"Itu cowok atau malaikat? Damage nya parah banget, ya ampun! Charming luar biasa." Neska membatin dalam hati sesaat setelah Ocean berlalu dari hadapannya.
"Kayaknya aku kemakan ucapan sendiri, deh. Gak mau ngomongin cinta, tapi ngelihat makhluk ciptaan Tuhan yang satu ini kok rasanya beda, ya? Ada manis-manisnya. Eh?"
Neska bergumam dan tertawa sendiri didepan unit apartmennya sendiri.
"Fall in love at first sight with Prince Charming," gumam Neska yang mendadak takluk.
Pada akhirnya, Neska harus pasrah saat dia datang ke sekolah dan sudah dapat dipastikan jika dia terlambat. Hhh....
Apesnya, Neska juga dihukum jalan jongkok dan harus mencabut rumput di halaman sekolah.
Selang beberapa menit kemudian, Neska akhirnya diperbolehkan masuk ke kelasnya.
"Telat lagi, Nes?" sapa Karel, sang ketua kelas yang tadinya tengah berdiri di depan kelas mereka.
Neska mengangguk lesu. Dia pun berjalan pelan menuju tempat duduknya.
Karel menggeleng samar, kemudian dia mengikuti Neska yang sudah lebih dulu berlalu. Karel berdiri disamping meja yang Neska tempati bersama teman sebangkunya--Vita.
"Mau tau gak, cara biar gak telat lagi?" ujar Karel sebelum guru yang menggantikan mata pelajaran mereka tiba di kelas.
"Gimana?" tanya Neska dengan alis yang tertaut satu sama lain.
"Besok, aku jemput aja. Kita pergi bareng, jadi kamu gak usah naik angkutan umum lagi. Gimana?"
Neska terdiam. Dia tidak tau mau menjawab apa meski tawaran Karel terdengar cukup bagus. Selain menghemat waktu, Neska juga bisa menghemat ongkos, pikirnya.
Tapi, Neska tidak mau terlalu dekat dengan lawan jenis, dia menjaga jarak sebab tak mau membuat ada pemuda yang berharap pada gadis seperti dia. Apalagi, Karel yang anak orang kaya. Neska menghindari kedekatan seperti itu.
"Gak usah, aku gak mau ngerepotin. Aku bisa pergi sendiri aja, mungkin karena aku sering bangun kesiangan makanya telat."
"Kalau gitu, besok pas aku bangun aku telepon ya buat bangunin kamu."
"Hmm, makasih ya, Rel. Tapi gak perlu repot-repot, kok."
Karel akhirnya berlalu dari meja Neska karena guru mata pelajaran matematika sudah memasuki ruang kelas.
"Kayaknya Karel naksir sama kamu deh, Nes."
Neska hanya mengendikkan bahu atas kenyataan Vita yang sejak tadi memang memperhatikan interaksi antara Neska dan Karel.
"Kamu gak berminat?"
"Enggak, Vit."
"Seriusan? Dia most wanted sekolah kita lho!"
"Udah ah, jangan dibahas. Kita belajar dulu, itu Bu Fifi udah jelasin didepan," kata Neska merujuk sang guru yang menerangkan di kelas mereka.
...~~~~...
Jam istirahat terdengar, Neska duduk melamun di kelasnya. Berbeda dari biasanya, sekarang Neska malah memikirkan tentang makhluk baru penghuni unit di sebelah Apartmennya. Iya, pemuda itu yang sejak tadi dia pikirkan. Padahal, biasanya Neska hanya memikirkan belajar, mencari uang, atau menu makanan apa yang bisa menyelerakan.
"Ocean ... nama yang keren, sekeren orangnya," gumam Neska. Dia senyum-senyum sendiri seperti kesambet jin sekolah.
Aneh, tak biasanya Neska memikirkan seorang pria. Bahkan Karel yang sejak kelas 10 selalu mencari cara untuk mendekatinya --tidak ia gubris sama sekali. Ia selalu menganggap cowok-cowok di sekolah hanyalah teman yang kebetulan belajar ditempat yang sama dengannya.
