Syifa menutup panggilan dari Dewi setelah menyetujui ajakannya, dia lalu berjalan masuk tanpa menyadari kalau Atha masih ada ditempat itu.
"siapa yang menelponnya? kenapa dia terlihat kesal?" Atha terus memperhatikan raut wajah Syifa yang penuh dengan beban.
Syifa yang hendak menutup pintu baru sadar kalau masih ada manusia lain ditempat itu, dan manusia itu sedang menatapnya tanpa berkedip saat ini.
"apa yang dia lakukan? apa dia mau mengeluarkan sesuatu dari matanya?" Syifa ikut melihat Atha dengan tajam.
"Assalamu'alaikum." Zulaikha masuk ke dalam toko sembari membawa bungkusan makanan, dia tau kalau saat ini Syifa sedang berada ditoko seorang diri.
"loh, ada apa dengan mereka?" langkah Zulaikha terhenti saat melihat Syifa dan Atha saling bertatapan, entah apa yang mereka berdua lakukan, tapi yang pasti mereka tidak sadar dengan kedatangan Zulaikha.
Zulaikha meletakkan bungkusan yang dia bawa ke atas kursi, dia lalu mendekati dua manusia itu dan berdiri di tengah-tengah wajah mereka.
"Assalamu'alaikum!"
Syifa dan Atha terlonjak kaget saat mendengar suara Zulaikha, sementara Zulaikha sendiri tertawa terbahak-bahak melihat ekspresi yang ada diwajah mereka.
"Wa-wa'alaikum salam, Mbak?" Syifa bangun dan mendekati Zulaikha yang masih tertawa.
"Ya Allah ya Tuhanku, kalian ini!" Zulaikha memegangi perutnya yang terasa sakit, dia lalu duduk dikursi yang tadi diduduki oleh Syifa.
Syifa dan Atha terlihat salah tingkah, apalagi saat ketangkap basah sedang pandang-pandangan oleh Zulaikha.
"tidak baik menunda sesuatu yang baik, Atha, Syifa!" ucapan Zulaikha penuh dengan sindiran.
"Me-menunda apa?" Syifa memalingkan wajahnya yang bersemu merah, sepertinya dia sedang malu-malu tapi mau.
"kalau memang kalian sudah merasa cocok, lebih baik disegera-"
"Mbak bawa apa nih?" Syifa mencoba untuk mengalihkan pembicaraan, dia mengangkat bungkusan yang ada di atas meja.
"oh, itu makanan untukmu. Makan aja sekalian bareng Atha!"
Syifa melotot tajam mendengar ucapan Zulaikha, sementara Atha hanya tersenyum simpul ditempatnya saat ini.
Tiba-tiba, ponsel yang ada disaku celana Atha berdering. Dia berbalik dan keluar untuk menjawab panggilan yang masuk ke dalam ponselnya.
Setelah melihat Atha keluar, Zulaikha menyenggol lengan Syifa yang sibuk membuka bungkusan makanan.
"apa?" tanya Syifa.
"dia sepertinya menyukaimu, Syif! apa tidak lebih baik-"
"Mbak! jangan mulai deh," Syifa selalu merasa tidak senang saat ada yang membahas masalah pernikahan.
Zulaikha menghembuskan napas kasar. "Yah, terserah kau saja lah! tapi Mbak harap, kau bisa menjaga diri."
Syifa memberikan jempolnya pertanda menjawab iya tentang apa yang Zulaikha katakan.
Atha yang sudah selesai menelpon kembali masuk, dia berniat untuk pamit pulang pada Zulaikha dan Sita.
"aku permisi dulu, Mbak, Syifa!" pamitnya.
Zulaikha menganggukkan kepalanya untuk menanggapi ucapan Atha, sementara Syifa hanya diam dan tidak peduli.
"Mbak, nanti malam aku mau pergi ke pesta teman!"
Atha yang sudah membuka pintu mendadak menghentikan kakinya, dia mencuri dengar apa yang Syifa katakan pada Zulaikha.
"pesta? pesta siapa?" Zulaikha merasa heran, untuk pertama kalinya Syifa pamit untuk menghadiri sebuah pesta.
"pesta ulang tahun Tomi," jawabnya dengan malas.
Atha mendengar semua ucapan Syifa, dia lalu bergegas keluar sebelum mereka tau kalau dia menguping.
"pesta Tomi?" Atha baru ingat kalau dia juga mendapat undangan pesta sebagai rekan bisnis dari orang tua pemuda itu.
"Baiklah, aku akan datang dan bertemu lagi denganmu!" Atha tersenyum senang karna akan bertemu lagi dengan Syifa, dia merasa kalau dia sudah cinta mati dengan wanita itu. Padahal selama ini dia tidak pernah kekurangan wanita.
