Tak kusangka menemui Ratu Media tadi menguras tenagaku dan membuatku jadi lapar. Tadi pagi sebelum menemui Ratu Media aku hanya memakan sedikit makanan karena mulutku masih terasa pahit. Tapi tubuhku mendadak lebih baik setelah apa yang aku inginkan berjalan sesuai harapanku dan kini aku ingin memakan makanan yang manis-manis untuk menaikkan gula darahku.
"Anne, apa kamu sudah melakukan yang aku minta?" Tanyaku pada Anne pelayan pribadiku.
"Sudah, semua kue dan camilan yang Tuan Putri inginkan sudah saya bungkus dengan rapi dan sudah saya masukkan ke dalam keranjang. Kalau boleh saya tahu, anda akan membawanya kemana?" Jawab Anne yang juga penasaran kemana kue-kue ini akan kubawa.
"Tentu saja ke suamiku, bukankan hal-hal yang manis itu harus dibagi kepada orang terdekat, hmm?" Jawabku dengan senyum yang tersungging di bibirku.
"Aku pergi dulu Anne..." Kataku sambil melambaikan tanganku meninggalkan Anne.
"Semoga hari anda menyenangkan Tuan Putri." Ucap Anne dengan membungkuk hormat sebelum aku pergi dari ruanganku.
Setelah berhasil mengusir semua pelayan di istana pangeran dan hanya meninggalkan Anne bersama beberapa pelayan yang penting saja, usahaku yang selanjutnya adalah mendekati Leonard sebaik mungkin untuk mendapatkan kepercayaannya. Ya... Meski itu sangatlah sulit, tapi paling tidak aku akan berusaha agar dia menurunkan sedikit kewaspadaannya padaku. Dan langkah pertama adalah membawa kue-kue manis dan beberapa camilan di tengah-tengah jadwal latihannya berpedang. Ya... Anggap saja aku sedang berpiknik di bawah pohon sambil melihat keahlian berpedang suami dinginku.
Seperti rencana awalku, akupun menghampiri tempat dimana Leonard sedang berlatih pedang dan sengaja menggelar kain yang aku bawa di bawah salah satu pohon yang rindang di sana. Dengan begini aku bisa mengamati suami kecilku yang berlatih pedang sambil menikmati secangkir teh bunga chrysan bersama kue manis yang telah disiapkan oleh Anne tadi.
"Lihatlah guru itu seakan tidak ada niat sama sekali untuk mengajari Leonard. Kalau begitu mending Leonard memakan kue-kue manis ini bersamaku kan?" Gerutuku dalam hati yang sudah mulai jenuh menunggunya sedari tadi.
Aku menguap dan hampir menyandarkan tubuhku pada pohon saat tiba-tiba Leonard sudah berdiri di hadanku dengan peluh yang masih menetes. Dan itu membuatnya berkali-kali lipat terlihat lebih tampan.
"Louisse?? Apa yang sedang kamu lakukan di sini?" Suara Leonard tiba-tiba menyadarkanku dari pikiran nakal itu.
"Astaga!! Apa yang aku pikirkan pada anak lelaki berusia tiga belas tahun?! Louisse kamu benar-benar tidak waras!!" Makiku dalam hati untuk diriku sendiri.
"Haha... Tentu saja aku sedang menyemangati suamiku yang sedang berlatih." Jawabku yang pasti terdengar konyol di telinganya. Itu terlihat jelas dari ekspresi wajahnya yang memandang jijik padaku.
"Hahaa... Kau tidak perlu serius begitu, aku hanya bercanda." Ujarku salah tingkah.
"Huufftt...." Leonard langsung menghela napasnya.
"Ya ampun... Apa aku sejelek itu sampai dia menghela napas leganya seperti itu?" Gerutuku dalam hati yang sedikit tersinggung, tapi dia tidak salah juga untuk mewasdai orang yang dia anggap musuhnya kan...
"Aku ke sini hanya ingin meluruskan kesalahpahaman kita tadi malam. Aku tidak ingin sebagai suami istri hubungan kita menjadi canggung." Ujarku pada Leonard. Semoga kali ini Leonard mau mendengarkan penjelasanku.
"Dia diam, aku anggap itu sebagai jawaban." Batinku.
"Nah pertama, duduklah dulu dan seka keringatmu dengan handuk ini." Aku memberinya handuk kecil untuk menyeka keringatnya, dan untungnya dia mau tanpa ada penolakkan apapun.
"Ini, minumlah." Leonard kembali menerimanya setelah aku menyodorkan secangkir teh untuknya yang aku bawa dari kediamanku tadi dan dia juga langsung meminumnya dengan diam.
"Soal tadi malam... Aku bertanya seperti itu bukan karena aku ingin mati, justru aku ingin hidup lebih lama. Itu karena aku berpikir kamu pasti sangat membenciku karena aku adalah istri yang dipilih langsung oleh Yang Mulia Ratu. Jadi aku penasaran kenapa kamu mau bersusah payah untuk menyelamatkan nyawaku?" Terangku padanya dengan sangat serius.
Leonard melirik ke arahku sejenak dan kembali menghela napasnya.
