Orang itu lalu menelfon, dan memberi tahu apa kegiatan Bintang hari ini.
"Halo bos, lapor. Bintang baru saja pulang di antar oleh laki-laki. Saya kurang tau dia siapa. Baik bos akan saya cari tau dia siapa. Baik bos"
Setelah mematikan telfonnya orang itu pun pergi.
*****
Di rumah Dimas
Dimas saat ini sedang berada di ruang kerjanya.
Ia membaca biodata tentang Bintang yang ia dapatkan dari suruhannya.
Biodata yang di lengkapi dengan foto-foto dari masa kecil Bintang.
"Gadis yang cantik. Tidak hanya cantik, pintar, dan selalu membuat ku terpana setiap kali melihatnya. Foto masa kecil mu saja sudah se cantik ini dan sekarang kamu semakin cantik"
Gumam Dimas sambil menatap dan meraba foto-foto Bintang
Banyak sekali foto foto curian dan di ambil diam-diam tanpa sepengetahuan Bintang.
Lewat orang suruhannya Dimas mengetahui semua kegiatan Bintang setiap harinya.
Sejak pertemuan pertama malam itu Dimas langsung jatuh hati pada Bintang.
Dan sekarang di berniat akan mempersunting Bintang.
Toktoktok...
"Kakak, makan yuk. Makan malam udah siap" panggil Hani dari luar pintu
Segera Dimas membereskan foto-foto Bintang dan menyimpannya di dalam laci.
"Iya, bentar"
Dimas lalu turun ie bawah, di sana papa dan mamanya sudah menunggunya.
"Hai pa, ma..." Sapa Dimas
"Kamu sibuk banget ya, pulang dari kantor bukannya istirahat malah sibuk sendiri di ruang kerja" ujar bu Ririn
"Ga terlalu sih ma"
"Ya maklum lah, namanya juga jiwa muda. Pasti rasanya berapi-api untuk terus bekerja" saut pak Hendra
"Kerja terus, lama-lama jomblo sampe tua loh" celetuk Hani
"Heh, bocil kalo ngomong ga pake filter" Dimas menjitak kepala Hani hingga membuat nya berseru
"Aduh, mama...." Rengek Hani sambil mengusap kepalanya
"Dimas, kasihan adek kamu. Sakit dia tuh" tegur bu Ririn
"Ututututu.... Si tukang ngadu. Maap ya.."
"Sudah sudah, hentikan. Ayo mulai makan nanti keburu dingin makanan nya" sela pak Hendra
Semua pun langsung makan tanpa ada yang bercanda lagi.
Ketika semua sedang menikmati makanannya, Dimas tiba-tiba ngomong hal yang bikin kedua orang tuanya terkejut begitu pun dengan Hani.
"Pa, ma Dimas mau ngomong penting"
"Mau ngomong penting, tentang apa?" Tanya pak Hendra
"Dimas mau menikah"
Pak Hendra terdiam dan tak percaya, sedangkan Hani yang sedang minum seketika langsung tersedak, juga bu Ririn yang tersedak makanan nya.
"Kalian kenapa kompak tersedak gini? Emang kedengarannya aneh?" Tanya Dimas
"Kamu ngomong apa barusan Dimas? Mau nikah?" Tanya balik pak Hendra
Sambil menyuapi makanan ke mulut nya Dimas mengangguk "Iya pa, Dimas mau nikah"
"Mau nikah sama siapa, pacar aja kakak ga punya" sela Hani
"Iya Dimas, benar kata Hani. Kamu kan masih belum pernah punya pacar, sekarang malah mau langsung nikah"
"Emangnya syarat menikah harus punya pacar lebih dulu? Enggak kan ma"
"Bukan itu maksud mama kamu, aneh aja kedengarannya. Ga ada angin ga ada hujan tiba-tiba kamu mau nikah. Pertanyaan nya gadis mana yang mau kamu nikahin?" Tanya pak Hendra
"Ada pa, dia gadis yang berbeda dari biasanya, gadis yang belum pernah aku temuin sebelumnya"
Mendengar itu papa, mama dan adiknya menjadi penasaran, gadis seperti apa yang di maksud Dimas
"Siapa sih?" Tanya bu Ririn
"Udah, kalo kalian ingin tahu seperti apa gadis yang aku maksud habis makan aku kasih lihat fotonya"
"Bikin makan ga tenang aja kakak nih, suka banget hoby nya bikin orang penasaran" saut Hani
"Udah cepetan makannya, biar bisa cepet tahu gadis seperti apa yang berhasil mencuri hati anak papa" sambung pak Hendra
Dengan tidak sabar mereka segera menghabiskan makanannya, setelah itu Dimas meminta mereka untuk duduk menunggu nya di ruang tengah.
