Ketika Almaira telah usai mencontohkan cara mengoles obat yang diramu oleh ibu Fatimah Ia pun akhirnya berpamitan kepada Nyonya Anita. "Sepertinya Almaira harus segera pamit nyonya, pagi ini ada mata kuliah di kampus."
"Kamu masih kuliah?
"Alhamdulillah iya nyonya, kebetulan saya dapat program beasiswa Bidikmisi. Jadi saya dapat melanjutkan pendidikan saya tanpa biaya uang kuliah. Hanya saja biaya sehari-hari saja yang saya butuhkan. Kalau untuk biaya kuliah sudah ditanggung sama pihak pemerintah." sahut Almaira sambil mengulas senyum manis kepada Nyonya Anita.
"Senyum yang terpancar dari wajah wanita paruh baya itu membuat hati Almaira menjadi damai. "Ternyata orang kaya tidak seburuk yang aku pikirkan. Buktinya Nyonya Anita menerima aku dengan baik bertamu disini." Almaira membatin sembari berpamitan kepada Nyonya Anita.
Sebelum pergi, ia kembali meraih tubuh bocah kecil Devan yang sudah membuat dirinya gemas. "Hai....Adik Devan yang tampan." sapa Almaira sambil meraih tubuh bocah yang berusia 2 Tahun itu.
"Mom....mom..mom!" Bocah itu kembali berceloteh. "Eh Devan panggil kamu mami." ucap Nyonya Anita dengan nada sedikit kesulitan berbicara karena Stroke yang ia alami. Tetapi terlihat dari raut wajahnya menunjukkan kalau Nyonya Anita begitu bahagia. Melihat kedekatan Almaira dengan cucunya Devan.
Almaira kembali memberikan Devan kepada babysitter yang selama ini menjaga Devan. lalu ia melambaikan tangannya kepada bocah kecil itu melangkah keluar. Tiba-tiba suara jeritan tangi Devan terdengar jelas di telinga Bimo dan nyonya Anita. Ketika Almaira membalikkan Tubuhnya berniat ingin segera ke kampus.
"Hik.....hik.... mom....mom...mom!" celoteh bocah kecil itu sambil menjerit menangis mengulurkan tangannya seolah ia tidak rela Almaira meninggalkannya. Bimo meraih tubuh putranya dari gendongan babysitter.
"Kenapa sayang, Ayo sama papi." Bimo berusaha menenangkan Devan. Tetapi Devan tak kunjung diam dan selalu berceloteh mom.... mom.....mom"membuat Bimo semakin kewalahan menenangkan putranya.
"Ada apa ini Mami, Mengapa tiba-tiba saja Devan berceloteh seperti ini?
Nyonya Anita menggelengkan kepalanya.
"Devan membutuhkan kasih sayang seorang ibu." sahut Nyonya Anita dengan nada yang kurang jelas tetapi Bimo mengerti apa yang dimaksud oleh Nyonya Anita membuat Bimo langsung terdiam.
"Mungkin karena wanita cantik tadi Tuan.
"Maksud kamu?
"Begini Tuan, sepertinya Tuan muda Devan menyukai wanita yang datang menghampiri nyonya besar. Terlihat ketika wanita cantik itu menghampiri nyonya besar, ia langsung berjalan lalu mendekati wanita itu.
Padahal jarang sekali Tuan muda Devan mudah dekat dengan seseorang yang baru ia kenal. Tetapi dengan wanita itu, sepertinya Devan begitu dekat. Entahlah Bibi hanya menduga. Sepertinya Tuan muda Devan membutuhkan figur seorang ibu. Sebelumnya Bibi meminta maaf Tuan sudah lancang mengutarakan apa yang ada di dalam pikirannya.
Bimo hanya terdiam. Ia sama sekali tidak menjawab. Sudah beberapa bulan lamanya dia menduda, tetapi bayang-bayang sosok istrinya masih terngiang di pikirannya. sehingga hingga saat ini Bimo sama sekali tidak terpikir mencari pengganti istrinya Alena. Sulit baginya dapat melupakan istri yang sangat ia cintai.
"Maaf Tuan saya sudah lancang!"
"Bimo menggelengkan kepalanya, pertanda ia tidak mempermasalahkan kalau asisten rumah tangganya mengutarakan apa yang ada di dalam hatinya. Sorot mata Bimo menatap putranya depan dengan tatapan penuh kasih sayang.
Sementara Almaira dengan riang menggayuh sepeda yang menemani hari-harinya jika dirinya berpergian ke mana saja, termasuk ke kampus. "Astaga, ternyata aku sudah suudzon selama ini menuduh setiap orang kaya akan bersikap angkuh dan sombong. Padahal Nyonya Anita begitu sopan, baik dan menghargaiku. Almaira membatin sambil terus menggayuh sepedanya. Hingga dirinya tiba di sebuah kampus ternama di kota ini.