Sita dan Sean yang masih berada disebuah restoran terlihat sedang menikmati makan siang mereka, sembari sesekali bercerita tentang apa saja yang terlihat oleh mata.
"Apa saya boleh bertanya sesuatu?" Sita meletakkan sendok yang baru saja dia gunakan pertanda kalau acara makannya sudah selesai.
"tanya saja! tidak perlu izin!" jawab Sean tanpa menghentikan makannya.
Sita diam sejenak, dia meyakinkan diri kalau harus bertanya hari ini juga pada lelaki itu.
"apa anda mencintai saya?"
"Uhuk, uhuk, uhuk!" Sean tersedak makanan yang sedang dia makan.
Dengan cepat Sean mengambil minum yang ada di depannya dan meminum air itu sampai tak bersisa.
"astaga, apa kau mau membunuhku, Sita?" wajah Sean memerah akibat terbatuk-batuk.
"maaf, saya tidak tau kalau Tuan akan tersedak seperti itu!" ucap Sita penuh sesal, dia lalu kembali menuang air ke dalam gelas Sean.
"kenapa kau berpikir aku mencintaimu?" tanya Sean, sebenarnya dia merasa lucu dan ingin tertawa karna pertanyaan Sita.
"lalu, kalau bukan karna cinta, kenapa Tuan terus menggangguku?" tanyanya kembali.
Sebenarnya bukan tanpa alasan Sita bertanya seperti itu, tapi karna memang Sean selalu saja mengunjungi dan mengganggunya.
"memangnya kalau seorang lelaki mendekati wanita, itu karna cinta?" balas Sean.
"tidak juga sih! tapi yah, biasanya seperti itu," jawabnya kemudian.
"aku memang mencintaimu, Sita! tapi bukan cinta seperti yang kau pikirkan,"
Setelah acara makan siang itu selesai, mereka kembali pulang menuju rumah Sita.
Dalam perjalanan, tiba-tiba Sita meminta untuk berhenti di supermarket karna ada sesuatu yang ingin dia beli.
Sean juga ikut turun mengantar Sita, walaupun wanita itu menolak untuk ditemani.
"aku juga ingin membeli sesuatu!"
Itulah alasan lelaki itu agar bisa selalu berada di dekat Sita, tanpa dia sadari kalau saat ini ada seseorang yang sedang mengintai mereka.
Sita mengambil beberapa bahan pokok untuk kebutuhan rumah, tidak lupa dia juga membeli buah-buahan dan makanan ringan untuk cemilan dirumah.
"sudah selesai?" tanya Sean.
Sita menganggukkan kepala dan berjalan ke meja kasir untuk membayar barang belanjaannya.
"totalnya 126 ringgit, Bu!"
"pakai ini!"
Sita yang akan memberikan uangnya kalah cepat dengan tangan Sean yang sudah menyodorkan kartu kreditnya pada kasir, dia lalu menatap Sean dengan tajam seolah-olah sedang bertanya apa yang sedang lelaki itu lakukan.
"kenapa? aku cuma sekalian membayar belanjaanku, kok!" ucap Sean.
Sita melihat belanjaan apa yang dibeli oleh lelaki itu, dan ternyata Sean hanya membeli sebotol air mineral.
"Ambil ini, aku tidak ingin berhutang pada siapapun!" Sita menyodorkan uang sejumlah harga barang yang harus dia bayar.
"Tidak perlu, lain kali kalau kita belanja baru kau yang bayar!" Sean mengambil kartu yang sudah selesai digunakan dan berlalu keluar menuju mobilnya.
Sita menatap kepergian Sean dengan bingung, tapi karna malas berdebat lebih baik dia biarkan saja.
"Tunggu! sepertinya ada seseorang yang sedang mengawasi kami." Sita melihat ke sekeliling tempat karna merasa sedang diawasi.
"kenapa diam saja?"
Suara teriakan Sean berhasil mengganggu konsentrasi Sita, dia lalu berjalan cepat ke arah mobil.
Sean memasukkan barang belanjaan Sita ke dalam bagasi, lalu menutup bagasi itu dan berjalan masuk ke dalam mobil.
Namun, saat Sean hendak masuk ke dalam mobil. Tiba-tiba Sita melihat ada sebuah sepeda motor yang melaju kencang kearahnya.
Sita segera berlari memutari mobil dan mendorong tubuh Sean hingga tubuhnya sendiri yang tertabrak oleh sepeda motor itu.
"tidak, Sofia!"
•
•
•
Tbc.
Terima kasih buat yang udah baca 😘
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 79 Episodes
Comments
MakBarudakh
waduh, jd cinta yg bagimna?
2024-01-22
0
Nayra Syafira Ahzahra
semoga setelah ini, Sita bisa mengingat siapa dirinya ya thor 🙏🙏🙏 kasian Sean 😥😥😥 terus semangat thor 💪💪💪💪
2022-12-03
1