"Hmm, ada yang kena virus bucin, nih!" Vita sudah kembali ke kelas, setelah sebelumnya jajan di kantin.
"Apaan sih..." sahut Neska merespon perkataan Vita.
"Dih, ngeles! Biasanya yang suka senyam-senyum sendiri itu orang yang lagi kena virus cinta. Kalau enggak, ya sedang kesambet. Paling mentok, ya karena otaknya rada-rada gesrek."
Neska memutar bola matanya akibat ujaran kawan sebangkunya itu.
"Nah, kamu sedang di fase yang mana? Jatuh cinta, kesambet, atau lagi gesrek?" tanya Vita kemudian.
"Gak tiga-tiganya."
"Terus apa, dong?"
"Lama banget ya kita pulangnya."
Vita langsung menatap heran pada Neska. Biasanya Neska paling senang belajar di sekolah, jika ada les tambahan juga Neska semakin semringah. Sebab Vita tau, Neska malas pulang ke Apartmen kumuhnya. Terkadang juga Neska selalu mencari pekerjaan harian yang menghasilkan-- ketimbang cepat-cepat pulang ke tempat tinggalnya itu.
Perlu diketahui, Neska itu salah satu murid terpintar disekolah. Kekurangannya hanya satu, yaitu sering telat datang dan jam karet.
"Kenapa? Kamu ada kerjaan tambahan?"
"Enggak, sih. Aku ikut bersih-bersih sama Bu Nilam setiap hari Selasa, Kamis, Sabtu. Hari ini kosong."
"Terus? Kok pengen cepat pulang?"
Bukannya menjawab pertanyaan Vita, Neska malah mengambil es jeruk yang dibawa Vita sejak tadi namun belum disentuh sama sekali. Neska menyeruput itu tanpa memedulikan tatapan Vita yang membola karena ulahnya.
"Itu es aku. Kenapa gak pesan sendiri, sih!" Vita menggerutu, namun Neska tau temannya itu tidak benar-benar marah. "Tadi aja, diajakin ke kantin gak mau," sungutnya.
"Ada Rion sama Karel. Malesin."
"Cuek aja..." sahut Vita enteng.
Neska bukan tak mau ke kantin, ia menghindari pertemuan dengan Rion juga--dia siswa di kelas lain yang sering berdebat dengan Neska karena berbagai hal kecil. Neska juga tak mau bicara dengan Karel sebab pemuda itu akan kembali membahas soal tawarannya pagi tadi.
Bel pulang sekolah terdengar, Neska keluar paling awal dari kelas, bahkan terlihat terburu-buru. Vita sampai terheran-heran melihatnya. Hal penting apa yang Neska kejar hingga membuatnya terburu-buru seperti itu.
Neska menunggu angkutan umum di persimpangan sekolah, sayangnya dia harus bertemu dengan Rion, musuh bebuyutannya.
"Rambut itu di kuncir, biar gak lepek kayak gitu!" cibir Rion yang lewat dengan motor besarnya. Pemuda itu seolah sengaja berhenti di depan Neska hanya untuk mengejek gadis itu. Inilah yang membuat Neska malas bertemu Rion.
Neska pun melotot, dia refleks memegang rambutnya sendiri. Rasa-rasanya, rambutnya tidak lepek seperti yang Rion katakan. Tapi, sudahlah, Rion memang selalu resek dan menyebalkan. Neska pun mengabaikannya.
"Woi, kuper! Gak akan ada angkot yang mau dinaikin sama lo. Percaya sama gue!" kata Rion kesal karena Neska tak bergeming dengan ejekannya, padahal dia berharap gadis itu membalasnya seperti biasa.
Neska hanya mendengkus pelan,seolah tak ada orang didekatnya. Neska menyetop angkutan kota yang lewat kemudian menaiki itu tanpa melirik sedikitpun pada Rion.