Ketika Almaira sudah tiba di kampus, salah satu temannya datang menghampirinya.
"Al...., Kamu sudah siap belum tugas dari dosen killer itu? tanya Yuli yang tiba-tiba datang menghampiri Almira ketika Almaira sudah memarkirkan sepedanya tepat di samping motor milik Yuli.
"Memangnya kenapa?
"Aku belum siap soalnya, aku lupa mengerjakannya Di rumah. Terlalu asik menonton drakor baru. Kebetulan yang baru tayang malam tadi. Hingga aku melupakan tugas yang diberikan dosen kepada kita.
"Salah kamu sendiri kenapa aku yang jadi ikut korbannya?
"Tolonglah Al, please....
"Sebagai gantinya, aku traktir kamu makan di kantin."
"Mau sampai kapan kamu seperti ini? setiap kali dosen memberikan tugas kepada kita, kamu selalu minta contek kepadaku. Bagaimana kamu bisa wisuda?"
"Pasti bisa dong, kan ada kamu yang membantu aku." jawab Yuli dengan santai seolah dirinya tidak merasa bersalah.
Almaira hanya menggelengkan kepalanya dan memilih untuk melangkahkan kakinya masuk ke ruang kelas. Ia duduk sambil menunggu dosen tiba. "Ayolah Al, please... bantu aku kali ini, aku janji deh, lain kali aku mengerjakan tugasku sendiri. Asalkan kamu memberikan contekan kali ini.
Kamu tau sendiri kan kalau dosen killer itu tidak akan memberiku ampun nanti, jika Aku tidak mengerjakan tugas .
"Sudah tau, tapi kenapa kamu melakukan terus?
"Namanya juga lupa karena keasyikan nonton drama Korea.
Karena merasa tidak tega temannya itu dihukum oleh dosen, akhirnya Almaira pun memberikan contekan kepada Yuli. Cepat-cepat Yuli menulis jawaban tugas yang diberikan dosen kepada mereka. Hingga akhirnya Yuli bernafas lega karena Akhirnya tugas yang akan dikumpulkan sudah selesai ia contek dari milik Almaira.
Tiba-tiba saja dosen datang menghampiri mereka.
"Selamat pagi! sapa dosen yang mendapat julukan dari mahasiswa mahasiswi yang ada di sana dosen killer.
"Kumpulkan tugas yang saya berikan sebelumnya." perintah dosen killer itu kepada mahasiswa mahasiswi yang ada di ruang kelas. Dengan raut wajah yang datar.
Satu persatu mahasiswa-mahasiswi maju ke depan Untuk mengantarkan tugasnya ke meja kerja dosen itu.
"Syukurlah aku mencatatnya dengan tepat waktu, Kalau tidak aku sudah pasti dihukum." gumam Yuli di dalam hati sembari mengembangkan senyumnya. Sorot mata Almaira menatap Yuli sambil menggelengkan kepalanya."Lain kali aku tidak akan memberimu contekan lagi."bisiknya membuat Yuli mengembangkan senyumnya.
****
Mata kuliah hari ini telah selesai. Kini Almaira harus segera kembali ke panti. Mengingat ia tidak ingin membuat Ibu Fatimah terlalu kerepotan mengurus anak-anak panti, karena Ibu Fatimah pasti membutuhkan bantuan Almira mengurus anak-anak yang diasuh di sana.
Seperti biasanya Almaira menggayuh sepedanya walaupun jarak kampus ke panti sekitar 5 km tetapi Almaira tidak pernah mempermasalahkan kalau dirinya pergi hanya menggunakan sepeda kesayangannya.
Ketika Almaira tiba di pantai dengan adanya mobil mewah terparkir di sana. Mobil itu belum pernah sama sekali datang ke panti tempat mereka selama ini, mengasuh anak-anak panti dan Almaira juga awalnya dibesarkan di sana.
"Mobil siapa itu? Apakah ada yang ingin berdonasi ke panti ini?"Almaira bertanya di dalam hati sambil pelan-pelan ia menggayuh sepedanya masuk ke dalam. "Assalamualaikum!" Sapa Almaira ketika ia sudah tiba di depan pintu panti.
"Waalaikumsalam sahut Ibu Fatimah bersamaan dengan anak-anak panti yang ada disana.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 79 Episodes
Comments
adekku
storynya bagus lanjut dunk crazy up ya.....sukses dech
2022-12-03
0
Siti Orange
Tamunya Pasti Tuan Bimo
Lanjut Thor
2022-12-03
1
Fernando Napitupulu
lanjutkan dong thor
2022-12-02
0