"Haahh... Aku kan sudah bilang jika aku tidak ingin ada mayat di dalam kamarku, itu sangat merepotkan." Jawabnya dengan ekspresi dan nada yang begitu datar.
"Ah.. Ha, hahaa... Begitu ya? Ya, ya anggap saja begitu."
Walau sedikit malu karena jawaban Leonard tetap sama, paling tidak aku sudah menjelaskannya padanya. Walaupun dia terkesan dingin seperti itu dia tetaplah protagonis yang baik hati karena tidak bisa membiarkan seorang perempuan yang sedang kesakitan di hadapannya.
"Apa kamu sudah tidak marah lagi padaku?" Tanyaku dengan memasang wajah tersenyum ke arahnya.
"Aku ti tidak pernah marah kepadamu, dan aku...juga tidak pernah membencimu." Ucap Leonard sembari membuang mukanya.
Aku sedikit terkejut dengan jawaban yang dia berikan, tapi aku berharap ini akan menjadi langkah yang baik untuk rencanaku ke depan.
"Sebelum aku datang kemari, aku menemui Ratu untuk memberi salam." Ujarku dan Leonard langsung menegang saat mendengarnya.
"Aku tahu kamu selama ini belajar berpedang di luar istana dan Ratu juga sudah mengetahuinya." Ucapku seraya berbisik. Kali ini Leonard bukan hanya menegang tapi sekaligus terkejut karena rahasianya telah diketahui.
"Sekarang ini Ratu sudah menaruh mata-matanya di luar istana, jadi aku harap kamu lebih berhati-hati untuk menyembunyikan kelebihanmu agar tidak diketahui oleh mata-mata Ratu karena suatu saat itu akan menjadi kartu AS mu." Bisikku lagi dan dia hanya diam mendengarkanku dengan serius.
"Louisse de Roman, aku tidak mengerti kenapa kamu mengatakan semua ini padaku. Apa tujuanmu yang sebenarnya?" Ujar Leonard dengan tatapan tajamnya ke arahku.
"Tidak ada, karena aku istrimu yang akan selalu berada di pihakmu." Jawabku dengan senyum percaya diriku dan Leonard langsung membelalakkan matanya terkejut. Ya... Walau sebenarnya aku melakukannya demi diriku sendiri untuk bertahan hidup dan terhindar dari hukuman mati yang akan kamu lakukan di masa depan.
POV Leonard
Keesokan harinya aku masih juga memikirkan apa yang diucapkan Louisse padaku, hingga sekarangpun masih begitu. Apakah anak perempuan yang menyebut dirinya itu istriku dapat aku percaya?
"Anda sedang memikirkan apa sampai seserius itu?" Tanya lelaki yang tengah berjalan di depanku. Ahh... Aku sampai lupa jika sekarang ini aku berada di luar istana bersama Rodrego, ketua asosiasi prajurit bayaran yang sekaligus tangan kananku.
"Louisse de Roman... Ah maksudku wanita yang menjadi istriku saat ini, dia mengatakan bahwa dia berada di pihakku." Jawabku.
"Saya yakin jika Ratu yang menyuruhnya berkata demikian." Ujar Rodrego.
"Ya, aku rasa juga begitu." Sahutku yang entah mengapa berharap jika dugaanku itu tidak benar.
Aku sudah tahu jika pernikahanku dengan Louisse adalah rencana licik Ratu sejak aku mendengar soal rencana pernikahanku. Ratu Media pasti berusaha mencegah rencana pernikahanku dengan keluarga Duke Arzela yang mampu mengkokohkan kedudukanku. Karena jika aku dapat menikah dengan salah satu keluarga bangsawan yang berpengaruh maka Ratu tidak akan pernah meremehkan aku lagi. Dan untuk mencegah hal itu terjadi Ratu Media menunjuk putri dari keluarga Baron Roman sebagai istriku. Baron Roman yang aku ketahui adalah bangsawan rendah yang hampir bangkrut pasti telah menjual putri satu-satunya untuk menaikkan kembali reputasinya dikalangan sosial. Sebenarnya aku merasa kasihan dengan Louisse yang telah dijual oleh keluarganya ke pihak istana demi nama baik keluarganya. Meski demikian aku harus tetap waspada dan tidak boleh lengah sedikitpun karena bagaimanapun juga dia adalah wanita pilihan Ratu yang sudah pasti kaki tangan Ratu Media. Tapi di pesta pernikahan waktu itu... Kenapa dia menangis? Apa dia pura-pura atau dia terpaksa menikahiku tanpa tahu apapun? Ahh... Aku jadi teringat lagi kata-katanya yang ingin mendukungku.
"Ahh, sialan!!"
Rodrego tiba-tiba mengumpat. Segala pikiranku langsung buyar setelah mendengar umpatannya.
"Ada apa?" Tanyaku padanya.
"Ada orang yang mengikuti kita dari tadi." Jawabnya dengan nada yang kesal.
Langsung aku teringat dengan apa yang dikatakan Louisse kemarin jika Ratu menyuruh seorang mata-mata untuk membuntutiku. Jadi... Louisse tidak berbohong!
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 82 Episodes
Comments