Aulia, Anna dan Azka sedang duduk di kursi makan. Terlihat banyak menu makanan di atas meja makan, ada tumis cina kangkung, telor mata sapi tanpa sambal, sayur bening, dan tak lupa sosis goreng permintaan Anna.
“Hem…macakan Mami wangi,” puji Anna, kedua kaki menggantung bergoyang-goyang.
“Terimakasih atas pujiannya, kalau gitu mari kita makan. Abang Azka, tuntun doa makan, ya?” pinta Aulia.
Azka mengangguk, kedua tangan langsung ia satukan, dan membaca doa makan :
بِسْمِ اللّٰهِ ا لرًَ حٌمٰنِ الرَّ حِيْمِ
" Bismillahirrahmanirrahim"
Artinya :
Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.
اَ للَّهُمَّ بَا رِ كْ لَنَا فِيْمَا رَ زَ قْتَنَا، وَقِنَا عَذَ ا بَ ا لنَّا رِ
"Allaahumma baarik lanna fiimaa razaqtanaa waqinaa 'adzaa ban-naar"
Artinya :
Ya Allah, berkahilah kami atas rezeki yang Engkau berikan kepada kami, dan jauhkan lah kami siksa api neraka.
Setelah Azka menuntun doa makan bersama, Aulia meletakkan nasi di atas piring Anna, dan Azka, tak lupa sayur, dan lauk nya.
“Makannya pelan-pelan ya sayang,” ucap Aulia mengingatkan Azka dan Anna, agar tidak makan buru-buru.
“Iya Mami,” sahut Azka dan Anna serentak.
Azka, Anna, dan Aulia mulai menciduk nasi, lauk, dan sayur. Melahap makan dengan pelan-pelan. Namun, di tengah-tengah santap makan siang. Azka meletakkan sendok dan garpu miliknya di sisi piring.
“Kenapa sayang?” tanya Aulia penasaran, kenapa Azka menghentikan makannya.
“Mami, apa Papi sudah makan?” tanya Azka memikirkan Azzuri.
“Tentu saja sudah, Papi ‘kan orang dewasa. Kalau Papi merasa lapar, dan haus, pasti Papi akan segera membeli yang ia butuhkan. Kamu kenapa bertanya seperti itu sayang?”
“Nggak apa-apa. Abang hanya kepikiran Papi saja. Mami tidak berencana mengajak Papi untuk tinggal bersama di rumah kita ini?” tanya Azka.
Aulia hanya diam, ia menarik nafas panjang, memberi senyum manis kepada Azka.
"Mami?!" panggil Azka.
“Abang Azka, kita lagi makan sayang. Sebaiknya kita makan dulu, setelah itu nanti kita lanjut mengobrolnya. Abang tahu ‘kan, kalau berbicara sambil makan itu tidak baik?”
“Baik Mami,” sahut Azka, ia kembali melanjutkan makannya.
‘Maafkan Mami, nak,’ batin Aulia, tatapannya mengarah ke Anna dan Azka, sedang menikmati santap makanannya.
20 menit berlalu, Anna, Azka, dan Aulia sudah selesai makan siang. Aulia, Anna, dan Azka menyatukan kedua tangan mereka kembali, untuk berdoa.
Azka kembali menuntun doa selesai makan :
اَ لْحَمْدُ لِلَّهِ ا لَّذِ ى أَ طْعَمَنَا وَ سَقَا نَا وَ جَعَلَنَا مُسْلِمِينَ
"Alhamdulillaahil ladzii ath'amanaa wasaqoonaa waja'alanaa muslimiin"
Artinya :
Segala puji bagi Allah yang memberi kamu makan dan minum serta menjadikan kamu orang-orang yang berserah diri (muslim).
"Amin," ucap Aulia, Anna, dan Azka serentak.
Aulia beranjak dari duduknya, "Mari kita bereskan bekas makanan kita," ajak Aulia lembut kepada anak-anaknya.
