Azzuri langsung berdiri saat mendengar ada seorang pria hadir di kehidupan Aulia.
“Siapa pria yang di sebut anak-anak?” tanya Azzuri datar.
Azka dan Anna menengadah, menatap heran ke wajah Aulia dan Azzuri terlihat dingin satu-sama lain. Tidak ingin melihat kedua orang tuanya berantem di pertemuan pertama, Anna menarik lengan baju Azka.
“Abang, sepertinya Mami dan Papi sedang belantem,” bisik Anna memberitahu Azka, sebenarnya Azka juga sudah lebih tahu.
“Tidak, orang dewasa memang seperti itu. Wajah mereka memang selalu ketat saat bertemu satu-sama lain,” sahut Azka berbohong, ia tidak ingin melihat Anna kuatir.
Anna menarik ujung baju kemeja Azzuri, “Om…Om jeyek, apa benar Papi atu, dan Abang Azka?” tanya Anna menyakinkan kenyataan bahwa hari ini Anna sudah bertemu dengan Papi sudah lama ia nantikan, dan hanya mendengar sekilas nama Azzuri dari cerita Aulia saja.
Azzuri jongkok di hadapan Azka dan Anna, “Benar, aku adalah Papi kalian berdua,” sahut Azzuri, masing-masing tangannya membelai lembut sebelah pipi Azka dan Anna.
Tidak suka melihat Azzuri membelai lembut pipi Azka dan Anna. Aulia berjalan mendekati Azzuri, menggenggam pergelangan tangan Azzuri. Membuat belaian Azzuri terhenti.
“Jauhkan tangan kotor kamu dari kulit anak-anakku,” bisik Aulia pelan di telinga Azzuri.
Azzuri langsung berdiri, ia menatap bingung wajah dingin Aulia, “Mereka juga anak-anakku. Dan kenapa kamu berkata seperti itu? seolah aku ini adalah pria yang jahat,” tanya Azzuri kesal.
“Kamu tidak sadar dengan semua perbuatan kamu 5 tahun lalu. Haa...!” ucap Aulia berteriak.
Mendengar teriakan Aulia, Anna langsung bersembunyi di balik tubuh Azka, kedua tangannya memeluk tubuh Azka dari belakang, terlihat tangan mungil menggenggam erat baju bagian depan Azka.
“Abang, adek takut,” ucap Anna pelan, menyembunyikan wajahnya di punggung Azka.
Tidak ingin melihat Anna ketakutan, Azka mendekati Aulia, dan Azzuri, “Papi, Mami. Tidak bisakah kalian berdua menunda perdebatan kalian saat di depan Anna?” tanya Azka datar.
Azzuri dan Aulia langsung menghentikan pertikaian mereka berdua. Melihat Anna bersembunyi di balik tubuh Azka, Aulia dan Azzuri bergegas mendekati Anna. Azzuri dan Aulia juga serentak memegang bahu Anna, membuat Anna terkejut, semakin mengeratkan pelukannya.
Azka memutar posisi berdirinya menghadap Anna, memeluk Anna dari depan, “Cup..cup. Adek jangan takut lagi. Mami sama Papi sebenarnya tidak marah, mereka hanya lagi latihan dialog saja,” ucap Azka menenangkan Anna.
“Benar sayang, maafkan Mami, ya. Mami tidak marah sama Papi kok,” sambung Aulia berbohong, Aulia memutar bola mata malasnya menatap wajah Azzuri, “Benarkan?” sambung Aulia memberi kode kepada Azzuri untuk mengiyakan perkataannya untuk membuat Anna percaya.
“Benar sayang,” ucap Azzuri lembut.
Anna melepaskan pelukannya, ia menatap wajah Aulia, dan Azzuri terlihat melempar senyum manis kepadanya.
“Papi, dan Mami tidak belantem lagi ‘kan?” tanya Anna, ia berjalan mendekati Aulia, mengambil sebelah tangan Aulia dan Azzuri, lalu membuat tangan Aulia dan Azzuri berpegangan. “Mami dan Papi harus berjanji kepada adek, kalau Mami dan Papi tidak boyeh belantem lagi. Mami dan Papi juga harus bercama untuk celamanya, agar adek dan abang Azka tidak di ejek teman-teman di lumah saat main,” ucap Anna terdengar pilu, membuat Aulia, dan Azzuri terkejut.
“Emang apa kata teman-teman Anna?” tanya Aulia penasaran.
Aulia tidak pernah mendengar keluhan putri-putra nya saat setelah mereka pulang bermain-main. Tapi, Aulia sering memperhatikan jika raut wajah Anna tampak selalu murung setelah pulang bermain.
Apa hal itu yang membuat Anna menjadi murung?
“Tidak cemua teman mengejek adek dan abang Azka, hanya beberapa teman aja. Meleka biyang kalau adek dan abang Azka adalah anak halam, kalena tidak pelnah melihat ada Papi bercama kami,” jelas Anna dengan pengucapan kalimat belum sempurna, nada suara sendu dan manja.
Aulia langsung memeluk Anna, “Maafkan Mami, ya,” ucap Aulia lembut. Hatinya terasa teriris saat mendengar keluhan putri nya selama ini ia tidak tahu. Membuat Aulia merasa menjadi Ibu tak becus.
“Dek, mari kita main ke sana,” ajak Azka ingin menghibur Anna.
“Kemana Bang?” tanya Anna, melepaskan diri dari pelukan Aulia.
