlari menghampiri mereka. Yuna pun langsung bergegas menuju ke kamar Yuka.
"Yuri! Ada apa dengan Yuka?" tanya Yuna.
"Nggak tahu, Kak," jawab Yuri sudah menangis ketakutan, ia tak pernah melihat kakaknya dalam kondisi seperti itu. Yuka bahkan menggigit tangannya sendiri hingga berdarah.
Yuna yang melihat itu langsung menarik Yuri untuk keluar dari kamar itu.
"Kakak, aku juga ingin membantu Yuka. Aku ingin masuk," ucap Yuri kembali menerobos ingin masuk. Namun, Yuna kembali menahannya.
"Tunggulah di luar, apapun yang terjadi di dalam nanti jangan pernah membuka pintu atau meminta orang untuk membuka pintunya. Jangan pernah mendekat, Kamu mengertikan apa yang kakak katakan," ucapnya membuat Yuri pun mengangguk. Ini bukan pertama kalinya mereka dalam situasi seperti itu dan setiap kali mereka kembali mengalaminya Yuna selalu mengulangi kata-kata nya agar Yuri tak mendekati kamar.
Yuri pun memundurkan langkahnya menjauhi pintu itu dan Yuna pun menutup pintunya, menguncinya dengan rapat dan berbalik. Tiba-tiba Yuka langsung menyerangnya.
Yuri tersentak kaget saat mendengar suara berisik dari dalam kamar, terdengar seperti pintu itu di dobrak dari dalam dan ada suara barang-barang yang jatuh. Namun, ia mendengarkan apa yang tadi dikatakan oleh kakaknya jika ia tak boleh mendekati pintu itu.
Yuri duduk di lantai memeluk erat kakinya dengan tubuh yang bergetar, ia terus mendengarkan dan menebak apa yang terjadi di dalam sana. Yuri melihat pintu utama terbuka, seperti kakaknya tadi lupa untuk menutupnya, Ia pun bergegas langsung menutupnya pintunya, mereka tinggal di Apartemen sederhana, membuat mereka tinggal berdampingan dengan yang lainnya. Apartemen yang memiliki banyak penghuni lainnya. Ia tak ingin sampai orang lain mengetahui keributan yang terjadi di kamar kakaknya. Yuri juga menutup semua jendela.
Yuri tahu jika sesuatu terjadi di dalam kamar itu. Namun, ia tak tahu apa yang terjadi. Ia sudah sering mendengar semua itu. Namun, ia tak tahu apa yang terjadi sampai sakarang.
Bukan hanya sekali ia menanyakan kepada kakaknya Yuna sebenarnya apa yang terjadi dengan mereka. Namun, Yuna kakak tertuanya hanya mengatakan jika ia fokus saja pada pelajarannya dan jika ia bertanya kepada Yuka, Yuka hanya mengatakan jangan mendekatinya jika tak ingin terluka.
Yuri dan Yuka adalah anak kembar. Namun, keduanya memiliki sifat yang sangat berbeda. Yuri selalu ramah dan memiliki banyak teman, ia anak yang pintar terlebih lagi wajahnya yang cantik, ia dengan sangat mudah berteman banyak orang yang ingin berteman dengannya, berbeda dengan Yuka yang sering menyendiri, ia jarang berbicara kepada teman-temannya, wajahnya juga cantik, tapi ia selalu menutupi wajahnya menggunakan masker, dan jaket Hoodie, terlihat lagi ada beberapa luka yang harus di tutupinya.
Yaka sudah sekolah di SMA itu memasuki tahun ketiga. Namun, tetap saja ia tak memiliki teman dekat, hanya satu orang yang selalu berbicara padanya. Dia adalah Sely, salah satu teman kelasnya yang juga dijauhi oleh teman lainnya karena penampilannya yang terlihat berbeda dari mereka, memakai kacamata tebal dan juga rambut yang tebal. Teman-temannya sering mengejeknya sebagai wanita singa. Namun, ia tak pernah peduli akan hal itu, ia tak peduli jika tak ada yang mau berteman dengannya, itulah yang menyebabkan ia dan Yuka terkadang bertemu di atap sekolah. Walaupun mereka tak banyak bicara. Namun, mereka saling mengenal. Terkadang berbagi makanan yang mereka bawa dari rumah. Keduanya lebih senang makan bekal mereka di atap sekolah dibanding bergabung dengan teman-teman mereka yang lain di kantin.
Yuri menajamkan pendengarannya, sudah tak ada lagi suara gaduh dari dalam kamar kakaknya, Yuka.
Yuri melihat gagang pintu yang terputar, ia pun langsung berdiri dan melihat kakaknya Yuna keluar dari dalam kamar Yuka, terlihat kelelahan dan penampilannya juga sangat berantakan, terlihat ada darah segar di sudut bibirnya.
"Kakak, kakak nggak apa-apa?" tanya Yuri membuat Yuna hanya menggeleng.
"Masuklah ke kamarmu dan jangan mendekati kamar Yuka untuk hari ini," ucap Yuna kembali mengunci pintu kamar adiknya itu dan menyeret kakinya ke kamarnya.
Walau Yuri merasa tak rela meninggalkan kamar kakaknya. Namun, Ia tetap menuruti apa yang kak Yuna katakan. Yuri pun kembali ke kamarnya.
Di kamar Yuka.
Yuka berjalan ke kamar mandi, ia melihat penampilannya yang begitu sangat menjijikkan, matanya merah dan ada lebam di Matanya. Bahkan ada robekan di kelopak matanya. Ia mendorong matanya yang nyaris keluar dari tempatnya. Yuka tersenyum getir saat ia sama sekali tak merasakan sakit. Yuka juga melihat bekas gigitannya sendiri di tangannya. Sama saja tak ada rasa sakit di sana.
Yuka menampar wajahnya sendiri, "Mengapa, mengapa aku seperti ini? Mengapa aku berbeda? Aku ingin mati Saja," ucap Yuka tertawa kecil menertawakan dirinya sendiri, ia terus jalan mundur dengan pandangan melihat wajah mengerikannya di pantulan cermin hingga tubuhnya membentur pintu kamar mandi. Ia pun duduk di lantai menangisi keadaannya yang berbeda dari yang lainnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 35 Episodes
Comments