"Baik Mami," sahut Azka dan Anna serentak.
Anna, dan Azka membantu Aulia membereskan meja bekas mereka makan, sedangkan Aulia mencuci piring kotor. 15 menit kemudian, Anna dan Azka sudah selesai membereskan sisa makanan di atas meja. Kini Azka dan Anna berdiri di sisi kanan/kiri Aulia, masih sedang mencuci piring.
“Mami, adek mengantuk. Nanti, Mami akan temani adek dan abang tidur ciang ‘kan?" tanya Anna, suaranya terdengar mulai mengantuk.
“Iya, kalian tunggu Mami di dalam kamar dulu. Sebentar lagi Mami akan selesai mencuci piringnya,” sahut Aulia.
Azka merangkul Anna, “Yuk dek, kita tunggu Mami di dalam kamar,” ajak Azka.
“Hem,” sahut Anna mengangguk.
Azka dan Anna berjalan meninggalkan ruang makan, sekaligus ruang dapur. Rumah ruko milik Aulia bisa di bilang rumah sangat biasa, jika di bandingkan dengan rumah milik Aulia dulu. Semua fasilitas di dalam rumahnya juga terlihat sangat biasa. Padahal jika Aulia mampu membeli atau membuat rumah mewah di kota Medan, Aulia bisa di bilang lebih dari mampu. Tapi kenapa Aulia membuat dirinya benar-benar seperti rakyat biasa.
15 menit berlalu, Aulia sudah selesai membasuh piring, dan menyapu lantai. Mengingat Azka dan Anna sudah cukup lama menunggunya di dalam kamar. Aulia segera berjalan menuju kamar Azka dan Anna berada di depan ruang Tv keluarga.
“Assalamua’laikum,” ucap salam Aulia sebelum masuk ke dalam kamar anak-anaknya.
“Wa’alaikumsalam,” sahut Azka dan Anna serentak.
“Mami pikir sudah tidur,” ucap Aulia melihat Azka dan Anna masih duduk di ranjang, di tangan Azka terdapat buku dongeng anak-anak.
“Belum, kami menunggu Mami untuk membacakan kisah dongeng ini,” sahut Azka, ia menunjuk buku bersampul pohon, dan gambar hewan.
Aulia jalan mendekati ranjang. Aulia juga naik ke atas ranjang, duduk di tengah-tengah Azka dan Anna. Aulia menghidupkan AC, menarik selimut lembut, menutupi sebagian tubuh mereka.
“Abang minta di bacain dongen ini?” tanya Aulia menyakinkan permintaan Azka.
“Iya Mami,” sahut Anna, dan Azka serentak.
“Kalau gitu, mari golek di atas bantal masing-masing,” ucap Aulia, kedua tangannya menepuk bantal Azka dan Anna berada di sisi kiri/kanannya.
Azka dan Anna merebahkan tubuhnya, meletakkan kepalanya di atas bantal, memiringkan tubuhnya menghadap Aulia, dan memeluk paha Aulia.
Aulia membuka buku dongeng permintaan Azka, dan mulai membacakannya, “Di salah satu hutan yang paling rimbun, jauh dari pusat kota, dan udara juga masih sangat segar. Terdapat 2 pohon besar berdampingan tumbuh di tepian sungai. Pohon besar ini adalah pohon Durian, dan yang satunya pohon manggis. Suatu hari, masing-masing pohon ini berbuah. Namun, ada satu pohon yang terkenal sombong. Pohon itu adalah pohon Durian. Pohon Durian itu berkata pada…” belum lagi Aulia siap membaca cerita. Azka dan Anna terlihat sudah tertidur lelap.
Wajah polos tak berdosa terlihat sangat menggemaskan saat mereka masih tertidur. Masing-masing jari jempol masuk ke dalam mulut, dan mengenyotnya. Membuat Aulia gemas, dan geram.
