Pandangan pertama

Meysha memulai pembicaraan dengan tujuh orang asing yang penasaran.

Ketika itu pandangan Meysha mengarah ke seluruh penjuru ruangan. Dan saat itu Meysha pertama kali melihat Mereka.Mereka duduk di sudut kafetaria, sejauh mungkin dari

tempat duduk Meysha. Mereka bertiga. Dua cowok dan satu cewek.Mereka tidak penasaran menatap Meysha, tidak seperti kebanyakan mahasiswi dan mahasiswa lainnya, jadi Meysha rasanya aman memandangi Mereka, tanpa takut bakal beradu pandang dengan sepasang mata yang kelewat penasaran. Tapi bukan ini yang menarik perhatian Meysha. Mereka tidak terlihat seperti yang lain. Mereka sedari tadi sibuk bolak balik menanda tangani sebuah kertas dari fans Mereka. Mereka memang terlihat indah, seperti yang dilihat di sampul majalah edisi fashion,yang membuat setiap orang di dekatnya tidak percaya diri hanya dengan berada di ruangan yang sama. 'Benar-benar keindahan ciptaan Tuhan.' Batin Meysha. Entah mengapa, mata Meysha begitu tidak bisa dikondisikan dan terfokus memandangi Mereka yang sedang asyik mengobrol. Namun sebentar-sebentar ada yang datang meminta berfoto atau tanda tangan.

“Siapa Mereka?” Meysha bertanya pada Yoenhe salah satu cewek dari kelas Statistika.

Gadis di sebelah Meysha mendongakkan kepala melihat arah pandangan Meysha.

"Itu itu Andrew, Rosalie dan

Kenzo. Kau tidak kenal Mereka?"

" Mianhe." Sahut Meysha merasa memang tidak mengenal Mereka.

" Omo! Kau benar-benar unik." Gadis disebelah Meysha terkejut mendengar jawaban Meysha.

"Andrew dan Kenzo merupakan seorang Idol. Sedangkan Rosalie sepertinya teman akrab Mereka. Karena Mereka selalu bersama dijam istirahat."

Saat Meysha mengamati Mereka, salah

satu mendongak dan beradu

pandang dengan Meysha, Dia hanya tersenyum ramah. Seketika itu Meysha langsung menundukkan kepalanya karena malu. Padahal Meysha memandangnya karena merasa aman.

"Cowok berwajah manly itu siapa?"

tanya Meysha. Dia mengintip ke arahnya lewat sudut mata.

"Itu Andrew. Dia tampan tentu saja, tapi jangan buang-buang waktu. Dia sepertinya tidak berkencan. Kelihatannya tak satu pun cewek disini yang menarik baginya. Dia lebih suka menyendiri dengan buku-bukunya. Atau dengan kitabnya." Yeonhe mendengus, sikapnya jelas pahit. Secara Dia pernah membayangkan bisa berkencan dengan seorang Idol. Namun faktanya Andrew dekat dengan fansnya, namun bukan untuk menjadi teman kencannya.

" Aku tidak bermaksud untuk itu, Aku hanya penasaran." Sahut Meysha. Mengingat Dia benar-benar tidak tahu tentang idol-idol di negeri ginseng tersebut. Meysha pun kembali dengan menyibukkan diri dengan alat digital dijarinya, seraya mendengarkan teman-teman barunya bercanda ria sambil makan siang.

Beberapa menit kemudian Mereka bertiga

meninggalkan meja bersama-sama. Tak diragukan lagi Mereka sangat menarik dan anggun. Entah mengapa, Meysha kecewa menyaksikan kepergian Mereka. Yang bernama Andrew tidak menoleh ke arah Meysha lagi. Meysha duduk di meja bersama Yeonhe dan teman-temannya lebih lama daripada kalau Meysha duduk sendirian. Meysha tak ingin terlambat tiba di kelas pada hari pertamanya dikampus, Salah satu kenalan barunya, yang dengan baik hati mau mengingatkan lagi bahwa namanya Jessi, juga

mengambil kelas kebudayaan bersama Meysha pada jam berikutnya.Mereka berjalan ke kelas bersama-sama tanpa bicara. Jessi juga

pemalu.Ketika Mereka memasuki kelas, Jessi duduk di meja lain, Dia sudah punya teman sebangku. Malah sebenarnya semua meja telah terisi, kecuali satu yang masih

kosong. Di sisi gang tengah, Meysha mengenali sosok Andrew dari stylenya, duduk di sebelah kursi yang kosong. Dia tersenyum dan menyapa.

" Hello!." Sapanya ramah dan singkat.

" Hello." Sahut Meysha canggung.

Lalu Meysha menunduk dan fokus dengan materi mata kuliah saat ini. Andrew diam-diam memerhatikan Meysha. Karena tidak biasanya yang duduk dekatnya diam. Mereka pasti akan minta berfoto atau setidaknya tanda tangan. Dia menatap Meysha lagi, mata Mereka bertemu pandang. Bergegas Meysha memalingkan wajah, terkejut, wajah Meysha merah padam. Entah mengapa Meysha merasa ada yang aneh dalam dirinya.