"Jiah ... dikacangin gue!" gerutu Rion sesaat setelah Neska berlalu.
...~~~...
Neska tiba di Apartmennya, dia berpapasan dengan Yola yang baru pulang dari kegiatannya.
"Baru pulang, kak?"
"Iya, kamu juga baru pulang sekolah?"
Neska mengangguk, mereka pun menaiki lift dengan santai. Neska sendiri tidak tau apa pekerjaan Yola yang sebenarnya. Kadang wanita itu pergi sore hari dan pulang malam. Kadang juga pergi malam dan pulang hingga pagi bahkan siang hari seperti saat ini.
"Ehm ... kak, aku ketemu sama tetangga baru kita tadi pagi. Ternyata dia menempati unit yang ada disebelahku."
"Ah, iya..." Yola manggut-manggut, tampak tidak semangat membicarakan hal ini padahal kemarin dia yang sangat antusias saat mempromosikan tetangga baru mereka.
"Kakak lagi sakit, ya?"
"Eng-enggak ..."
"Kok, gak semangat gitu?"
"Lagi capek aja."
"Oh, iya iya kak."
Mereka keluar dari Lift dan berpisah di koridor sebab kamar Yola ke arah kiri sementara letak unit Neska di kanan.
Baru saja Neska ingin membuka pintu unitnya, seseorang di sebelah kamarnya juga keluar.
"Kak Cean?" gumam Neska, tadinya dia amat bersemangat pulang sebab ingin bertemu dengan pemuda itu lagi. Sayangnya, pemandangan didepannya cukup membuat Neska tercengang.
Sementara Ocean sendiri, tampak belum menyadari keberadaan Neska disana-- sehingga dia masih sibuk meladeni seorang wanita yang tengah menciuminya di ambang pintu.
Neska makin melotot saat melihat tindakan pemuda dan wanita itu. Ini diluar prediksi maupun ekpektasinya, ternyata tetangga barunya ini bukan hanya meresahkan, tapi juga tidak tau etika dan aturan. Sangat tidak sopan.
Tadinya mata Ocean tertutup rapat saat meresapi momen ciumannya bersama Wenda, tapi saat dia membuka mata, dia langsung melotot dan refleks melepaskan ciumannya bersama sang wanita--sebab dia terkejut--saat melihat jika disana juga ada Neska yang menyaksikan kejadian itu.
"Cean!" Wenda memprotes tindakan Ocean yang melepas tautan mereka secara tiba-tiba.
Tapi mata Ocean kini mengarah pada Neska yang membeku ditempat dengan mimik kaget. Sorot mata pemuda itu langsung berubah sungkan pada gadis itu. Dia tak enak hati karena gadis lugu seperti Neska harus menyaksikan kenakalannya hari ini.
"Aneska, maaf ya karena kamu harus melihat hal seperti tadi," kata Ocean dengan nada segan.
Neska masih saja terdiam, dia syok karena tontonan yang baru saja dia saksikan.
Wenda pun bergelayut di lengan kokoh milik Ocean, kemudian berbisik demi mengajaknya untuk segera pergi.
Ocean mengangguk pada Neska, anggukan itu seolah mengartikan jika itu adalah sebuah sapaan pengunduran diri sebab Ocean ingin beranjak dari sana.
Neska yang masih terbodoh oleh keadaan--hanya bisa membalas anggukan Ocean dengan anggukan yang samar.
Bersambung ...
Next?
Komen✅
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 78 Episodes
Comments
Eka oktavia
Hadeehhh lalaki tah nya…. Neska kamu harus kuat iman ya….
2023-04-28
0
🦋𝖀𝖓𝖓𝖎𝖊 𝕰𝖛𝖎🍀
kasian Neska,shock melihat adegan 18++
2023-01-05
1
ᚐᚗɠ૨εεɳᚐᚐ 💚²⁷ℛᵉˣnovie
Ya ampuuunn..apa Ocean tinggal di apartement juga biar bisa bebas bersama Wenda..kok gitu..
2022-12-19
1