Pipi Akhmar yang menempel di lantai terasa memanas. Sedikit saja menyinggung soal Aiza, Akhmar selalu merasa terusik. Jamed tau betul letak kelemahan Akhmar, yaitu Aiza. Bayangan buruk tentang Aiza pun menari- nari di kepala Akhmar. Andai saja Jamed nekat melakukan aksi bejatnya itu, maka Akhmar tidak akan mungkin bisa hidup dengan tenang.
“Aiza sekarang sedang mencemaskan lo. Dia nungguin lo di teras rumah, apa lo nggak akan nangis darah kalau gue suruh orang buat ngenakin dia?” Jamed tertawa sarkas.
“Berani apa lo? Ada satpam di rumah gue. Lo pikir satpam gue itu bodoh? Gue bayar dia mahal supaya bisa menjaga keamanan. Dia bisa mengamankan Aiza.” Akhmar berkata dengan tenang meski sebenarnya hatinya cemas.
“Baik. Lo yakin?” Jamed kemudian melakukan video call. Entah siapa yang diperintahkan oleh Jamed untuk menjadi mata- mata di sekitar Aiza hingga ia bisa mendapatkan gambar secara langsung, yang di sana memperlihatkan Aiza tengah mondar- mandir di teras sambil sesekali mengawasi layar hape.
“Lo percaya nggak kalau Aiza bakalan diam di tempat saat mendnegar kabar bahwa lo kecelakaan? Pasti Aiza bakalan langsung beranjak kan? Oke, gue akan bikin Aiza keluar rumah. Gue akan telepon dia melalui hape lo ini dan ngabarin kalau lo kecelakaan. Dia pasti langsung percaya. Setelah itu… gampanglah.” Jamed terkekeh lagi.
Jantung Akhmar mulai berdetak tak menentu. Cemas. Aiza terus dimata- matai.
“Bukan Cuma Aiza aja yang jadi target gue, juga Zahra. Wanita itu lumayan menarik. Dia pasti enak kalau digenjot. Ha ha haaa…” Jamed tampak merasa menang. “Apa lo tau kalau Zahra sekarang udah pindah kontrakan? Dia tinggal sendirian. Mudah saja bagi gue melakukan apa aja kepadanya. Apa lagi sekarang dia nggak punya akses untuk menghubungi keluarganya. Sebab gue udah memutus akses Zahra buat ngubungin keluarganya dengan cara gue. Kalian semua nggak akan bisa menemukan keberadaan Zahra.”
Akhmar melepas napas kasar. Bukan hanya Aiza, tapi juga Zahra.
Jamed lalu tegak berdiri, menghubungi seseorang. Ia bersiap hendak memerintah seseorang untuk melancarkan aksinya.
“Apa yang harus gue lakuin?” tanya Akhmar menghentikan tingkah Jamed.
Pria bertato itu kembali jongkok, menatap Akhmar dengan girang. “Akhirnya, lo mau juga ngikutin kemauan gue?”
Akhmar menatap tajam mata Jamed, muak.
“Malam ini mereka sedang mengadakan janji untuk pertemuan transaksi, lo harus ke sana menyamar jadi apa aja, terserah lo. Setelah itu, lo tuntasin tugas lo, bunuh Marfel. Ini orangnya!” Jamed memperlihatkan foto di hape nya. Wajah pria sangar yang sama sekali tak menarik.
Akhmar masih diam.
“Lo punya bakat dalam urusan ini, Akhmar. Lo juga sama bejatnya kayak gue. Lo bahkan punya kemampuan lebih dari gue.” Jamed mengambil senjata api. Lalu meletakkan benda itu di hadapan Akhmar. “Itu buat lo. Pegang benda itu untuk ngelancarin aksi lo. Waktu lo nggak banyak. Cuma dua jam. Sebab pertemuan yang dilakukan oleh para baj*ngan itu hanya sebentar, setelah itu mereka akan bubar dan meninggalkan kota cukup lama. Maka lo nggak boleh buang kesempatan ini. ingat Akhmar, kalau lo gagal, Zahra bisa mampus.”
Jamed melepas tali yang mengikat tubuh Akhmar.
Seluruh organ tubuh Akhmar terasa ngilu sekali, kesemutan. Bekas ikatannya terlalu kuat sekali.
Akhmar bergerak pelan bangkit berdiri, mengambil senjata api itu. Ia lalu menodongkan senjata itu ke arah kepala Jamed.
Seketika situasi langsung menegang.
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 54 Episodes
Comments
Cahaya Hayati
tembak Jagan banyak tanya habisi semua 😠😠😠
2023-01-26
1
♥(✿ฺ´∀`✿ฺ)Ukhti fillah (。♥‿♥。)
akhmar klo lo mau bunuh jamed skr zahra sma aiza taruhan nya
2023-01-06
0
Sari Ari
aduh thor ko ngeri kali critanya tolong jangan bikin akmar kembali ke masa lalunya plisss
2022-12-10
0