Almaira masuk memberi salam kepada Ibu Fatimah. Terlihat wajah ibu Fatimah seperti ada sesuatu yang membuat Wajah Ibu Fatimah Terlihat sedih dan semua anak anak panti yang ada disana tampak lesu. Seolah tidak memiliki semangat.
"Ada apa Bu?
"Kok dari raut wajah kalian semua tidak bersahabat?" tanya Almaira yang belum menyadari kalau salah satu dari Ahli waris pemilik tanah rumah panti itu harus memberikan kabar buruk, kalau tanah beserta bangunan yang selama ini mereka tempati akan di jual ke salah satu pengusaha. Dan disana akan di bangun tempat hiburan.
"Katakan Bu, ada apa?" Almaira kembali bertanya. Tetapi ibu Fatimah tidak sanggup menjawab pertanyaan Almaira. Hingga salah satu dari anak panti yang angkat bicara.
"Kak mulai bulan depan kita tidak bisa tinggal di sini lagi. Dan entah ke mana kita akan tinggal, karena pemilik tanah panti dan gedung ini sudah menjual tempat ini." Abimanyu salah satu anak panti yang lebih besar daripada yang lainnya memberitahu kepada Almaira.
"Jangan asal bicara kamu!"
"Iya Kak, tanah dan bangunan ini sudah diukur dan pemiliknya yang baru sudah datang meminta kita agar segera berkemas memberikan kita waktu hingga 1 bulan mencari tempat tinggal."Abimanyu berbicara apa adanya membuat Almaira terkejut mendengar apa yang diucapkan adik pantinya.
"Katakan Bu, apa yang dikatakan Abimanyu tadi hanya bercanda. Almaira menghampiri Ibu Fatimah, berharap Apa yang diucapkan Abimanyu itu hanya candaan belaka.
"Tidak nak apa yang dikatakan Adik kamu Abimanyu benar padanya."sahut Ibu Fatimah yang mampu membuat Almaira terhenyak.
"Jadi kita harus tinggal di mana Bu? Almaira begitu terkejut mendengar apa yang diucapkan oleh ibu Fatimah. Kalau saat ini mereka harus mencari tempat tinggal baru. tiba-tiba seorang pria paruh baya keluar dari pintu belakang. Diikuti beberapa orang asistennya.
"Jadi begini Ibu Fatimah, saya akan memberikan kalian waktu selama satu bulan. untuk mencari tempat tinggal yang baru. karena tanah dan bangunan ini akan saya runtuhkan karena di tempat ini akan saya buat tempat hiburan." pria paruh baya itu memberitahu kalau mereka hanya diberi waktu selama satu bulan.
Ibu Fatimah mohon memperpanjang waktu. tetapi pria paruh baya itu tetap dengan pendiriannya. Hingga Ibu Fatimah tidak dapat berbuat apa-apa. Deraian air mata mengalir dari wajah cantik Almaira. " Ya Allah tunjukkanlah jalanMu, ke mana kamu harus berlindung selain kepadamu. kami tidak tahu harus tinggal di mana lagi karena tempat ini akan segera diambil alih oleh yang empunya.
Almaira hanya dapat mengadu kepada Sang khalik. "Bagaimana ini Bu? Bagaimana ini kak? Abimanyu dan adik-adik cantik lainnya menangis mendengar Kalau tempat tinggal mereka akan digusur. Kini ibu Fatimah dilanda dilema. Ibu Fatimah tidak tahu lagi harus berbuat apa saat ini.
Kita akan mencoba berbicara kepada salah satu pendana yang sering memberikan bantuan kepada kita. Siapa tahu dapat membantu kita." Ibu juga sudah mengirimkan surat kepada orang-orang yang biasa berdonasi ke panti ini. Tetapi ibu belum mendapatkan jawaban dari mereka. Entah apa yang harus kita lakukan saat ini Ibu juga bingung."
Pria paruh baya itu berlalu dari sana bersama dengan beberapa anak buahnya. kali ini Almaira tidak akan tinggal diam. Ia berusaha mencari jalan keluar berharap mereka segera mendapatkan tempat tinggal yang baru.
"Ya Allah kalau pantai ini digusur, mungkin aku tidak akan mendapatkan kesempatan lagi bertemu dengan orang tua kandungku. Aku sama sekali belum pernah melihat raut wajah Ibu kandungku dan ayah kandungku." Almaira membatin, membayangkan seumur hidupnya tidak akan dapat bertemu lagi dengan kedua orang tuanya.