Azka menggenggam pergelangan tangan Anna, “Kesana, mari kita lihat orang-orang bermain layangan di sana,” tunjuk Azka ke tengah lapangan, terlihat ada beberapa anak kecil bermain layang-layang bersama dengan Ayahnya.
“Hem,” angguk Anna, wajahnya sudah terlihat senang, tak sedih seperti tadi.
“Hati-hati ya, nak. Mami dan Papi menunggu kalian berdua di sini,” ucap Aulia.
“Iya,” sahut Azka.
Azka dan Anna berlari kecil mendekati lapangan, dan mereka berhenti di dekat Ayah dan anak sedang bermain layang-layang.
Melihat Azka, dan Anna berdiri di antara Ayah dan anak sedang bermain layang-layang. Azzuri berbalik badan, berjalan sedikit keluar dari lapangan alun-alun menuju warung di sebrang jalan alun-alun.
“Mau kemana dia?” gumam Aulia bertanya sendiri saat melihat Azzuri pergi terburu-buru tanpa menaiki mobil miliknya.
Menit berikutnya terlihat Azzuri berlari dari sebrang jalan, menuju pintu masuk lapangan alun-alun, sebelah tangannya memegang layang-layang, dan sebelahnya lagi terlihat memegang benang.
“Aulia, aku mau ajak Azka dan Anna bermain layang-layang dulu,” teriak Azzuri dari kejauhan berlari menuju tengah lapangan.
Aulia tidak menjawab, ia hanya diam, menatap kepergian Azzuri, kini sudah berhenti di dekat Anna dan Azka. Melihat Azzuri memasang benang ke layang-layang, Aulia mengambil ponsel miliknya berada di dalam sling bag mini miliknya, dan menekan nomor kontak ‘Venus’.
Tutt!!!
📞[ “Halo, nona muda. Ada yang bisa saya bantu?” ] tanya Venus setelah mengangkat panggilan telepon Aulia.
📞[ “Apa kamu yang memberitahu aku tinggal di kota Lubuk Pakam, kepada Azzuri?” ] tuduh Aulia datar.
📞[ “Ti-tidak, saya tidak tahu tentang itu nona muda. Saya hanya tahu jika tuan Azzuri memang terus mencari keberadaan nona muda, dan tuan, nona muda kecil. Sampai-sampai tuan Azzuri rela membayar mahal perusahaan satelit untuk melacak keberadaan nona, dan tuan, nona muda kecil.” ] sahut Venus sedikit gugup karena di tuduh Aulia.
📞[ “Huuftt…kalau gitu aku tutup panggilan teleponnya.” ] ucap Aulia langsung memutus panggilan teleponnya.
Aulia menyimpan kembali ponsel miliknya ke dalam sling bag, lalu ia kembali menatap Azzuri, Azka, dan Anna sedang asik membaur bermain layangan dengan pengunjung lainnya.
“Maafkan Mami sudah membuat kamu bersedih Anna. Mulai saat ini, Mami akan merubah diri Mami untuk menjadi Ibu yang lebih baik lagi. Mami pastikan, tidak ada hal kecil lagi yang akan Anna dan Azka simpan di dalam hati saat ada anak lain berkata kasar kepada kalian berdua,” gumam Aulia membuat tekad untuk dirinya sendiri.
“Mami…Mami…Mami halus kecini. Temani adek main dayang-dayang,” terdengar teriakan manja Anna, dan penyebutan kalimat masih belum sempurna dari tengah lapangan memanggil Aulia.
Mendengar teriakan dari gadis kecilnya, Aulia beranjak dari bangku, ia berjalan menuju tengah lapangan, dan berhenti di samping Anna.
“Layang-layang sayang, bukan dayang-dayang,” ucap Aulia membenarkan kalimat Anna, tangannya membelai puncak kepala Anna, “Mari kita kalahkan Abang, dan Papi,” sambung Aulia semangat, tangannya mengambil benang nilon dari tangan halus lembut Anna.
“Aulia, apa kamu bisa bermain?” tanya Azzuri seperti menantang.
“Sepele, aku sudah lama tinggal di sini. Dan satu lagi, dimana pikiran kamu saat membiarkan Anna memegang benang nilon sendirian. Apa kamu ingin membuat tangan halus putri ku terluka?!” omel Aulia.
“Mami, cudah jangan mayah-mayah. Mari kita kalahkan Abang dan Papi,” ucap Anna menghentikan omelan Aulia.
“Baik sayang!” sahut Aulia semangat.
Aulia, dan Azzuri memulai pertandingan adu ketinggian dan berapa lama bertahan layang-layang mereka bertahan di atas ketinggian, dan di himpit para pemain layang lainnya.
“Mami…Mami..” teriak Anna bersorak semangat buat Aulia.
“Papi..Papi..” teriak Azka ikut bersorak menyemangati Azzuri.
Melihat Azka ikut bersorak, Anna menatap sengit Azka, dan berkata, “Hem..atu yakin, Mami pasti menang.”
“Mana mungkin, seorang pria itu sangat kuat, dan Abang yakin, Papi lah pemenangnya nanti,” sahut Azka tidak mau kalah.
“Hem!” dengus kesal Anna dan Azka bersamaan. Membuat Azzuri tersenyum senang saat melihat anak kembarnya berantem.
...Bersambung ...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 53 Episodes
Comments
Denry Deny
gemes
2023-01-07
0
Shandy
Mami... mami cini
2023-01-05
0
Denry_Den Den
Gemes
2022-12-12
0