Sudah sejak subuh, Nara sudah bersiap-siap. Yah hari ini diaman Ia melangsungkan ujian Skripsi yang di laksanakan pukul sembilan lewat tiga puluh menit.
Tina membawa segelas susu dan juga sepiring nasi goreng, menyuapi Nara yang tengah membaca ulang skripsinya.
Rian yang melihat sang Kaka di suapi oleh ibunya, membawa sebuah buku lalu duduk di antara kedua wanita yang sangat berharga dalam hidupnya itu.
“Oh astaga aku juga akan ujian sebentar, “ ujarnya merebut sendok yang mengarah ke Nara.
“Ayah, apa ayah juga akan ujian sebentar? “ ujar Rian melihat kedatangan Firman.
“Ia deh, sepertinya ayah akan ujian sebentar, “ Firman yang mengerti akan maksud putranya ikut duduk di hadapan Tina dan membuka mulutnya.
“Hahahaha, sudahlah ma biar mereka yang habiskan Nara mau berangkat biar nggak telat nanti, “ ujarnya setelah menyeruput habis susu coklat di depannya.
“Biar ayah Antar, “ tawar Firman.
Nara mengangguk antusias mengiyakan perkataan sang Ayah, lalu berjalan mengikuti Firman dari belakang.
“Nanti setelah dari perpustakaan baru Aku kesitu yah Ar, “ ujar Rian mengikuti kepergian Ayah dan juga kakaknya.
“Iya! “ teriak Nara menjawab perkataan Rian.
Sementara Fitri yang menyaksikan hal itu, dengan sinisnya memandang Rian dan Tina.
“Halah, paling setelah wisuda nggak dapet kerja jadi pengangguran juga, “ ocehannya.
“Wah ada anjing yang menggonggong nih, “ ledek Rian setelah selesai mengenakan sepatunya.
Karena kesal di Katai Rian, Fitri melangkah masuk kedalam rumahnya sembari menghentakkan kakinya kuat.
“Ma Rian jalan dulu, oh yah jangan lupa kolak ma, “ ujar Rian setelah mengecup pipi Tina, lalu melangkah menuju motornya.
“Iya, hati-hati jangan ngebut, “ ujar Tina.
Setelah hampir tiga puluh menit menempuh perjalanan, Nara bersama ayahnya tiba di kampus.
Firman memarkirkan motornya tepat di depan gerbang fakultas, lalu menunggu Nara turun.
“Semoga lancar ujiannya yah, “ ujar Firman menyemangati putrinya.
“Makasih yah, ayah juga pulangnya hati-hati yah, “ titah Nara.
Setelah kepergian Firman, Nara dengan cepat menuju tempat di adakan ujian, yang di sana sudah ada kedua temannya Bianka dan juga Mirna.
“Aaa Nara, sebentar lagi namaku di panggil nih, “ ujar Bianka menyambut kedatangan Nara.
“Bianka putri! “
“Semangat Bi, “ ujar Nara dan Mirna menyemangati Bianka.
Mirna yang sudah selesai sejak tadi, sudah bisa menghela nafasnya lega. Nara yang tau setelah Bianka barulah dirinya, terus membolak-balikkan skripsinya.
“Santai Nara, kalau gugup takutnya Lo nggak bisa jawab, “ ucap Mirna mencoba menenangkan Nara.
Nara menarik nafasnya panjang mencoba menenangkan dirinya namun, tetap saja rasa gugup selalu menghantui dirinya.
Setelah hampir satu jam, akhirnya Bianka keluar dengan senyum berbunga-bunga karena telah berhasil menjawab dengan baik.
“Aaaa bagaimana ini? Jantungku terasa berdegup, “ ujar Nara ketakutan.
“Santai Nara, kamu pasti bisa, “ ujar Bianka menenangkan.
“Winara Atmaja! “
Nara semakin di buat gugup ketika namanya di panggil, dengan menarik nafasnya panjang Ia melangkah masuk kedalam ruang ujian.
...***...
Alvian yang sudah bersiap-siap, terus menatap money bucket tersebut sembari tersenyum.
“Dih senyum-senyum sendiri, buat siapa sih? “ tanya Rani yang begitu keponya.
Tanpa menjawab pertanyaan Sang Kaka, Alvian mengambil buket tersebut lalu menuju parkiran yang di sana sudah di tunggu David.
“Ayok jalan! “ pintah Alvian saat sudah berada di dalam mobil.
David melaju membelah jalanan kota menuju kampus dimana Nara tengah melangsungkan ujiannya.
Rani yang di buat bingung menatap kepergian mobil adiknya dengan tatapan yang tidak bisa di jelaskan.
"Apa dia punya pacar? " gumam Rani bertanya-tanya.
Sementara di ruang ujian, Nara yang sudah selesai mempresentasikan hasil penelitiannya dan menjawab dengan baik pertanyaan penguji, sedang gugup menunggu hasilnya.
“Winara kamu yakin mau lulus, “ tanya salah seorang penguji.
“Iya pak, semua yang di luar juga pasti mempunyai harapan yang sama dengan saya, “ jawabannya dengan nada gugup khasnya.
“Gimana yah, kita tidak bisa meluluskan kamu, “ ujar penguji yang lain, membuat Nara tersenyum pahit.
“Tapi ya terpaksa, kita takut di marahi Jimin, “ tawa seluruh penguji.
Nara yang mendengar itu, mengurungkan tangisannya. Ia melangkah ke depan lalu mencium seluruh punggung penguji yang merupakan dosennya.
“Selamat yah, kamu pantes dapet Nilai A. “
Nara tersenyum bahagia mendengar nilainya. Saat hendak melangkah keluar ruang ujian, para penguji dengan isengnya memutar lagu Fire BTS yang membuatnya tersenyum malu.