Tanpa mengangkat wajah, Meysha mengatur laptop di meja lalu duduk, tapi dari sudut mata bisa Meysha lihat postur dirinya berubah.

Meysha menjauh darinya, duduk di ujung kursi,

Sepanjang mata kuliah, Meysha tak pernah duduk santai di ujung kursinya, Dia duduk sejauh mungkin. Mata pelajaran kali ini kelihatannya lebih lama daripada yang lain. Apa itu karena mata kuliah sudah hampir usai, atau karena Meysha sedang menunggu untuk keluar dari ruangan secepatnya.

Apa yang salah ? Apakah ini perilakuku ini normal? Meysha mempertanyakan pada diri sendiri. Yang sedang gelisah dengan situasi kali ini. Mungkin tidak akan jadi begini, Kalau Meysha bersikap pada umumnya.Sesekali Meysha menyibukkan diri dengan alat digitalnya.

Akhirnya bel terakhir berbunyi. Meysha berjalan pelan kekantor Tata Usaha untuk mengembalikan kertas-kertas yang

sudah ditandatangani. Salju pun sudah reda, tapi angin bertiup kencang dan lebih dingin. Meysha memeluk dirinya sendiri.

Ketika melangkah ke ruang Tata Usaha yang hangat, Meysha nyaris langsung berbalik dan melarikan diri.Andrew berdiri di meja di depan Meysha. Meysha mengenali gaya stylenya rambut berwarna hitam yang sangat rapi itu.

Sepertinya Andrew tidak memerhatikan kedatangan Meysha. Meysha berdiri merapat ke dinding belakang menunggu petugas

resepsionis selesai. Andrew sedang berdebat dengannya, nada suaranya rendah dan indah. Dengan cepat Meysha menangkap inti

perdebatan Mereka. Andrew sedang berusaha menukar jadwal mata kuliahnya. Hal ini membuat Meysha jadi penasaran.

...***...

Pulang dari kampus , Meysha menyempatkan diri belanja diminimarket. Sesampai di rumah Dia mengeluarkan semua barang

belanjaan, lalu menyumpalkannya di mana-mana. Meysha berharap

Ayahnya tidak keberatan. Kubungkus kentang dan meletakkannya beberapa telur di kulkas.

Selesai melakukannya, Meysha membawa tasnya ke atas. Sebelum mengerjakan tugas, Dia mengganti pakaian

dan memeriksa hpnya. Untuk pertama kali, Meysha mendapat tiga pesan dari Ibunya.

Meysha pun membalas seperlunya.

Keesokan harinya lebih baik. Tapi juga lebih buruk.Lebih baik karena salju belum turun. Lebih buruk karena Alex lagi-lagi duduk bersamanya di kelas bahasa Inggris. Dan mengantar Meysha ke kelas berikutnya. Orang-orang masih ada yang memandanginya

seperti kemarin. Ada juga yang tidak terlalu peduli. Meysha duduk dalam kelompok besar saat makan siang bersama Alex, Yeonhe , Jessi dan beberapa anak lainnya yang nama dan wajahnya bisa Meysha ingat sekarang. Meysha mulai merasa seperti air yang mengalir

tenang bukan tenggelam.

Meysha benar-benar tak ingin berjalan ke kelas bareng Alex seperti biasa, sepertinya Dia sasaran empuk para pelempar

bola salju. Tapi ketika Mereka berjalan menuju kelas manajemen, semua orang kecuali Meysha serempak mengeluh. Hujan turun,

membuat salju di sepanjang jalan setapak mencair. Meysha menaikkan tudung jaket, menyembunyikan perasaan senangnya. Setidaknya tidak ada acara lempar-lemparan salju.

Alex terus mencerocos, dan mengeluh sepanjang perjalanan menuju gedung dua.

Begitu tiba di ruangan, Mesya lega. Selama beberapa menit sebelum dimulai, dan ruangan langsung bergema dengan anak-anak

yang mengobrol. Sedangkan Meysha iseng-iseng menggambari sampul buku catatannya. Namun Dia mendengar sangat jelas ketika kursi di sebelahnya

bergeser, tapi matanya tetap terarah pada gambar-gambarnya.

"Hallo, Perkenalkan Saya Andrew," Meysha mendengar suara merdu dan tenang.

Meysha mendongak, terkejut karena Andrew lah yang sedang berbicara padanya. Namun Dia juga duduk sejauh mungkin hingga

ke ujung meja, tapi kursinya diarahkan padanya. Air menetes dari rambutnya. Meski begitu Dia terlihat seperti baru saja selesai syuting iklan Pomade.Wajahnya yang

memesona tampak bersahabat, senyum tipis mengembang di bibirnya yang sempurna. Tapi matanya tampak hati-hati.

"Maaf, Aku tidak sempat memperkenalkan diri kemarin saat dikelas kebudayaan."Saking bingungnya, kepala Meysha sampai pusing.

Apakah Meysha sedang berkhayal? Andrew bicara dengannya. Lebih dari satu kalimat.

“Tidak. Itu hal biasa. Kesan pertama." Jawab Meysha masih seperti mimpi.

Andrew tertawa lembut, tawa yang menyenangkan.

"Oh, kurasa. Kau benar .” Sahut Andrew.

To Be Continued

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!