Di Bawah Tali Pernikahan
Hari ini, terik matahari bersinar terang menghangatkan para penduduk bumi. Jam masih menunjukkan pukul 9 pagi, tetapi jalanan sudah dipadati oleh kendaraan dan pejalan kaki yang berlalu lalang untuk melakukan aktivitas mereka masing-masing.
Suasana masih terasa sama seperti hari-hari kemarin, itulah yang dirasakan oleh seorang gadis yang saat ini sedang berada dalam sebuah taksi yang melaju mengantarkannya ketempat tujuan.
Dia memperhatikan aktivitas yang di lakukan orang-orang dari balik jendela, senyum tipis terbit dibibir gadis itu kala melihat ada banyak anak-anak yang sedang bermain di taman kanan-kanak.
Taksi yang membawanya sudah menepi kepinggir jalan pertanda kalau mereka sudah sampai ditempat tujuan, dia segera mengeluarkan dompet yang ada di dalam tasnya untuk mengambil uang.
"Terima kasih yah, Pak!" Tangannya terulur memberikan beberapa lembar uang untuk membayar biaya taksinya.
"Sama-sama, Buk. Ini kembaliannya." Supir taksi menerima uang pemberian gadis itu dan mengambil uang lain sebagai kembalian.
"untuk Bapak, saja!" tolak gadis tersebut dengan senyum diwajahnya, dia lalu segera turun setelah mendengar ucapan terima kasih dari supir tersebut.
"Syifa!"
Baru saja dia menginjakkan kakinya dihalaman kampus, sudah terdengar suara teriakan seseorang membuatnya langsung melihat kearah samping.
"aku kira kau enggak masuk!" ucap salah satu temannya yang bernama Dewi, mereka berteman sejak Syifa masuk ke Universitas itu.
"Hari ini kan ada mata kuliah dosen killer itu, enggak mungkin lah aku enggak masuk!" Syifa melangkahkan kakinya menuju ruang kelas dengan diikuti oleh Dewi.
"nah, itu dia! bagi aku catatan minggu kemaren dong!"
Syifa menghentikan langkahnya saat mendengar ucapan Dewi, tangannya dengan cepat mencubit lengan temannya itu membuat Dewi berteriak kesakitan.
"Kebiasaan! kamu ngapain aja sih, waktu dosen menerangkan?" Syifa menghembuskan napas kasar, dia lalu mengeluarkan buku berwarna biru dari dalam tasnya.
"Duuh, waktu itukan aku lagi galau karna patah hati. Masak kamu gak ngerti sih, Beb?" Dewi melingkarkan tangannya dilengan Syifa dengan wajah memelas.
"Yaudah, nih!" Syifa memberikan bukunya ketangan Dewi dengan ketus yang langsung diterima Dewi dengan penuh suka cita.
Walaupun dalam hati merasa kesal dengan kebiasaan temannya itu, tapi Syifa tidak pernah tega untuk mengabaikannya.
Yah, begitulah sifat gadis bernama Asyifa El-Rina yang biasa dipanggil dengan sebutan Syifa.
Terkesan galak tetapi tetap tidak tega dengan orang lain, terkadang dia juga bersikap dingin dengan seseorang yang tidak dia kenal. Tetapi, dia memiliki rasa empati yang tinggi pada saat seseorang mengalami kesusahan.
"Aah, lope-lope buatmu Beb!" Dewi semakin mengeratkan pelukan tangannya pada lengan Syifa.
"dih, dasar pemalas!" cibir Syifa sembari berusaha melepaskan pegangan temannya itu.
Akhirnya langkah mereka sampai juga dikelas, terlihat sudah banyak mahasiswa dan mahasiswi yang memadati ruangan itu.
Tidak berselang lama, Dosen masuk ke dalam ruang kelas dan proses belajar mengajar pun dimulai.
Setelah 3 jam berlalu, akhirnya pelajaran mereka selesai. Para Mahasiswa dan mahasiswa mulai bubar barisan keluar dari ruangan itu, begitu juga dengan Syifa dan teman-temannya yang masih sibuk menyusun buku-buku mereka.
"Oh iya, nanti malam kalian semua diundang ke pesta ulang tahun Tomi!" seru salah satu teman Syifa sembari membagi-bagikan undangan pesta untuk semua orang, hampir saja dia lupa perihal undangan itu.
Semua orang tampak bersemangat untuk menghadiri pesta tersebut karna Tomi termasuk salah satu anak pengusaha kaya yang pasti akan mengadakan pesta dengan sangat meriah.
Hanya ada satu wanita yang tidak peduli dengan pesta itu, dialah Syifa yang bahkan tidak membuka undangan untuknya.
