Cean menatap heran pada gadis yang menuju ke arahnya. Cean langsung melirik ke kiri dan kanan, untung saja Marko sudah pergi dari sana. Tadi dia memang menemui Marko untuk menandatangani beberapa berkas penting, sebab dia tak dapat ke perusahaan pagi ini.
Pandangan Cean kembali lagi kepada gadis dengan seragam putih abu-abu itu, kini Neska tampak semakin mendekat.
"Hai, Kak ..." Sebenarnya Neska tidak biasa menghampiri cowok seperti ini, tapi dia ingin memperlihatkan pada Karel diseberang sana bahwa dia benar-benar menghampiri pemuda didepan mobil Xenia.
"Eh, Nes? Mau berangkat sekolah?"
Untung saja Ocean merespon sapaan gadis itu. Neska menghela nafas lega sebab Cean bukan pria yang sombong dan pura-pura tidak mengenalnya saat diluar lingkup Apartmen mereka.
Neska mengangguk-anggukkan kepalanya.
"Oh, kamu sekolah dimana?" tanya Cean kemudian, dia melirik pada bet yang terpasang di seragam Neska, disana memang tertera tempat gadis itu sekolah. "SMA Harapan Taruna, ya?" lanjutnya.
"Kok, tau?" tanya Neska pura-pura bodoh. Padahal sudah jelas-jelas Ocean tau itu dari bet di seragamnya. Tapi Neska sengaja, biar ada basa-basi dan pembicaraan mereka berlanjut.
"Itu, dari seragam kamu," kata Ocean disertai senyum khas-nya.
Neska menyelipkan rambutnya dengan sikap malu-malu, sembari melakukan itu, Neska juga melirik pada Karel yang belum juga beranjak dari tempatnya, pemuda itu tampak termangu saat melihat Neska yang kini bercakap-cakap dengan lelaki lain.
"Hmm, Kakak beli roti lagi?" Neska merujuk pada toko roti yang saat ini mereka punggungi.
"Iya, mau jenguk seseorang, kebetulan dia sakit." Ocean mau menjenguk Wenda, itulah mengapa dia tidak ke kantornya pagi ini, mungkin dia akan bekerja agak siangan.
"Pasti pacarnya Kak Cean, ya?" tebak Neska dengan senyum kecut.
"Hmmm ..." Cean hanya menyahut singkat.
Neska bernafas lega setelah sadar bahwa Karel benar-benar sudah pergi dari seberang sana. Ya, mungkin pemuda itu takut terlambat atau justru sakit hati melihat Neska dengan Cean.
"Ehm, ya udah, Kak. Aku berangkat ya. Dah ..."
Baru saja Neska mau berderap pergi, tapi suara Cean berhasil menghentikannya.
"Kamu naik apa ke sekolah, Nes?"
Neska menoleh sekilas. "Naik angkutan umum, Kak," jawabnya tanpa berpikir apa-apa.
Cean menyunggingkan senyum tipis. "Bareng aja, itupun kalau kamu gak keberatan. Rumah Sakit yang mau aku kunjungi kebetulan searah---"
"Boleh, kak." Tentu saja Neska tak berpikir dua kali atas tawaran Cean. Dia langsung menyetujui.
Menaiki mobil Xenia yang dikemudikan oleh cowok tampan itu rasanya beda. Apalagi pemuda yang tengah menatap lurus ke depan itu sekarang terlihat fokus dan kegantengannya bertambah berkali-kali lipat.
"Ada yang salah sama wajah aku ya, Nes?"
"Iya, Kak. Kakak kok tampan banget?" Neska menyahut polos, perkataannya tak difilter, keluar begitu saja.
"Hah?" Cean menoleh dengan sunggingan tipis di bibirnya.
"Ng--nggak, Kak. Maksud aku, itu ... eh, anu ..." Neska salah tingkah.
"Anu apaan?" Cean terkekeh, membuat Neska semakin menundukkan kepala karena malu akibat perkataannya sendiri.
Neska membuang pandangan ke luar jendela mobil, pasti wajahnya sudah memerah sekarang sangking malunya.
"Kamu gak telat, nih? Bukannya SMA Harapan masuk jam 7?"
Neska melihat pada jam tangan yang ia kenakan.
"Iya, tapi ini belum jam 7 pas, kak. Aku biasa dari rumah malah setengah 8."
Lagi-lagi Cean terkekeh. Bukan karena melihat sikap santai Neska, tapi karena jawaban polos gadis itu. Bisa-bisanya Neska tak jaim saat mengatakan tentang kebiasaan buruknya yang sering terlambat.
"Jadi, terlambat, dong?"
"Enggak!" jawab Neska cepat.
Cean mengernyit heran. Tapi kemudian kembali tertawa sebab Neska buru-buru meralat ucapannya.
"Maksudnya, enggak salah lagi, kak. Ya emang beneran telat, telat banget malah."
...~~~...
