POV
Gio!!
Sudah tahu namaku kan?? Gio, anak pengusaha terkaya di kota tempat tinggalku. Jadi, aku tidak perlu lagi memperkenalkan diri terlalu banyak di sini. Mungkin di bab sebelumnya, Caca sudah banyak mendeskripsikan tentang siapa dan bagaimana kedudukan aku di sekolah elit itu. Tapi, ada baiknya kalau aku yang menyapa kalian sendiri.
Hari itu adalah hari yang, entah bagaimana aku bisa mendeskripsikannya. Hari yang sungguh tidak bisa aku bayangkan sebelumnya. Dimana aku, untuk pertama kalinya, jatuh cinta pada seorang gadis, yang lucunya lagi, dia bahkan mungkin sangat membenciku. Tapi aku suka tantangan semacam itu.
Iya... aku tidak pernah mengejar anak gadis. Itu lucu!! Apa kalian tidak percaya?? Maklum saja, mungkin dalam otak kalian hanya mengarah pada pria tampan yang kaya, mana mungkin tidak pernah mendekati seorang gadis. Tapi aku memang tidak pernah melakukan hal itu selama ini.
Ankalisa.. Jika ada yang bertanya apa hubungan aku dengan gadis itu, mungkin aku bisa menjawab dengan sedikit rumit.
Aku bertunangan dengan gadis itu sejak kami kecil. Orang tua kami yang menjodohkan kami berdua. Tapi aku tidak pernah melihat hal menarik dari gadis itu. Aku bahkan, ingin sekali menjauh dari gadis yang selalu berhasil membuat aku muak tersebut.
"Sial!! Aku tangkap kau!!"
Teriakan itu terdengar begitu keras dari arah kananku. Dua pelajar sedang saling mengejar dan tidak sengaja mendekat ke arahku saat aku sedang berjalan seimbang. Dan akhirnya..
Brakk!!
"Arkh!!"
Aku tidak sengaja menabrak seorang gadis yang belum pernah aku temui sebelumnya. Gadis yang berwajah mungil bak anime di komik, atau mungkin, agak mirip dengan artis Korea kalau saja dia punya penampilan yang lebih rapi.
Dia terjatuh ke dalam kubangan air, akibat ulahku yang sebenarnya juga tidak sengaja. Dua orang itu menabrak tubuhku dan membuat aku berjalan tidak seimbang, dan karena itulah aku membuat gadis itu jadi bahan tertawaan oleh semua penghuni SMA.
Aku berinisiatif untuk menolong dan memberikan uluran tanganku padanya. Tapi dia hanya menatapku sekilas, dan entah kenapa dia langsung memalingkan wajahnya yang manis. Padahal, saat itu, aku hanya ingin minta maaf saja. Tapi dia lebih dulu menolakku..
Dia berlari menjauh dariku dan mungkin pergi untuk mengganti bajunya, atau mungkin menuju kelasnya, aku tidak tahu. Yang jelas, wajah itu terlihat sangat asing. Dan aku bisa memastikan kalau dia memang baru masuk ke sekolah ini.
"Hh.. apa aku terlihat sangat menakutkan??"
Sampai akhirnya, aku berjalan masuk dengan beberapa orang yang menjadi rombonganku. Ada James, Harves, Julian, dan Chris.
Gadis itu terlihat sedang menatapku dari kejauhan. Mungkin dia sedang bertanya-tanya pada Caca, siapa aku sebenarnya. Tapi aku hanya pura-pura tidak peduli. Dan setelah penantian yang begitu panjang, akhirnya aku bisa menyapa gadis itu.
"Aku hanya mau bilang minta maaf, tapi kamu sudah pergi duluan.."
Tapi hanya kata itu yang bisa aku sampaikan padanya kala itu. Ke empat kawanku melarak kerah kemeja sekolahku dan memaksa tubuh ini untuk mengikuti mereka. Aku terpaksa harus menurut.
Dan sekarang....
"Selamat pagi semuanya.."
"Pagi pak.."
"Hari ini kita kedatangan murid baru di kelas kita, saya harap, kalian bisa berkawan dengan baik.. Ayo, silahkan masuk!!"
Aku yang lemas dan tidak ada gairah untuk memulai pelajaran, mendadak begitu bersemangat saat aku melihat wajah gadis itu yang masuk ke dalam ruang kelas kami.