"apa kau tidak akan datang, Syif?" tanya Dewi, terlihat jelas diwajah Syifa kalau dia sama sekali tidak tertarik dengan sebuah pesta.
"Aku tidak bisa!" Syifa menggelengkan kepalanya, dia lalu bangkit dan hendak pergi keluar.
"tapi Tomi memintamu untuk datang!" seru wanita yang memberikan undangan pesta tadi.
"lalu, apa hubungannya denganku?" jawabnya acuh, dia memang sama sekali tidak tertarik dengan hal semacam itu.
Sebenarnya teman-teman Syifa sudah tidak heran kalau wanita itu tidak tertarik dengan hal seperti itu, dia bahkan tidak tertarik untuk mengenal lawan jenisnya.
"benarkah? jadi kau tidak tertarik untuk datang ke pestaku?"
Tiba-tiba datang segerombolan laki-laki ke dalam ruangan itu membuat semua orang merasa terkejut, terutama saat mereka melihat keberadaan Tomi yang selalu menjadi pusat perhatian para wanita.
"Benar, aku tidak tertarik! teman-teman, aku duluan yah. Permisi!" Syifa segera melangkahkan kakinya keluar dari ruangan itu setelah berpamitan pada teman-temannya, dia sama sekali tidak memperdulikan kehadiran para lelaki diruangan itu.
Setelah kepergian Syifa, teman-temannya juga memutuskan untuk pergi setelah berpamitan pada Tomi dan teman-temannya.
"Cih! sombong sekali gadis itu, dia pikir dia siapa!" ucap salah satu pria yang sedang duduk di atas meja.
"yah, wajahnya memang cantik sih. Tapi dia sombong sekali," seru yang lainnya.
"bagaimana, Tomi? apa kau masih berniat untuk menaklukkannya?"
Tomi tersenyum simpul saat mendengar pertanyaan dari salah satu temannya, dia lalu merangkul temannya itu dan ikut duduk di atas meja.
"Dia sangat menarik! aku penasaran bagaimana suara dessahannya saat berada di bawah tubuhku!"
Semua orang tertawa saat mendengar apa yang lelaki itu ucapkan, yah memang mereka juga mengakui kalau tidak ada satu wanita pun yang akan menolak pesona dari seorang Tomi.
"Kita lihat saja! malam ini aku akan membuatnya hadir dipestaku, dan akan aku pastikan kalau dia akan bertekuk lutut di bawah tubuhku!"
Suara tawa masih menggema diruangan itu saat mereka sedang merencanakan hal buruk pada seseorang, itulah yang selalu mereka lakukan untuk menaklukkan hati para wanita.
Sementara itu, Syifa yang sedang berada dipinggir jalan melihat ke sana kemari untuk memanggil taksi.
"Tak-" belum sempat dia memanggil taksi, tiba-tiba ada sebuah mobil berwarna hitam kilat berhenti tepat dihadapannya membuat Syifa tidak jadi berteriak memanggil taksi.
"Apa kau mau ku antar?" tawar seorang lelaki yang sangat Syifa kenali dari dalam mobil tersebut.
"tidak, terima kasih!" tolak Syifa, dia lalu kembali melihat ke kanan dan kiri untuk mencari taksi.
Atha bergegas turun dari mobil saat Syifa tidak menerima tawarannya, dia lalu mendekati wanita itu membuat Syifa mengerutkan keningnya.
"ayolah, aku memberi tumpangan karna mau kerumah Ammar!" Atha mencari alasan, padahal sejak tadi dia sengaja menunggu di depan Universitas itu karna ingin bertemu dengan Syifa.
Syifa berpikir sejenak, ditempatnya sekarang memang susah mencari taksi, dan bodohnya dia karna tidak berpikir untuk memesan taksi online.
"aku akan memesan taksi online!"
Ternyata tidak semudah itu untuk hanya sekedar mengantar Syifa pulang kerumah, tetapi Atha tidak hilang akal.
"Taksi online juga butuh waktu! udah sekarang kau ikut aku, aku harus segera menemui Ammar!" Atha berjalan kearah mobilnya dan membuka pintu mobil itu untuk Syifa.
Dengan perlahan Syifa masuk ke dalam mobil Atha dan duduk dengan diam sembari menatap kearah lelaki yang terus tersenyum lebar saat melihatnya.
"kenapa jadi aku yang dipaksa?"
•
•
•
Tbc.
Terima kasih buat yang udah baca 😘
Semoga kalian suka dengan cerita baruku ya 🥰
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 79 Episodes
Comments
AndTea
Haloo mampir k Cerita Shifa dan Sita 😍
2023-07-17
0
Tebe'e
Hai, Kak. Aku mampir ya.
Semangat🔥
2022-12-02
3