Mobil yang dikemudikan oleh Cean tiba didepan gerbang sekolah Neska. Dia menghentikan laju mobil, kemudian menghadap pada gadis yang sibuk membuka seatbelt.
"Ngomong-ngomong, kok kakak tau jam masuk SMA harapan pukul 7? Kakak alumni disini ya?"
"Enggak, mama sama papa aku yang pernah sekolah disini. Kebetulan adik aku juga masih sekolah disini."
"Adik?"
"Iya," jawab Cean jujur.
"Siapa adiknya Kak Cean? Aku mungkin kenal, atau bisa aja dia teman sekelasku..." kata Neska.
Cean hampir lupa jika saat ini dia tengah menyamar menjadi orang biasa, kalau dia mengatakan identitas adiknya, bisa saja Neska jadi tau siapa dia sebenarnya, kan? Cean tak mau Wenda atau wanita manapun-- menyelidiki kehidupan aslinya-- melalui para tetangga yang tinggal di Apartmen tempat tinggalnya sekarang.
"Kamu gak turun? Udah mau jam 7 tepat." Cean mengalihkan pembicaraan mereka.
Neska melirik jamnya dan benar saja bel akan berbunyi sebentar lagi.
"Ya ampun, hampir aja telat lagi. Makasih ya, kak udah numpangin aku sampai disini. Dah ..."
Tanpa mendengar jawaban dari Cean, Neska dengan sikap grasak-grusuk nya langsung saja menuruni mobil Xenia hitam yang sempat menumpanginya itu.
Sebenarnya Neska mau melambai-lambaikan tangan pada mobil Cean yang berlalu, tapi dia tak punya waktu untuk itu-- sebab dia buru-buru berlari sebelum gerbang sekolah ditutup dan dikunci dari dalam.
"Wah, pecah rekor, gak telat lo hari ini!" celetuk Rion yang melihat kedatangan Neska tepat pada waktunya.
Neska hanya memutar bola mata jengah, ia malas meladeni pemuda itu karena ini masih sangat pagi dan dia butuh mood yang baik. Melawan ocehan Rion sama dengan merusak kesenangannya yang sudah terbentuk sejak bertemu dan diantarkan Cean ke sekolah hari ini.
Neska melewati Rion begitu saja, membuat pemuda itu mendengkus, tapi kemudian memasuki kelasnya sendiri.
Didepan kelas, seperti yang sudah Neska duga ternyata Karel menunggunya.
"Nes?"
"Hai, Rel. Maaf ya soal yang tadi..." Neska memasang cengiran tanpa dosanya.
Karel terdiam lama, mumpung guru belum memasuki kelas mereka, dia kembali mengikuti langkah Neska sampai ke meja gadis itu.
"Yang tadi itu ... pacar kamu?"
Neska belum sempat menyahut, tapi Vita disampingnya yang lebih dulu menginterupsi pertanyaan Karel.
"Apa? Pacar Neska? Neska pacaran? Itu mustahil," ujar Vita saat itu juga.
"Lihat! Vita aja gak percaya kalau kamu pacaran, itu bukan pacar kamu, kan?" desak Karel kemudian.
"Ya aku emang gak pernah bilang itu pacarku," sahut Neska.
"Jadi?"
"Rel, penting banget ya kamu tau soal itu?"
"Penting!" tukas Karel menekankan.
Neska menggeleng samar. Ia tak mengerti kenapa Karel harus tau mengenai hal ini.
"Nes, aku mau tau kamu dekat sama siapa, karena aku peduli sama kamu."
Vita langsung menggaruk kepalanya yang tak gatal, dia dapat menebak jika Karel akan menyatakan perasaan pada teman sebangkunya--Neska.
"Sekali aja, Nes. Kamu paham apa maksud aku ngedeketin kamu terus." Karel menatap ke dalam bola mata gadis itu, sementara Neska semakin bingung sekarang sebab ia takut Karel benar-benar nekat mengungkapkan rasa padanya. Mau jawab apa dia?
Bersambung ...
Dukung karya ini terus yuk. Biar semangat up tiap hari🙏
Buat yg udah kirim hadiah dan vote Senin, makasih yaaa❤️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 78 Episodes
Comments
🦋𝖀𝖓𝖓𝖎𝖊 𝕰𝖛𝖎🍀
Karel,kamu butuh perjuangan untuk mendapatkan Neska
2023-01-12
1
ᚐᚗɠ૨εεɳᚐᚐ 💚²⁷ℛᵉˣnovie
Wkwkwkwk...eeehh dodol..saking polosnya Neska sampai2 ngomong terlalu jujur gitu sama Cean.
Aku kok curiga Rion itu asline pasti suka sama Neska & dia caper makanya bikin ulah terus.
2022-12-19
2
☠ᵏᵋᶜᶟ༄༅⃟𝐐𝐌ɪ𝐌ɪ🧡ɪᴍᴏᴇᴛᴛ𝐀⃝🥀
terimakasih sudah up lagi kk ✊
semangatt dan sukses selalu
2022-12-05
1