“Nak, Mami harap kalian jangan tumbuh dengan cepat. Karena kalau kalian tumbuh dengan cepat, pasti kalian berdua akan pergi meninggalkan Mami. Mami tidak ingin itu terjadi, Mami masih ingin menikmati masa-masa seperti ini,” gumam Aulia pelan, dan terdengar sendu.
Karena lelah Aulia merasa mengantuk, tak kuat untuk membuka kedua kelopak matanya, akhirnya Aulia ikut membaringkan tubuhnya di tengah-tengah Azka dan Anna. Aulia tertidur sambil memeluk Azka dan Anna.
Waktu pun terus berjalan. Tak terasa jam sudah menunjukkan pukul 16:45 sore. Saat Aulia sudah terbangun dari tidurnya, Aulia tidak mendapati Azka dan Anna di sisi kiri/kanannya. Jantung Aulia langsung berdetak kuat, ia langsung melompat dari ranjang, melangkah cepat meninggalkan kamar Azka dan Anna.
“Azka…Anna…” teriak Aulia, suaranya menggema di seisi dalam rumahnya.
Saat Aulia terus berjalan mendekati ruang tamu, Aulia mendengar suara pria dewasa, dan suara tawa Azka dan Anna. Aulia langsung bergegas menuju ruang tamu. Sesampainya di depan pintu ruang tamu, Aulia berdiri, melihat Azzuri sudah berada di dalam rumahnya. Duduk di sofa bersama Azka dan Anna, terlihat sangat lengket padanya.
“Azka, Anna,” panggil Aulia, ia berjalan mendekati sofa.
“Mami lihat, Papi membawakan abang mainan motor-motor,” tunjuk Azka ke mainan motor-motor nya.
“Adek juga dibelikan boneka balbie,” sambung Anna tak mau kalah.
Aulia hanya diam, dahinya mengernyit seperti tidak senang.
“Kamu pasti lelah. Lebih baik kamu lanjut istirahat saja, soal anak-anak biar aku saja yang menjaganya,” ucap Azzuri sopan.
“Aku sudah terbiasa, dan itu memang resiko sebagai seorang Ibu,” tolak Aulia datar.
“Kata anak-anak kamu sangat pandai memasak. Aku salut mendengar hal itu. Sekarang kamu benar-benar berubah,” puji Azzuri.
“Itu juga sudah menjadi bagian dari kewajiban seorang Ibu untuk menyajikan makanan enak, dan bergizi untuk anak-anaknya,” sahut Aulia datar.
“Aulia, aku ingin sekali mengajak kalian semua tinggal bersama. Aku ingin sekali rasanya meringankan beban di hidup kamu. Apa kamu bersedia, demi anak-anak kita?”
“Maaf, aku tidak bisa,” tolak Aulia singkat.
“Kenapa? Apa yang sebenarnya terjadi. Aku mohon jelaskan semuanya kepadaku,” pinta Azzuri setengah memohon.
“Ikut aku ke ruangan pribadiku,” ajak Aulia.
“Baik,” sahut Azzuri.
“Nak, kalian berdua main di sini dulu sayang. Mami dan Papi ada urusan,” pinta Aulia sopan.
“Baik Mami,” sahut Azka dan Anna serentak.
Aulia berjalan terlebih dahulu, di susul Azzuri di belakangnya. Aulia terus berjalan menaiki anak tangga menuju lantai 2, dimana lantai 2 tersebut hanya memiliki 2 pintu, 1 kamar Aulia, dan 1 ruang kerja miliknya, dan selebihnya ruangan kosong.
Aulia dan Azzuri sudah berada di depan pintu ruang kerja. Tangan Aulia memegang handle pintu, mempersilahkan Azzuri masuk ke dalam.
Kini Azzuri dan Aulia sudah masuk, dan duduk di sofa.
“Kamu mau tahu kenapa aku pergi meninggalkan kamu 5 tahun lalu?”
“Iya, aku sangat ingin mendengarkan penjelasan kamu!”
“Baik dengarkan aku baik-baik,” ucap Aulia.
...Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 53 Episodes
Comments