Gadis yang sangat menarik..
"Hallo, namaku Aluna, salam kenal.."
Aluna..
Tentu saja aku akan mengingat nama itu dengan sangat baik. Dan suara yang lembut itu, seakan amat membius telingaku yang biasanya hanya di hiasi oleh teriakan keras dari para penghuni kelas.
"Oke, silahkan duduk, di sana.."
Guru bertubuh gemuk dan pendek itu menunjuk ke arahku, dan menyuruh dia untuk duduk bersebelahan denganku. Sontak saja, Ankalisa memandangku dengan ketidak sukanya.
Tapi aku tidak peduli. Alasan guru lah yang membuat aku bisa menolak kekesalan Ankalisa padaku.
Kembali lagi pada gadis bernama Aluna.
Dia berjalan dengan muka datar, dan tentu saja menuju arahku. Saat itu, aku hanya bisa memaku tak berdaya.
Bruk!
Terduduk.
Entah apa yang membuat aku begitu lemah saat berdekatan dengan gadis ini. Dia yang berpenampilan sederhana, bahkan sangat jauh berbeda dengan Ankalisa. Dan dia bahkan tidak menyemprot parfum apapun di tubuhnya. Tapi, dia punya hal menarik tersendiri.
"Namaku Gio.." ( mencoba menyalami dengan ramah ).
Dia terdiam di sebelahku, dan mematung untuk beberapa waktu.
"Halo?? Apa kamu dengar??"
"Aku dengar, namaku Aluna.."
Dia hanya mengucapkan nama, dan tanpa menyalami aku. Huhh!! Berasa hina sekali aku..
"Kamu pindahan dari sekolah mana??"
"Bukan urusan kamu.." ( tatapan sinis ).
Entah apa yang dia pikirkan tentang aku pada saat itu, hingga aku tidak bisa menebak mengapa dia begitu acuhnya pada pria tampan seperti aku. Apa mungkin.. karena Caca sudah berkata banyak padanya tentang keburukanku..
Awas saja!! Aku akan membuat kamu tidak lulus ulangan hari ini!!
"Aku bisa bantu kamu kalau kamu kesulitan dalam pelajaran, terutama matematika.."
"Aku tidak butuh." ( masih sangat dingin ).
Hingga jam pelajaran pertama usai, dia tetap saja diam dan tidak mau bicara sedikitpun padaku. Apa aku sangat buruk??
Tak tak tak tak..
Suara langkah kakiku yang bergerak diiringi beberapa kawanku seperti biasa. Kami bergerak menuju kantin sekolah, dan mengambil jatah makan siang kami di sana.
Brukk!!
Kami kembali terduduk di atas kursi, dan memulai santapan makan siang kami. Tapi, tatapan mataku, mendadak menemukan sebuah objek yang membuat hatiku tergerak.
Gadis itu.. Hanya memakan sepotong roti.
Kenapa??
Apa karena dia tidak punya uang?
"Gio, aku ambil dua daging, kamu mau satu??"
Bahkan tawaran Ankalisa yang tulus itu aku abaikan. Tentu saja dia pasti akan sangat marah.
Aku bergerak secepat kilat, meninggalkan meja makanku, dan memilih untuk duduk bersama gadis itu.
Brukk!!
"Hai.." ( senyumku sangat ramah ).
Dia hanya menoleh, lalu kembali dengan buku pelajaran dan sepotong roti di tangannya.
"Kenapa kamu tidak makan nasi?"
Dia menoleh dan menatap mataku dengan tajam.
"Meskipun aku hanya makan roti sekalipun, itu semua urusan aku, tidak ada hubungannya dengan kamu, jadi tolong berhenti mengganggu aku, aku tidak mau berurusan dengan laki-laki seperti kamu.."
Deg!?
Jantungku terasa nyeri. Mendengar penolakan yang sangat menusuk, hingga membuat nafasku terasa sesak di dalam dada.
Apalagi saat dia beralih tempat duduk. Menjauh dariku dan memilih untuk duduk di kursi yang lain, dan tentunya sangat jauh dariku. Sakit sekali!!
Aku tidak tahu apa salahku padanya, tapi mungkinkah, ke depannya kami bisa menjadi teman akrab??
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 47 Episodes
Comments