Assalamu'Alaikum Cinta

Assalamu'Alaikum Cinta

PERTEMUAN

Sesosok wanita terlihat antara senang dan sedih, begitu mengetahui bahwa dirinya berhasil mendapatkan beasiswa di Korea dari Global Korea Scholarship untuk studi S2 nya. Dia Adiba Meysha sesosok wanita yang begitu teguh dan tegas terhadap keyakinannya.

Ibunya mengantar Meysha ke bandara Soekarno Hatta, jendela mobil yang Mereka tumpangi dibiarkan terbuka. Suhu kota Jakarta 25° C langit cerah, biru tanpa awan. Meysha mengenakan pakaian muslimah favoritnya. Baju syar'i lengan panjang berwarna hitam.

Di Seoul, sebuah kota bagian dari Korea Selatan yang terkenal akan dunia K-POP nya, berdiri di bawah langit yang terdiri dari empat musim. Di kota inilah, dan dari bayangannya yang kelam

dan kental, ibunya dan Meysha melarikan diri bersama. Ketika Meysha baru berusia beberapa bulan. Di kota inilah Meysha telah dipaksa menghabiskan satu bulan setiap musim panas, sampai Dia berusia empat belas tahun. Ketika itulah Meysha akhirnya mengambil keputusan tegas dan sebagai gantinya selama

tiga musim panas terakhir ini, Ayahnya untuk berlibur bersamanya di Jakarta selama dua minggu.

Ke kota Seoul-lah sekarang Meysha mengasingkan diri. Keputusan yang Dia ambil dengan ketakutan yang amat sangat. Dia benci Seoul. Meysha mencintai Jakarta. Dia mencintai musimnya. Dia mencintai kotanya yang mayoritas sesuai keyakinannya.

"Meysha," Ibunya berkata untuk terakhir kali dari ribuan kali Dia mengatakannya. Sebelum Meysha naik pesawat.

"Kau tidak perlu melakukan ini.” Ibunya mirip Meysha, kecuali hidung dan garis usia di

sekeliling bibir dan matanya. Meysha merasa sedikit panik saat menatap mata Ibunya. Bagaimana Dia bisa meninggalkan ibunya, yang penuh kasih sayang dan tulus ini sendirian? Tentu saja sekarang Dia bersama Pak Handoko. Jadi ada yang membayar tagihan-tagihannya, akan ada

makanan di kulkas, mobilnya takkan kehabisan bahan bakar. Serta ada orang yang bisa diteleponnya bila Dia tersesat. Tapi tetap saja, Meysha tidak ingin menjadi bebannya.

"Aku ingin pergi untuk beasiswa ini Ma." Meysha berbohong. Faktanya meneruskan S2 hanyalah sebuah alasan klise. Meysha tak pernah pandai berbohong. Tapi Dia telah mengatakan kebohongan itu begitu sering, hingga sekarang nyaris terdengar

meyakinkan.

"Sampaikan salamku buat Ayahmu." Pesan Ibunya.

"Akan kusampaikan." Sahut Meysha

"Sampai ketemu lagi," Ucap Ibunya.

"Kau bisa pulang kapan pun Kau mau. Dan Aku akan segera datang begitu Kau membutuhkan Mama." Jelas Ibunya.

Tapi di matanya bisa Meysha lihat pengorbanan di balik janji itu.

"Jangan khawatirkan Aku," Pinta Meysha.

"Semua akan baik-baik

saja. Aku sayang padamu, Ma." Tambah Meysha.

Ibunya memeluk erat-erat Meysha beberapa menit, kemudian Meysha naik ke pesawat, dan Dia pun pergi.

Makan waktu tujuh jam, lima belas menit untuk terbang dari Soekarno Hatta Jakarta ke Seoul Incheon Internasional.

Perjalanan udara tidak mengusik Meysha. Yang menjadi pikirannya apabila satu jam dalam

mobil bersama Ayahnya. Itu yang agak Dia khawatirkan.

Secara keseluruhan Ayahnya lumayan baik. Perasaan senangnya sepertinya tulus, ketika untuk pertama kali Meysha datang dan tinggal bersamanya entah selama berapa lama.

Dia sudah membantu Meysha

mendapatkan kendaraan pribadi.

Tapi tentu saja saat-saat bersama Ayahnya terasa canggung. Mereka sama-sama bukan tipe yang suka bicara. Dan Meysha juga tak tahu harus bilang apa. Meysha tahu, Ayahnya agak bingung karena keputusannya.Sebab seperti ibunya, Meysha juga tidak menyembunyikan ketidaksukaannya pada Seoul. Negara yang mayoritas berbeda keyakinan darinya.

