Kejadian yang tadi Neska lihat didepan pintu Apartmen, membuatnya syok luar biasa. Dia tidak pernah menyaksikan secara langsung momen ciuman panas sepasang kekasih-- seperti yang terjadi antara Ocean dengan pacarnya beberapa saat lalu. Paling mentok, dia melihat hal itu di drakor-drakor yang dia tonton.
Setelah cukup lama membeku, serta punggung Ocean dan kekasihnya sudah tak terlihat di pelupuk mata Neska, akhirnya ia memilih untuk masuk dan menutup pintu kediamannya. Gadis itu langsung memegangi dadanya yang mendadak terasa bergemuruh. Belum apa-apa, dia sudah merasa cemburu.
Apa? Cemburu? Neska tau, tidak seharusnya ada rasa seperti itu di dalam dirinya, ini terasa tak masuk akal. Tapi, rasa itu benar-benar hadir begitu saja saat melihat pemuda yang baru dikenalnya dan dikaguminya dalam sekali pandangan--tengah mesra bersama wanita lain. Apalagi, wanita itu tampak sangat cantik dan seksi, dia juga terlihat dewasa ketimbang Neska, ah ... tentu saja.
Pada kenyataannya, Neska memang kalah telak bahkan sebelum dia memulai aksi untuk mencari perhatian pemuda bernama Ocean.
"Haiiss ..."
Gadis itu menggerutu sembari mengacak rambutnya sendiri. Ia menaruh tas sekolahnya dengan asal, kemudian terduduk lemas di sofa usang yang ada dikediamannya.
"Kak Cean, apa ini yang namanya patah hati? Baru juga mau jatuh cinta." Neska bergumam-gumam sendiri, ia kembali mengingat wajah rupawan milik pemuda itu.
...~~~...
Blue Ocean Lazuardi, nama yang disematkan padanya. Ia tumbuh dengan cepat, berbarengan dengan kembarannya yang seharusnya bisa diajak kompak dan satu suara dengannya. Nyatanya, Aurora selalu sangat menyebalkan. Yah, meski terlepas dari sikap itu-- mereka memang saling menyayangi satu sama lain.
Seperti hari ini, Ocean diundang datang ke kediaman sang Oma. Cean pikir ini hanya makan malam seperti biasanya. Sayangnya, celetukan Aurora membuat Cean harus menyetok kesabaran yang luar biasa.
"Aku gak suka kalau Cean dekat sama cewek-cewek gak jelas, Oma. Mereka itu cuma mau manfaatin uang Cean aja."
Semua mata kini menatap pada Cean yang sedang mengunyah makanan. Pemuda itu hanya mengendikkan bahu acuh tak acuh sebab, jika dia menyahuti ucapan Aurora, yang ada itu hanya akan membuat perdebatan diantara keduanya. Cean tak mau berdebat didepan keluarganya.
"Aura sangat menyebalkan, selalu mengadu," batin Cean.
"Kalau Cean fokus sama satu cewek aja sih gak apa-apa, tapi dia itu banyak banget yang diajakin jalan bareng."
"Aura...."
Yara--sang Mama--menegur tindakan Aurora yang sering membuat Cean badmood. Lagipula, tidak seharusnya gadis itu mengadu pada sang nenek dikala kegiatan makan malam yang biasa dilalui dengan tenang dan nyaman.
"Tapi, emang bener, kok, Ma." Aura membela diri.
"Gini ya, soal cewek-cewek yang kamu bilang dekat sama aku dan mau manfaatin uang aku aja, ya itu emang bener, tapi itu gak semuanya. Salah satunya Wenda. Dia gak memandang aku dari segi materi." Cean buka suara, meluruskan kesalahan Aurora dalam menilai gadis-gadis yang sempat ia pacari selama ini.
"Oh, ya?" Aurora menaikkan sebelah alis. Senyumnya terlihat meremehkan ucapan sang saudara. "Aku gak yakin, tuh!" lanjutnya.
"Kenapa kamu gak yakin?"
"Ya, karena aku kenal siapa Wenda," jawab Aurora dengan senyum jumawa.
"Terserah! Dan soal cewek-cewek yang kamu bilang sering aku ajak jalan bareng, itu salah besar. Big no! Aku gak pernah ngajakin mereka jalan bareng, tapi mereka yang selalu ngajakin aku."
Aurora tertawa di tempatnya. "Sama doang!" katanya mencibir.
"Jelas beda, lah!"
"Cean? Aura? Kalian mau berdebat terus seperti ini?" Kali ini, Sky--Ayah mereka--yang angkat suara. Sejak tadi Sky diam karena dia memang sengaja mau mendengar pokok permasalahan yang membuat kedua putra-putrinya bertengkar seperti ini.
"Udah, udah, kita lanjut makan dulu. Nanti kita bahas hal ini lagi, yaaa." Indri selaku Nenek bagi mereka ikut menengahi agar tidak terjadi pertengkaran lagi.
Mereka semua melanjutkan sesi makan malam itu seperti biasa, tapi sorot mata Cean terus menatap Aura yang menyebalkan.
Bukannya gentar dengar tatapan tajam Cean, Aura malah mengulumm senyum yang terlihat menjengkelkan.
Selesai dengan makan malam itu, mereka semua duduk di ruang keluarga. Disana ada Indri, Sky, Yara, Ocean, Aurora dan satu adik bungsu mereka.
Keenam orang itu duduk di sofa bludru berwarna abu-abu.
Ocean duduk di pojok dekat dengan adik bungsunya. Sementara Yara dan Aura duduk berdampingan. Sky terlihat menyandar di sofa yang paling dekat dengan televisi, sementara Indri berada ditengah-tengah kelimanya.