Dengan rasa penasaran yang tinggi, Hani dan mama nya sibuk menerka nerka gadis yang akan di nikahi Dimas.
"Sudah, berhenti menerka nerka. Tuh Dimas udah datang, bawa apa itu" ujar pak Hendra
Begitu Dimas duduk, Hani langsung mendekat dan bertanya
"Itu apaan kak?"
Dimas lalu menberikan biodata Bintang pada papa nya, dan memberikan pada mama dan Hani semua foto-foto Bintang.
Pak Hendra dengan seksama membaca biodata Bintang, sedangkan bu Ririn dan Hani di buat tetkejut karena gadis yang akan di nikahi Dimas adalah gadis berhijab.
"Sungguh sangat di luar ekspektasi" celetuk Hani
"Ya, ini juga di luar ekspektasi mama. Aku pikir Dimas akan menikah dengan model, wanita karir atau yang lain. Ini kamu pilih ustadzah?" Tanya bu Ririn
"Dia bukan ustadzah ma, dia saat ini masih kuliah semester akhir"
"Kuliah semester akhir, dia bisa apa? Apa dia juga sudah bekerja?"
"Biar lebih jelas mama baca biodata nya aja ya"
Selesai membaca biodata Bintang, oak Hendra menyerahkannya pada bu Ririn.
Hani juga kepo dan ingin tahu, ia juga ikut membacanya bersama bu Ririn.
"Apa yang membuat mu yakin untuk menikahi gadis ini?" Tanya pak Hendra
"Aku sudah jatuh hati padanya sejak pandangan pertama pa"
"Sudah berapa lama kamu kenal dia"
"1 minggu yang lalu, saat aku menjadi tamu undangan di acara bazar di universitas *****"
"Kenal baru 1 minggu dan kamu sudah berani untuk menikahi dia? Kamu ga salah Dimas?" Tanya pak Hendra tak percaya
Bagaimana mungkin Dimas bisa memilih calon teman hidup untuk selamanya dengan hanya mengandalkan suka pada pandangan pertama.
"Menikah itu bukan main-main nak, jangan sampai kamu salah pilih"
"Nah betul tuh kata papa, apa lagi dia lulusan pesantren. Bisa apa dia?" Saut bu Ririn yang tampak sangat jelas meragukan Bintang
"Tidak ada yang tidak dia bisa ma, mama sudah baca semuanya kan? Dimas benar benar yakin sama dia pa, ma. Dimas ingin menikah dengannya"
"Aduh kakak, apa ga ada gadis yang lebih modern dan lebih modis dari pada dia? Di dunia ini banyak yang lebih cantik dari dia" ujar Hani
"Sama seperti Hani, mama juga kepikiran ke arah situ. Bukannya dia terlalu norak dan sok agamis ya. Gantilah Dimas, jangan sama dia"
"Mama ingin menantu yang seperti apa, yang urak urakan dan suka berpakaian seksi?" Tanya Dimas
"Ya ngak lah, tapi ya setidaknya tidak malu-malu in lah kalo mama ajak dia arisan. Apa kata teman-teman mama, mama yang selalu dengan rambut yang tergerai mempunyai menantu seperti ustazah. Bisa-bisa mama jadi bahan olokan nanti"
"Kok mama malah gitu sih, penampilan saja mama permasalahin segitunya"
"Aku juga kurang setuju sih kak, bener kata mama. Aku sama mama ga pake kerudung, terus kakak mau menikah dengan ustazah berkerudung lebar. Ga se frekuensi sama keluarga kita"
Pak Hendra kemudian melerai perdebatan Dimas, Hani dan mamanya
"Sudah cukup. Itu hanya masalah pakaian, tidak penting. Semua keputusan ada di tangan Dimas, karena Dimas yang akan menjalaninya.
Sekarang papa tanya sama kamu, seberapa banyak kamu mengetahui gadis ini, dari kebiasaannya, karakter nya?"
"Dimas sudah menyuruh anak buah Dimas untuk memata matai dia beberapa hari ini, dan semua yang ada di biodata itu benar adanya pa"
Jelas Dimas
☀️☀️☀️☀️☀️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 83 Episodes
Comments
Hanipah Fitri
sepertinya ceritanya bagus nih
2023-01-17
2