Ketika Meysha mendarat, di Seoul Salju sedang turun. Meysha tidak melihatnya sebagai pertanda. Hanya sesuatu yang tak terelakkan. Lagi pula Dia telah mengucapkan selamat tinggal pada cuaca tropis. Dan kini akan berusaha untuk beradaptasi di negara empat musim tersebut.

Ayahnya telah menunggu Meysha di mobilnya. Yang ini pun sudah Meysha duga. Ayahnya adalah salah satu orang kepercayaan Seorang Direktur. Dia adalah orang yang tepat waktu dan sangat disiplin. Bahkan mempunyai prinsip lebih baik menunggu daripada terlambat.

Ayahnya memeluk Meysha canggung. Dia memeluk dengan satu lengan ketika Meysha menuruni pesawat.

"Senang bisa ketemu denganmu, Mey," Ayahnya tersenyum ketika spontan menangkap dan menyeimbangkan tubuh Meysha.

"Kau tak banyak berubah.Bagaimana dengan Ibumu?" Tanya Ayahnya.

"Mama baik-baik saja. Aku juga senang ketemu denganmu Pa." Jawab Meysha

Meysha hanya membawa beberapa tas. Kebanyakan pakaian muslimahnya tidak cocok untuk dipakai di Seoul. Namun Ibunya telah mengumpulkan apa saja yang Mereka

miliki, untuk melengkapi pakaian musim dingin Meysha di Korea.

"Aku menemukan mobil yang bagus buatmu, benar-benar murah," Ujar Ayahnya ketika Mereka sudah berada di mobil.

"Mobil jenis apa?" Meysha penasaran.

"Sebenarnya mobil bekas anaknya atasan Ayah."

"Dulu Dia suka pergi memancing bersama Kita di musim panas, Apa Kau ingat?" Tanya Ayahnya menambahkan.

Pantas saja Meysha tidak ingat. Dia mahir menyingkirkan hal-hal tidak penting dan menyakitkan dari ingatannya. Dia benar-benar sama sekali tidak ingin mengingat masa kecilnya di negara empat musim ini.

"Sekarang Dia sudah terkenal." Ayahnya melanjutkan ketika Meysha diam saja.

Rasanya Meysha tidak begitu peduli.

"Keluaran tahun berapa?" Tanya Meysha.

“ Sepertinya sudah lama, namun mesinnya masih sangat baik. Umurnya baru beberapa tahun kok, sungguh."

"Kapan Dia membelinya?" Meysha masih penasaran.

"Rasanya tahun 2000."

Meysha membayangkan suatu mobil bergaya antik.

"Wow! Apa waktu dibeli masih baru?" Meysha benar-benar penasaran

"Papa kurang tahu. " Jawab Ayahnya.

"Pa, Aku tidak tahu apa-apa tentang mobil. Aku

tidak akan bisa memperbaikinya kalau ada yang rusak." Sahut Meysha.

"Sungguh, benda itu hebat. Model seperti itu tidak ada lagi sekarang." Jelas Ayahnya berharap Meysha menyukainya.

"Seberapa murah yang Papa maksud?" Bagaimanapun Meysha tidak bisa berkompromi soal yang satu ini.

"Aku sebenarnya sudah membelikannya

untukmu. Sebagai hadiah selamat datang." Ayahnya melirik Meysha dengan ekspresi penuh harap.

"Kau tak perlu melakukannya, Pa. Aku berencana membeli sendiri mobilku." Meysha terlihat tidak enak.

"Aku tidak keberatan kok. Aku ingin kau senang di sini."

Ayahnya memandang lurus ke jalan saat mengatakannya. Ayahnya merasa tak nyaman mengekspresikan emosinya. Meysha

mewarisi hal itu darinya. Jadi Meysha memandang lurus ke depan ketika menjawab.

"Asyik, Pa. Trims. Aku sangat menghargainya." Tak perlu Meysha tambahkan bahwa Dia tak mungkin bahagia di Korea.Ayahnya tidak perlu ikut menderita bersamanya.

"Well. sama-sama kalau begitu," Gumamnya, tersipu oleh ucapan terima kasih Meysha.

Mereka masih bicara tentang cuaca yang dingin, dan itulah sebagian besar topik percakapan Mereka. Selebihnya

mereka memandang ke luar jendela dalam diam. Tentu saja pemandangannya indah. Meysha tak bisa menyangkalnya. Semua putih pepohonan dengan batang-batang

tertutup salju, kanopi di antara cabang-cabangnya,

tanahnya juga tertutup salju yang turun. Benar-benar berwarna putih semua. Hal ini jelas sangat berbeda dari kota Jakarta.

To be continued

Terpopuler

Comments

mizuki

mizuki

gak faham aku ceritanya thor..

2023-01-14

0

Matahari

Matahari

aku mampir ya Thor

2022-12-25

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!