Di luar, Mirna dan Bianka yang menunggunya memasang wajah pemasaran menunggu sebuah kata yang keluar dari mulutnya.
“Gimana Nara? “ tanya Bianka.
“Lulus dong hahahaha, “ jawab Nara dengan bahagianya.
Ketiganya berpelukan, lalu berjalan menuju sebuah kelas yang disana sudah terdapat Lexi dan Bastian kekasih Mirna dan Bianka.
Lexi menghampiri Mirna dengan membawa beberapa kado begitu juga Bastian. Kedua pasangan itu berfoto-foto ria.
“Nara ayok, kita foto! “ pintah Bianka.
Nara hanya mengangguk lalu mulai berfoto bersama teman-temannya itu. Setelah mengambil beberapa gambar, Nara kembali ke tempatnya mengambil ponselnya menghubungi Rian.
...RIAN 😚...
... [ Aku sudah selesai ujian, jadi datang tidak? ]
...
[Otw, ]
Setelah mendapat balasan dari sang adik, Nara kembali menyimpan ponsel dalam tas namun, baru ingin pergi sebuah pesan masuk ke ponselnya.
...❤️...
[Dimana? Saya di depan. ]
"Mau kemana Nara? " tanya Mirna saat melihat Nara keluar kelas dengan terburu-buru.
Nara berlari menuju parkiran tanpa menjawab panggilan sahabatnya itu.
Senyumannya mengambang saat Alvian menghampirinya, “Ayok ke dalam kelas disini panas. “
Nara menarik tangan Alvian menunju kelas.
Alvian hanya bisa pasrah mengikuti kemana Nara membawanya. Setibanya di kelas, Alvian menyerahkan money bucket yang di bantu David membawa ke kelas.
“Wooow, “ ujar Bianka melihat jejeran lembaran pak Soekarno tersusun rapih membentuk sebuah bunga.
“Apa yang kau cari? “ tanya Alvian saat melihat Nara menatap ke sekeliling tubuhnya.
“Photo card ku mana? “ tanya Nara.
Alvian menghela nafasnya panjang lalu mengeluarkan sebuah mawar layu yang di bawa durinya di tempel tuju photo card BTS dengan selotip yang begitu tidak rapih.
“Ih jahat banget, suamiku di gini'in, “ kesel Nara mencabut PC-nya lalu membuang mawar layu itu kedalam tong sampah.
“Hmmm, by the way makasih yah sudah datang, “ ujarnya.
Alvian hanya bisa tersenyum ke arah Nara, tanpa mengalihkan pandangannya dari gadis itu.
“Ayok foto, “ ujar Nara.
David mengabadikan beberapa gambar menggunakan ponsel Alvian atas perintah tuannya itu.
“Nara, “ Suara Rian seketika mengalihkan pandangan seluruh penghuni kelas hanya kepadanya begitu juga dengan Alvian yang seketika raut wajahnya berubah.
“Ian sayang, “ ujar Bianka hebo menghampiri Rian.
“Dia adiknya Nara, “ ujar Mirna seolah mengerti dengan semua isi kepala penghuni ruangan tersebut.
Rian melangkah menuju kakaknya dan memeluknya erat. Nara pun tak luput menghujani adiknya dengan ciuman.
“Hehehe bunganya meleyot kena angin, “ ujarnya sembari menunjukkan bunga yang di bawahnya.
Nara menarik nafasnya panjang, melihat bunga asli pemberian adiknya yang mungkin baru saja di curinya di taman.
“Hmmm, “ kesal Nara.
“Kak, kenalin adikku namanya Adrian, “ ujar Nara yang di ikuti uluran tangan Rian dengan senyuman manis bak Nara yang tengah tersenyum.
“Alvian, “ ujar Alvian menyambut tangan Rian dengan senyuman hangat.
"Ih kok kita nggak di kenalin sih, " titah Mirna berlari menghampiri Nara.
"Heh! lihat noh pacarnya, " judes Nara sembari menunjuk ke arah Lexi yang sudah pasrah dengan keadaannya.
Marni terkekeh kecil lalu kembali menghampiri Lexi, dan bergelayut manja pada lengan kekasihnya itu.
Setelah selesai berkenalan dan berfoto-foto, Rian berpamitan pulang sebab ada tugas sekolah yang harus Ia selesaikan.
"Aku duluan Ar, mau ke perpus, " ujar Rian.
Nara mengangguk mengiyakan perkataan adiknya yang sudah jauh dari hadapan.
“Kedepan yuk, “ ajak Alvian yang dengan cepat di angguki Nara.
Dengan membawa buket pemberian Alvian, Nara bersampingan dengan pria tersebut menunju parkiran yang disana sudah ada David.
seluruh mata hanya memandang ke arah keduanya, di kala tangan Alvian merangkul pinggangnya.
“Apa nilai mu? “ tanya Alvian.
“A, “ jawab Nara singkat, lalu kembali menatap buket pemberian Alvian.
Alvian berbalik mendekati David, lalu membisikkan sesuatu yang setelah itu David berlalu meninggalkan tempat itu.
“Kamu mau makan? “ tanya Alvian.
Nara mengangguk mengiyakan perkataan Alvian, “Mau donat atau sesuatu yang manis-manis. “
Setelah mendengar perkataan Nara, Alvian mengangguk mengiyakan. Keduanya lalu melaju menuju tempat yang menjual kue dan roti.
.
.
.
.
BERKOMENTARLAH DENGAN BIJAK!!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 111 Episodes
Comments
Aisyah Silvianti Nduru
emm AQ mau jga lahh Dona Nya heheh🤭🤭
2023-01-05
0