"Jadi, siapa pacar kamu sekarang Cean?" tanya Indri memulai perkataannya. Dia membahas ini sebab hal ini pula yang sering menjadi pertengkaran antara Cean dan Aura.
"Wenda, Oma," sahut Cean lembut.
"Gak cuma Wenda, Oma," kata Aura menimpali.
"Aura, biar dulu adikmu dan Oma yang bicara, kamu jangan ikut-ikutan sebelum ditanya." Sky menginterupsi mereka.
Aurora langsung terdiam. Dia bersungut-sungut talk kemudian mendengarkan lagi ujaran sang nenek.
"Cean, kamu itu sudah bukan anak kecil lagi. Kamu cucu Oma yang baik dan bermartabat, jangan terlalu mengikuti keinginan kamu. Oma tau, saat ini jiwa muda kamu sedang beradaptasi untuk semakin matang dan dewasa, tapi bersikaplah yang bijak. Lihat, kamu masih punya adik laki-laki yang mungkin bisa saja mencontoh sikap kamu saat ini." Indri menasehati Ocean panjang-lebar.
Pemuda itu mengangguk. "Iya, Oma. Cean tau. Saat ini Cean juga mau berubah jadi lebih baik. Maka dari itu sekarang Cean mencari seseorang yang mau menerima Cean apa adanya, bukan hanya karena materi," sahut Cean cukup bijak.
"Ya, bagus kalau gitu. Makanya Oma serahkan bisnis mendiang Opa sama kamu sebab Oma yakin kamu bisa, itu juga karena Oma percaya penuh sama kamu," tutur Indri dengan lembutnya.
Aurora mencebik kesal, ia bukan iri pada kembarannya itu. Hanya saja, di usia mereka yang sudah dua puluh lima tahun, Aurora mau Cean serius dalam menjalin hubungan dengan gadis yang serius juga tentunya.
Aurora tidak suka Cean bermain wanita, sebab dia juga wanita, dia takut apa kelakuan yang Cean lakukan justru berimbas pada dirinya yang adalah kakak dari pemuda itu. Aurora takut, jika ada banyak gadis yang menyumpahi Cean karena sakit hati, lalu Aurora lah yang akan terkena karma dari perbuatan sang adik.
Buktinya, sampai saat ini, Aurora belum memiliki pendamping, padahal di umur 25 seharusnya dia sudah menikah atau minimal memiliki pasangan.
Setelah mendengar ultimatum dari Oma, Papa dan Mamanya, Cean memutuskan untuk pulang dari kediaman sang Nenek, dia memang tinggal terpisah dari kedua orangtua dan dua saudaranya yang lain.
Sampai di dekat gedung Apartmennya, dia menghubungi Marko, asisten merangkap sahabatnya. Rupanya Marko sudah ada disekitar kawasan itu juga sebab dia memang menunggu kepulangan Cean.
"Nih, besok sekalian kau bawa ke carwash."
Cean menyerahkan remote mobil Audy nya kepada Marko, lantas menerima kunci mobil Xenia yang dibawa oleh sang asisten.
"Mau sampai kapan kau jadi orang susah?" tanya Marko.
Cean mengendikkan bahu. Dia belum mau menghentikan kegilaannya ini. Dia masih mau menguji Wenda dengan keadaannya yang sekarang. Sejauh ini, memang hanya Wenda yang masih setia dan bertahan disisinya setelah isu tentang kebangkrutannya sengaja ia sebar melalui teman-teman sepermainannya.
"Betah banget kau tinggal di Apartmen itu. Cari yang lain lah, minimal yang AC nya dingin."
Cean hanya mengeluarkan senyum smirk andalannya, lantas memasuki mobil Xenia yang tadi dibawa Marko.
Sebelum benar-benar memasuki basement gedung, Cean melihat pada sebuah toko roti yang ada didekat sana. Dia menyinggahi tempat itu dan berbelanja untuk cemilannya. Ya, Cean suka memakan roti dengan isian srikaya. Roti seperti itu selalu mengingatkannya dengan bekal dari sang Mama saat dia masih duduk di bangku sekolah dasar.
Cean mengambil beberapa roti disana dan membayarnya. Dia memasuki koridor lantai 11 dengan menenteng plastik berisikan roti. Secara tiba-tiba, Cean mengingat gadis yang menjadi tetangga di sebelah unitnya. Dia jadi terpikir untuk memberikan Neska beberapa roti sebagai permintaan maaf sebab kejadian siang tadi.
Ya, tidak seharusnya bocah seperti Neska menyaksikan momen ciumannya bersama Wenda. Sejujurnya, Cean merasa amat malu dan dia tulus ingin meminta maaf pada gadis yang menjadi tetangga barunya itu.
Bersambung ...
Next?
Komen✅
Jangan lupa klik gambar jempolnya ya🙏🙏
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 78 Episodes
Comments
🦋𝖀𝖓𝖓𝖎𝖊 𝕰𝖛𝖎🍀
Cean menyamar jadi orang biasa demi mencari pacar yang tulus menerima dia apa adanya
2023-01-12
0
𝐕⃝⃟🏴☠️𝐀⃝🥀ɴᴏνιєℛᵉˣ𝓐𝔂⃝❥࿐
Berani kamu nemui Neska Cean..Neska pasti juga udah ilfeel duluan sama kamu gara2 perbuatan tidak senonoh yang tanpa sengaja dilihatnya.
2022-12-19
2
☠ᵏᵋᶜᶟ༄༅⃟𝐐𝐌ɪ𝐌ɪ🧡ɪᴍᴏᴇᴛᴛ𝐀⃝🥀
ohh ini to sebabnya mengapa kamu tinggal di apartemen tua seperti itu...
2022-12-03
3