"Tidak, Sofia!"
Sean berlari kearah Sita dan memeluk tubuh wanita itu, sementara pelaku tabrakan itu sudah melarikan diri entah ke mana.
"Sofia, buka matamu! sadarlah!" Sean terus menepuk-nepuk pipi Sita agar wanita itu mau membuka mata.
Orang-orang yang ada disekitar tempat itu langsung menghubungi polisi, ada juga yang menghubungi pihak rumah sakit agar segera mengirim ambulance kelokasi kejadian.
"bangun, Sofia! ini Kakak, buka matamu!" Air mata tak dapat lagi ditahan, untuk kedua kalinya Sean merasakan hal yang sama seperti kejadian dimasa lalu.
Dalam ketidaksadaran Sita, samar-samar dia mendengar suara seseorang yang terus memanggilnya dengan sebutan Sofia.
Ingatan demi ingatan terus berputar dalam kepala Sita, hingga membuatnya pingsan karna tidak tahan dengan beban berat yang diterima oleh otaknya.
Ambulance sudah sampai ditempat itu, para petugas medis segera membawa Sita kerumah sakit dengan tetap ditemani oleh Sean.
"maaf, Tuan Sean! Anda harus memberikan pernyataan mengenai-"
"apa kalian tidak bisa melihat, kalau Adikku sedang terluka?" suara Sean menggelegar memenuhi tempat yang menjadi saksi penabrakan yang dialami oleh Sita.
Sean merasa kesal karna polisi memaksa untuk meminta keterangan darinya sementara kondisi sang Adik masih seperti itu.
Pihak kepolisian merasa terkejut mendengar ucapan Sean, mereka tidak menyangka kalau wanita yang mengalami kecelakaan adalah adik pengusaha terkenal itu.
"Tugas kalian bukan meminta keterangan dariku, tapi menemukan siapa yang telah menabrak Adikku!"
Sean berlalu masuk ke dalam ambulance dan duduk di samping Sita, dia terus menggenggam tangan Adiknya itu dengan tangis yang membasahi wajah.
"Bertahanlah, bertahanlah, Sofia! Kakak mohon!" Sean mengecup kening sang Adik dengan terus berdo'a agar Sita dapat bertahan.
Beberapa saat kemudian, ambulance yang membawa mereka sudah sampai dirumah sakit. Para petugas medis segera membawa Sita keruang UGD agar segera mendapat pertolongan.
Sean menunggu di depan ruang UGD dengan cemas, dia terus mengucap do'a agar keadaan Sita baik-baik saja.
"Aku akan menemukanmu dan membalas semua ini!" Sean segera menghubungi sekretarisnya untuk memberitahukan apa yang terjadi.
Tidak lupa dia juga memberitahukan kabar kecelakaan yang dialami Sita pada Ammar, karna biar bagaimana pun, keluarga mereka lah yang sudah merawat dan menjaga adiknya selama ini.
Ammar yang masih berada diperusahaan merasa terkejut saat melihat pesan singkat yang masuk ke dalam ponselnya, dia lalu menelpon Sean untuk bertanya apakah pesan yang dia kirim benat atau tidak.
"Iya, Ammar! Sita mengalami kecelakaan karna berusaha untuk menolongku!"
Ammar merasa benar-benar khawatir saat sudah berbicara langsung dengan Sean, dia segera menghubungi Zulaikha untuk datang kerumah sakit saat ini juga.
"Kak, kita kerumah sakit sekarang!" ajak Ammar, dia lalu melangkahkan kakinya keluar dari ruangan.
Rafa mengikuti Ammar untuk pergi kerumah sakit, dia membatalkan seluruh pekerjaan lelaki itu siang ini.
Tangisan seorang Kakak menggema dilorong rumah sakit, Zulaikha dan Syifa yang sudah sampai dirumah sakit tidak kuasa untuk menahan kesedihan mereka.
Apalagi Dokter belum juga memberi kabar tentang keadaan Sita membuat mereka diliputi kekhawatiran dan ketakutan.
"Assalamu'alaikum."
Zulaikha yang melihat kedatangan Ammar langsung berlari memeluk suaminya, dia menumpahkan segala kesedihan yang sedang dia rasakan saat ini.
"sudahlah, hentikan tangisan ini! tidak akan terjadi apapun pada Sita," ucap Ammar dengan pelan, dia mengusap-ucap punggung Zulaikha untuk menenangkannya.
"Apa Anda sudah menemukan pelakunya?" Rafa berjalan mendekati Sean untuk bertanya mengenai kecelakaan itu.
Sean menggelengkan kepalanya. "Anak buahku masih mencarinya, aku harap hari ini juga dia bisa tertangkap!"