"Entahlah Siapa yang tau, kalau orang tua kandung Almaira masih hidup atau tidak. yang pasti ibu Fatimah juga tidak mengetahuinya. Karena sekitar 20 tahun yang lalu, Almaira ditemukan oleh ibu Fatimah di pintu panti. Pagi-pagi sekali saat salat subuh tiba, Ibu Fatimah mendengar suara tangisan bayi yang berasal dari luar yang tak henti-hentinya menangis.
Yang ternyata di sana Almaira menangis tetapi tak ada seorangpun yang ada di luar menemani dirinya. hanya ada sebuah liontin dan surat yang diselipkan di baju milik Almaira ketika Almaira berusia 6 bulan. Dari hari itulah Almaira dirawat dan diasuh oleh ibu Fatimah hingga besar sampai sekarang. Almaira wanita yang sangat pintar, bijak dan rajin.
Sejujurnya Almaira tidak ingin tempat tinggal mereka digusur. Berharap ia dapat kembali bertemu dengan kedua orang tuanya. Tapi bagaimana caranya Almaira bingung.
DI RUMAH UTAMA KELUARGA SETIAWAN
Jeritan tangis bocah kecil menggema di seisi ruangan. Membuat sang babysitter yang selama ini merawat Devan kewalahan untuk menenangkan Devan. Bocah berusia 2 tahun lebih itu sangat rewel karena tubuhnya demam tinggi. Membuat sang baby sitter pun terpaksa harus menghubungi Bimo Setiawan yang masih berada di kantor.
Nyonya Anita tidak dapat berbuat apa-apa. tubuhnya yang sulit untuk digerakkan pun membuat dirinya tidak dapat menenangkan cucu kesayangannya. Hingga air bening mengalir dari wajah Nyonya Anita yang tidak tega melihat tangisan cucunya.
Beberapa asisten rumah tangga sudah berusaha untuk menenangkan Devan. membuat seluruh asisten rumah tangga itu terlihat dan mendengar suara tangisan Devan yang sama sekali belum pernah mereka dengar. "Ada apa ini mengapa Tuan Devan seperti ini? selama aku merawatnya belum pernah tuan muda Devan tangisnya seperti ini." babysitter itu membatin sembari berusaha menghubungi Bimo Setiawan.
kring.....
kring ....
kring....
Suara deringan ponsel milik Bimo Setiawan terdengar jelas di telinganya ketika dirinya bersibuk berkutat di laptopnya. Ia melihat nomor ponsel baby sitter yang menghubungi dirinya. "Ada apa mengapa baby sitternya Devan menghubungiku? gumamnya dalam hati sambil menekan tombol hijau yang ada di layar ponselnya agar sambungan telepon selulernya tersambung kepada baby sitter itu.
"Ada apa Bi?
"Mengapa bibi menghubungiku?
"Maaf Tuan, sudah mengganggu kerja Tuan sore ini. Bibi hanya ingin memberitahu Kalau tuan muda Devan saat ini sangat rewel dan Sudah dari tadi menangis histeris dan tubuhnya panas tinggi.
Padahal Bibi sudah memberikan obat yang biasa bibi berikan jika Tuan muda Devan sakit Tetapi demamnya tak kunjung turun. Tuan muda Devan terus menangis seolah tubuhnya merasa sakit, tetapi dokter yang biasa menangani Tuan muda Devan, sudah kami hubungi dan sepertinya dokter itu kebingungan.
Menurut pemeriksaan dokter pribadi keluarga kita, kondisi kesehatan Tuan muda depan baik-baik saja dan hanya demam biasa. Tetapi entah mengapa Tuan muda Devan terus memanggil mom....mom...begitu saja di dalam tangisnya. Babysitter itu memberitahu apa yang ia dengar dari ocehan bocah kecil Devan kepada Bimo Setiawan yang masih berada di kantor.
Bersambung.....
hai hai redears dukung terus karya author agar outhor lebih semangat untuk berkarya trimakasih 🙏💓🙏
JANGAN LUPA TEKAN, FAVORIT, LIKE, COMMENT, VOTE, DAN HADIAHNYA YA TRIMAKASIH 🙏💓
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 79 Episodes
Comments
Siti Orange
Pastinya Devan Kangen Momynya
Almaira
lanjut Thor
2022-12-07
0
Siti Orange
Pastinya Devan Kangen Momynya
Almaira
lanjut Thor
2022-12-07
0