Terlihat jelas sorot kemarahan yang terpancar diwajah Sean saat mengingat kejadian yang menimpa sang Adik.
Rafa terdiam, dia sedang berpikir apakah harus membantu untuk menangkap pelakunya atau tidak.
Di tengah keheningan itu, tiba-tiba Dokter dan beberapa perawat keluar dari ruang UGD.
Semua orang langsung bertanya dengan wajah pias, bahkan Zulaikha sampai meenggenggam kedua tangan Dokter yang memeriksa Sita sangking khawatirnya.
"pasien kehilangan banyak darah, itu sebabnya dia harus menerima tranfusi darah yang banyak," ucap Dokter tersebut.
"Ambil darahku!" Sean menyodorkan tangannya agar darahnya bisa diambil untuk menyelamatkan Sita.
Bukan hanya Sean saja yang melakukannya, semua orang berlomba-lomba untuk menyerahkan darah mereka pada Dokter tersebut.
"golongan darah pasien A negatif, apa ada diantara kalian yang memiliki golongan darah sama?" tanya Dokter itu, kebetulan stok darah A positif dirumah sakit itu tidak cukup untuk Sita.
Semua orang diam, mereka sedih karna golongan darah mereka tidak sama dengan golongan darah Sita.
Sean lalu menelpon sekretarisnya untuk menghubungi semua rumah sakit yang ada dikota itu untuk mencari golongan darah yang sama seperti milik Sita.
"Ambil darahku!"
Semua orang melihat kearah sumber suara, mata mereka berkaca-kaca karna ternyata Rafa memiliki golongan darah yang sama seperti Sita.
"Baiklah, mari ikut kami untuk melakukan pemeriksaan!"
Rafa berjalan mengikuti Dokter untuk diperiksa, dia merasa bersyukur karna bisa membantu hidup orang lain.
Setelah semua proses selesai, akhirnya Sita berhasil keluar dari masa kritis. Semua orang menyambut kabar baik itu dengan penuh suka cita, terutama Sean yang langsung terduduk lemas di atas kursi.
"Alhamdulillah, terima kasih ya Allah!" Zulaikha meneteskan air matanya karna mengucap syukur untuk keadaan sang Adik.
Sita lalu dipindahkan keruang perawatan, walaupun kondisinya sudah stabil, tapi Dokter masih belum memperbolehkan siapa pun untuk menjenguknya saat ini.
Siang sudah berganti malam, tapi semua itu tidak menyurutkan semangat mereka semua untuk menemani Sita dirumah sakit.
Hanya Rafa lah yang saat ini sudah pergi dari rumah sakit karna memang ada sesuatu yang harus dia kerjakan.
Tiba-tiba, Syifa merasa kalau ponselnya sedang bergetar. Dia melihat ada puluhan panggilan masuk dan juga pesan yang dikirim oleh Dewi.
"Ada apa , Dek?" Zulaikha melihat kearah Syifa saat adiknya itu berdecak kesal.
"ini, Mbak! aku harus menemani Dewi kepesta,"
Zulaikha menganggukkan kepalanya karna ingat kalau tadi siang Syifa sudah mengatakannya.
"apa kau mau diantar sama Mas Ammar?"
"Tidak!" Suara penolakan Syifa terdengar nyaring, bahkan Zulaikha sampai mengusap-ngusap telinganya yang berdengung akibat teriakannya.
"Aku, aku bisa pergi sendiri!" Syifa bangun dan melihat kearah ruangan Sita.
"Ya sudah, tapi kau harus hati-hati!"
Syifa menganggukkan kepalanya, dia menyalim tangan Zulaikha dan yang lainnya untuk pergi ke pesta.
Dengan menggunakan taksi online yang sudah dia pesan, Syifa berangkat menuju lokasi pesta. Hatinya merasa sedikit gelisah, tetapi dia sudah terlanjur janji dan mau tidak mau harus ditepati.
Suasana pesta terlihat sangat mewah dan meriah, para tamu undangan sudah mulai memadati lokasi pesta yang sudah disediakan.
"Tomi!" Seorang lelaki berlari kearah sang empunya pesta dengan tergesa-gesa.
"Ada apa? kau seperti habis melihat hantu!" Tomi memukul lengan temannya sembari tertawa pelan.
"Syifa, Syifa datang kepesta ini!"
Tomi yang sejak tadi terus tersenyum kini semakin melebarkan senyumnya, dia merasa senang karna wanita yang dia tunggu-tunggu sudah hadir dipesta itu.
"waktunya menikmati tubuh indahmu itu, Syifa!"
•
•
•
Tbc.
Terima kasih buat yang udah baca 😘
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 79 Episodes
Comments
Baihaqi Sabani
semoga rncana jht tomi ggal y thor🙏🙏🙏😭😭😭
2023-01-15
1